.☘︎ ݁˖ 𝔅𝔞𝔟 ℑ𝔛

18 6 0
                                    

"Kau yakin, mereka memberimu informasi yang sesungguhnya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau yakin, mereka memberimu informasi yang sesungguhnya?"

Aku mendelik pada sosok tinggi yang berjalan disampingku. Sedari tadi saat burung-burung bernyanyi dan masyarakat sekitar bergegas untuk pergi kekantor atau sekolah, orang yang baru saja mencicipi bagaimana rasa nasi goreng ini menjadi rewel meminta untuk mencoba lebih banyak makanan Indonesia.

Kami sedang menuju warung nasi saat aku bercerita mengenai pengalamanku bertemu dan mengobrol bersama para mahasiswa Arkeologi dari UNP. Aku juga menceritakan kepada Alex jika kemungkinan besar Liber Linteus ada di Situs Gunung Padang, tempat para mahasiswa melakukan praktik penelitian.

Namun Alex terus mempertanyakan kebenaran itu. Hingga nasi dengan siraman bumbu rendang miliknya datang Alex masih menatapku tidak percaya. Entah karena ia menganggap ku bodoh atau karena dia tergiur melihat daging rendang yang masih mengepulkan asap tipis di hadapannya.

"Dengar ya Lex, makanlah sampai kau puas. Buat perut sixpack-mu itu menjadi seperti Bapak-Bapak yang ada disekitar sini. Setelah makan kita akan mencari tahu dimana Situs Gunung Padang berada. Aku yakin tidak jauh dari sini."

Untuk kali ini Alex menuruti perkataanku tanpa harus menampilkan ekspresi protes pada wajahnya yang kini tampak kemerahan karena cuaca yang mulai terasa panas. Tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menikmati makanan Indonesia, aku makan dengan lahap seperti Alex.

Selepas mengisi perut kami di saat sang raja raja sedang tampil dengan gagahnya, aku mengajak Alex untuk jalan-jalan berkeliling dilingkungan sekitar. Ku pikir Alex cukup menikmati alam dan suasana di Indonesia. Kami bahkan mampir di sebuah kedai oleh-oleh untuk membeli beberapa cemilan kecil khas kota Padang.

Sambil menunggu Alex memilih jajanannya aku menghampir seorang ibu berkerudung dan bertanya perihal Situs Gunung Padang.

"Permisi bu, boleh aku bertanya sesuatu?"

"Oh, iya mas, silahkan. Mau cari camilan apa lagi?"

"Bu-bukan Bu, aku mau bertanya, apakah Ibu tau dimana Situs Gunung Padang?"

Wajah Ibu penjual itu mendadak berubah ekspresinya. Dari yang semula ramah dan tersenyum cerah tiba-tiba alisnya menjadi berkerut, bibir yang melengkung ke atas dan tatapan matanya menjadi tajam melirik ke arahku.

"Maaf, mas tempat itu sepertinya tidak dibuka untuk wisatawan. Terlebih saya juga kurang tau tuh, dimana tempat yang mas cari!" jawaban ketus terlontar dari bibir Ibu penjual tersebut. Membuatku sedikit terkejut akan perubahan sikapnya.

Aku tidak ingin memaksanya bicara lebih jauh. Setelah meminta maaf dan mengucapkan terima kasih aku menghampiri Alex untuk memastikan dia sudah selesai memilih jajanannya.

Kami kembali ke hotel sambil berjalan kaki. Aku kepikiran, kenapa ya Ibu tadi bersikap judes dan tidak ramah saat aku bertanya mengenai Situs Gunung Padang?

𝐋𝐢𝐛𝐞𝐫 𝐋𝐢𝐧𝐭𝐞𝐮𝐬; 𝐑𝐚𝐡𝐚𝐬𝐢𝐚 𝐍𝐚𝐬𝐤𝐚𝐡 𝐊𝐮𝐧𝐨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang