Part 3

15 2 2
                                    

"Alya sudah siap belum?". Teriak suara laki-laki yang berasal dari luar kamar.

"Iya kak, bentar lagi siap nih". Ucap Alya yang sedang sibuk dengan kerudung pashminanya. Sejak dulu Alya memang tak pandai menggunakan kerudung pashmina, namun diacara pentingnya itu ia ingin tampil yang terbaik. Alya terlihat sangat anggun menggunakan gamis berwarna coklat susu itu senada dengan warna kulitnya yang putih.

Dirinya yang sedang sibuk, tak menyadari jika laki-laki yang Alya panggil kakak itu sudah berdiri bersandar di pintu. Laki-laki itu gemas melihat tingkah laku Alya yang tak pandai menggunakan kerudung pashmina. Dirinya pun paham bahwa Alya sebenarnya gadis tomboy yang lebih menyukai memakai celana. Belum lagi yang membuat dirinya tertawa ketika melihat Alya menggunakan make up di wajahnya.

Setelah selesai bersusah payah membentuk kerudung pashminanya, ia baru menyadari akan keberadaan laki-laki itu. Sontak membuat Alya malu lalu menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Tampak laki-laki itu berjalan menghampiri Alya, dia tahu bahwa saat ini Alya sedang malu karena dilihat olehnya.

"Loh kenapa ditutup gitu mukanya, kakak kan mau lihat hasil makeup Alya". Godanya pada Alya. Tangannya mencoba melepaskan tangan Alya yang mengganggunya untuk melihat wajah Alya. Tak ada perlawanan, ia menahan tangan Alya biar tidak memberontak untuk menutup wajahnya itu.

Penampilan Alya saat itu benar-benar terlihat berbeda dari Alya sebelumnya. Tubuhnya yang dibalut dengan gamis, kerudung dengan warna senada dan riasan tipis di wajah Alya membuat laki-laki itu tersenyum.

"Udah yahh kak, gausah diledekin. Saya malu". Ucap Alya malu. Alya paham betul kalau kini laki-laki itu pastinya akan terus meledeknya jika tahu Alya berpenampilan berbeda dari biasanya.

Alya tetap menutup matanya. Ia tak mau melihat wajah laki-laki yang ada di hadapannya ini.

"Dihh kata siapa kakak mau ngeledekin Alya. Katanya mau buru-buru, ayok berangkat ". Ucap laki-laki itu mengingatkan.

"Iya iya". Pasrah. Alya membuka matanya, terlihat senyum yang nampak menjengkelkan bagi Alya dari laki-laki dihadapannya.

Tanpa aba-aba, laki-laki itu menarik tangan Alya lembut ke luar kamar. Ia tak mau di hari penting ini, membuat Alya terlambat untuk datang tepat waktu. Namun ketika melewati pintu kamar, mendadak cahaya ruangan menjadi sangat terang membuat mata Alya tertutup karena silau.

Ketika mencoba membuka matanya kembali, ia sadar jika ini sudah berada di kamarnya. Ia baru menyadari bahwa tadi hanyalah mimpi.

Tak banyak yang ia ingat, Alya juga tak ingat siapa laki-laki yang ada di dalam mimpinya, bahkan wajah laki-laki itu pun terlihat asing bagi Alya. Namun yang Alya ingat, laki-laki itu memiliki tinggi badan yang berbeda sejengkal dengan dirinya.

'Loh itu siapa?'. Menjadi sebuah tanda tanya besar bagi Alya.

Tak mau ambil pusing, Alya melihat jam di dindingnya tampak jarum pendeknya ke angka lima dan jarum panjang ke angka sepuluh. Alya memutuskan untuk pergi ke kamar mandi membersihkan diri dan mengambil wudhu untuk shalat Subuh nanti.

_________________________


Hari ini Alya dipertemukan kembali oleh pelajaran bu Shafira. Sialnya tadi malam ia harus kembali bergadang untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolahnya, bukan karena malas lalu dikerjakannya di malam hari namun dirinya yang sibuk hanya memiliki waktu luang di malam hari.

Setiap pulang sekolah Alya sering kali tertidur akibat kelelahan. Belum lagi dirinya juga harus mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan orang tuanya. Jadi untuk mengerjakan tugas sekolah hanya bisa ia kerjakan di malam hari.

Bintang AlyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang