.☘︎ ݁˖ 𝔅𝔞𝔟 ℑℑ

34 9 0
                                    

"Selamat pagi, Profesor!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat pagi, Profesor!"

Aku melambaikan tanganku pada seorang pria tua bertubuh besar yang berjalan ke arahku. Rambut hitamku tertiupangin dan membuat poniku berantakan.

Mata cokelat cerahku berbinar melihat pria tua yang kupanggil profesor ini datang membawa tas berukuran cukup besar yang kutebak sebagian besar isinyaadalah alat-alat untuk keperluan penelitian.

"Yo~ hohoho, semangat sekali anak muda satu ini."

Pria tua itu melepaskan topi besar cokelat yang ia kenakan. Ia lalu menggunakannya untuk mengipasi wajah yang berkeringat karena cuaca hari ini terik. Ah! Perkenalkan pria tua yang kupanggil profesor tadi adalah dosen profesor dari kampusku, Profesor Clifton.

Aku menyentuh pipi gembulku. Mengingat-ingat sudah pakai tabir surya belum ya?Kami saat ini bertujuan pergi yang jauh dari kampus karena diusir. Tentu saja tidak, aku hanya bercanda.

Kami akan melakukan penelitian pada situs kuno di kota Michigan. Selain itu, kami juga berencana untuk mengunjungi kawan profesor Clifton yang merupakan pengelola museum sekaligus profesor arkeologi di Universitas Michigan. Kami akan mampir untuk melihat bagaimana museum yang dikelola oleh teman profesor Clifton dan barang koleksi apa saja yang mereka miliki.

"Hari ini panas sekali ya, apa kau sudah pakai tabir surya, Satya?"

Aku mengangguk menjawab pertanyaan profesor Clifton lalu menyodorkan ia sebuah tabir surya berbentuk tube yang selalu ku bawa.

Jangan salah ya cahaya matahari di Indianapolis itu cukup menyengat, walaupun udara disini sejuk tetapi bisa membuat kulitmu terbakar.

Ah, namaku Aagastya Zyandru kalian bisa memanggilku Satya.Aku adalah seorang mahasiswa dari Universitas Indiana, Amerika Serikat dengan program pembelajaran Arkeologi.

Sejujurnya aku senang karena aku bisa membantu profesor untuk mengerjakan proyek penelitian miliknya bersama-sama. Ya, selain karena aku adalah asisten dosen beliau, sepertinya Profesor Clifton cukup percaya jika aku lumayan cakap dalam mengidentifikasi dan meneliti situs-situs kuno.

Aku baru saja selesai membantu profesor Clifton memakaikannya tabir surya ke kulit wajahnya yang sudah tampak memerah karena terik matahari saat sebuah mobil van terparkir didepan kami.

"Ayo, naik."

Seorang pria berkulit gelap bernama Jack turun dari mobil van dan mengangkut barang-barang profesor untuk dimasukan kedalam mobil.

"Punyaku ga sekalian kamu bawain juga Jack?"

"Manja! Angkat sendiri."

Aku hanya menunjukan senyum manis saat Jack memelototiku karena memintanya membawakan tas ku. Profesor Clifton hanya tertawa dan bergegas masuk kedalam mobil. Aku mengekornya dengan duduk di bagian kursi penumpang.

Butuh waktu empat jam untuk kami tiba di Universitas Michigan. Benar-benar perjalanan yang cukup jauh dan melelahkan. Sepanjang perjalanan aku hanya berdebat dengan Jack. Sulit sekali mengalahkan pemikiran abstrak anak Filsuf tersebut.

𝐋𝐢𝐛𝐞𝐫 𝐋𝐢𝐧𝐭𝐞𝐮𝐬; 𝐑𝐚𝐡𝐚𝐬𝐢𝐚 𝐍𝐚𝐬𝐤𝐚𝐡 𝐊𝐮𝐧𝐨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang