"Karena menurut dia seni itu ya ribet. Bosen."
.
.
.
.
.Ayesha memberikan sebuah plastik putih berisikan kotak box yang terdapat beberapa donat dengan beragam jenis toping diatasnya.
"Apa nih?" Tanya Alia yang sedang menyalin catatan materi milik Caca, saat dirinya tak masuk sekolah kemarin membuatnya mau tak mau harus segera mengerjakannya, karena pasti Bu Tika, guru matematikanya tidak akan tinggal diam jika murid nya tidak mencatat materi yang telah diberikan olehnya.
Ayesha memberi isyarat pada Alia dengan matanya. Seolah mengatakan "buka saja,"
"Wow," kejut Alia melihat isinya, membuat ia semakin ngiler ditambah dirinya belum sarapan nasi tadi pagi.
"Buat gue?" Tanya Alia yang langsung dijawab anggukkan oleh Ayesha.
"Aaaa makasih Sha, mmm btw dalam rangka apa nih?" Tanya Alia sambil memicingkan matanya menatap Alia.
Ayesha menjawab dengan menggeleng saja, ia malas membuka note-book nya pagi ini, mood nya sedikit terganggu tentang mimpinya semalam.
"Wah donat?!" Ucap Caca dengan mata berbinar menatap box yang berada di depan Alia.
"Gue pengen boleh 'kan Ai?" Lanjut Alia sambil sedikit mengeraskan volume suaranya.
Ayesha tidak menghiraukan lagi setelahnya, ia berjalan memutar menuju meja tempatnya duduk yang berada di sisi sebelah kiri, dekat dinding dan jendela. Ayesha nyaman duduk sendiri disana.
Ia menatap Alia dan Caca yang tengah memakan donat darinya sambil tersenyum mengikuti tawa dari kedua nya.
"Aku merasa senang jika melihat oranglain senang,"
Pagi-pagi tadi, ia mampir ke tempat Marina untuk mengambil donat yang sudah dirinya pesan semalam melalui chat.
Tadinya ia berencana untuk membuat kue kering lagi untuk ia berikan kepada Alia, namun dirinya sama sekali tidak ada waktu. Lagian akhir-akhir ini juga dirinya bisa terbilang sibuk dengan tugas dan mencari pekerjaan sepulang sekolah.
Ayesha menghela nafas pelan, lalu mengeluarkan buku tugas matematika yang sudah ia kerjakan bersama rekan kelompoknya.
Tiba-tiba saja ia ingat kejadian kemarin saat berada di toko donat Marina.
"Ya ampun Sha!"
Ayesha yang kaget pun lantas menatap Marina.
"Hidung lo!"
"Astaga, lo kalo kecapekan istirahat Sha. Jadi mimisan gini kan." Ucap Marina sambil memberikan tissue yang langsung diterima oleh Ayesha, ia segera menyumbat hidungnya agar darah yang keluar berhenti.
"Aku baik-baik saja kak," Sempat-sempatnya Ayesha menggerakkan kedua tangannya untuk menjawab, sementara tissue nya masih tersumbat di lubang hidungnya.
"Nah, gini nih kalo cewek. Bilang nya baik-baik ajaa mulu. Padahal aslinya enggak. Udah, kamu nggak usah cari kerjaan lagi deh, kecapekan terus nanti, fisik kamu gak kuat." Ucap Marina dengan menatap lekat mata Ayesha.
Ayesha kembali menggerakkan tangannya. "Tapi aku sangat ingin bekerja,"
Marina berdecak. "Batu nih anak, ya udah kalo masalah kerjaan, biar kakak aja yang cariin ya. Kamu gak usah. Pulang sekolah, langsung ke rumah, gak usah keliling-keliling cari kerjaan. Oke?" Ucap Marina dengan nada tegas, Ayesha mengangguk patuh menjawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unspoken Love
Tienerfictie"Kalau kamu pergi, Bapak sama siapa?" Namanya Ayesha Gabriella. Gadis bisu yang tumbuh dewasa tanpa sosok ibu. Lahir dengan berjuta harapan besar yang di berikan oleh Bapaknya. Bapaknya bagai pohon rimbun yang membuatnya teduh dan damai dari bisingn...