48

1.5K 150 11
                                    

Salsa berteriak kencang saat melihat darah menetes di lantai secara perlahan dan lama-lama tetesan darah itupun semakin banyak hingga lantai kamar nya kini penuh dengan darah segar .

Lian membalikan tubuhnya nya dan melihat Paul sudah terkapar di lantai dengan memegang perut nya yg terkena tusukan pisau oleh Stevan . Saat itu Paul melihat Stevan yg berlari menuju arah Lian , dan seketika ia langsung menghalangi Lian dan akhirnya penusukan itu menuju kepada Paul .

Lian dan Salsa segera mendekati Paul , Lian langsung mengangkat Paul dan membawanya ke sofa . Ia langsung buru-buru menghubungi ambulance untuk segera membawa Paul ke rumah sakit .

Lian : Powl kenapasih Lo harus ngorbanin diri Lo buat gue???!!!
Salsa : kak... Bertahan ya kak......

Lian dan Salsa kini benar-benar panik , melihat wajah Paul yg semakin pucat serta darah yg semakin mengalir keluar dari tubuh Paul . Paul tersenyum kecil , dengan tangan nya yg berusaha menggapai Lian . Seketika Lian langsung memegang tangan Paul dan menatap Paul .

Lian : Lo harus kuat , sebentar lagi ambulance nya datang . Gue tau Lo kuat Powl...!!
Paul : ja...ga... Bi...la...

Ucap Paul dengan susah payah ia bicara menyampaikan sesuatu pada Lian . Lian dan Salsa tak bisa menahan tangis nya , hingga akhirnya Lian memutuskan untuk meminta bantuan kepada orang disana untuk membawa Paul keluar menuju mobil nya .

Dengan langkah terburu-buru , Lian dan pekerja yg ada di apartemen itupun membawa Paul masuk ke dalam mobil Lian , Salsa berada di belakang bersama Paul untuk menahan kepala Paul dan menjadikan paha nya sebagai sandaran .

Tangis Salsa pecah saat menatap Paul yg kini ada di pangkuan nya tengah berjuang untuk tetap dalam kondisi sadar . Paul kembali tersenyum saat Salsa memegang tangan nya dengan erat .

Paul : gu..e.. seneng... Bi..sa... Liat... Lo.. Sal...

Lirih Paul dengan nada yg sudah untuk bicara . Salsa mengangguk wajah nya senyum namun air matanya tetap keluar membasahi pipinya .

Salsa : kak Paul yg sabar ya . Kita sebentar lagi sampe rumah sakit .

Lian membawa mobil dengan laju , ia bahkan kini tak peduli saat lampu merah menyala di perempatan jalan . Ia menerobos lampu merah hingga terjadi kejar-kejaran antara mobil Lian dengan polisi .

Salsa : mas.. pelan-pelan...
Lian : maaf sayang
Salsa : itu ada polisi di belakang kita
Lian : iya aku tau , tapi ini bukan saat nya kita berhenti trus ngejelasin ke polisi . Powl gk bisa nunggu selama itu .

Ucap Lian yg semakin khawatir akan keadaan Paul . Tak lama Paul pun terpejam , yg membuat Salsa semakin panik , Salsa berusaha tenang karna ia tak mau Lian tau saat ia sedang membawa mobil . Tangan Paul kini sudah terasa semakin dingin , bahkan wajah nya kini sudah mulai memucat .

Mereka pun kini sampai di rumah sakit dan Lian segera turun dan langsung memanggil petugas ruang IGD untuk membawa Paul ke dalam . Merekapun bergegas membuka mobil dan menaikan Paul ke atas blankar .

Kini Paul sudah berada di dalam ruang IGD . Salsa dan Lian tengah menunggu di luar . Dengan kekhawatiran yg sangat dalam , Lian pun menatap Salsa yg ada di samping nya kini . Ia berjongkok di depan Salsa yg sedang duduk di kursi tunggu ruang IGD .

Lian : sayang??
Salsa : iya mas??
Lian : dari awal aku Uda yakin ini kamu . Tapi kenapa?? Aku bener-bener gk ngerti sama semuanya . Aku yg masukin kamu ke dalam tanah Sal , tapi.... Bukan aku gk senang , ini cuma bikin aku bingung Sal... Ada apa sebenernya???

Salsa tersenyum , ia mengelus pelan wajah Lian yg ada di depan nya .

Salsa : mas... Aku berjuang untuk hidup saat itu . Awal nya aku gk tau apapun saat aku membuka mata , dan yg aku lihat di samping aku itu bukan kamu melainkan Stevan . Disitu aku takut , aku takut dia akan melakukan hal yg nekat seperti dulu . Belum lagi dengan kondisi ku yg masih sangat lemah , gk mungkin aku bisa melawan saat itu .

Tangis di Balik Tawa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang