.☘︎ ݁˖ 𝔅𝔞𝔟 𝔛ℑℑ

22 4 0
                                    

Aku jatuh terduduk dengan pandangan yang mulai menghitam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku jatuh terduduk dengan pandangan yang mulai menghitam. Suara-suara aneh didalam situs tidak ku hiraukan. Tubuh setengah hancur Alex yang terbaring di sampingku mulai mengundang banyak serangga dan juga tikus yang berdiam diri didalam situs.

"T-Tidak, kumohon, aku tidak mau seperti ini. Jangan tinggalkan aku, hiks," rasa takut mulai menggerogoti diriku. Kegelapan yang pekat seakan menelanku. Kesendirian mulai menjadi temanku. Aku takut. Kumohon, siapapun tolong aku.

"Sa...tya!Sa...tya!Sa...tya!"

Aku mendengar sebuah suara yang samar-samar memanggil namaku. Suara yang berat dan juga jantan. Rasanya suara ini tidak asing. Siapa yang memanggilku?

"Satya!"

"Hah?!"

Bersama dengan suara yang terdengar jelas dan nyaring dikupingku. Sebuah pelukan juga kurasakan. Aku bisa mencium aroma kopi karamel dari tubuh seseorang yang memeluknya. Ia mengusap punggungku seolah menenangkan diriku.

A-apa? Aku kenapa?

"Hey, kau baik-baik saja?"

"A-apa yang terjadi?"

Aku melihat sekelilingku. Aku masih berada didalam situs kuno. Lorong tempat kami berlari lalu aku terjatuh juga masih sama. Bedanya disini cahayanya tidak redup dan yang penting adalah seseorang yang masih memelukku.

Tubuhnya hangat, keringat terlihat mengalir dari dahinya. Dan satu hal yang paling penting. Dia utuh dan tidak meleleh! Aku sama sekali tidak mengerti. Apakah aku mengalami halusinasi sebelumnya, kenapa hal yang terjadi amat begitu terasa nyata bagiku. Rasa takut, rasa sepi, rasa kehilangan itu.

"Kalian romantis banget sih, aku iri nih, huh!"

Aku membalikan kepalaku ke arah sumber suara yang asing di telingaku. Aku melihat seorang wanita dewasa yang sangat cantik berdiri tidak jauh dari tempat aku dan Alex berdiri.

Aku melepaskan pelukan Alex dan bergerak kebalik tubuh Alex. Aku masih merasa bingung dan takut di saat yang bersamaan. Alex menarik tanganku kesamping tubuhnya. Ia memegang tanganku begitu erat.

"Si-siapa dia?" Aku berbisik pada Alex. Wanita yang menggunakan topi koboi sama sepertiku, kemeja flanel dan sebuah kompas kecil yang menggantung di lehernya. Tingginya hampir sama dengan Alex namun sangat berbanding terbalik dengan tinggi badanku. Dengan kata lain, ia lebih tinggi dariku.

"Dia yang telah menolong kita, kau harus berterima kasih padanya."

"Apa? Menolong apa sih?"

Alex mendorong tubuhku untuk mendekati wanita itu, namun aku menahan diriku agar tidak terdorong maju barang satu senti-pun ke arah wanita tersebut. Ia kini yang terlihat berjalan mendekat ke arahku.

Sial, apa sih yang Alex mau. Ia memegangi pundakku, menahanku seolah-olah aku tidak bisa kabur dari hadapan wanita tersebut. Hey, bule sialan! Lepaskan aku atau kau kukutuk jadi badut dufan ya!

𝐋𝐢𝐛𝐞𝐫 𝐋𝐢𝐧𝐭𝐞𝐮𝐬; 𝐑𝐚𝐡𝐚𝐬𝐢𝐚 𝐍𝐚𝐬𝐤𝐚𝐡 𝐊𝐮𝐧𝐨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang