.☘︎ ݁˖ 𝔅𝔞𝔟 ℑℑℑ

27 8 0
                                    

"Apa yang kau pegang?'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa yang kau pegang?'

"Maaf?"

Seorang polisi muda dengan rambut pirang dan hidung mancungnya menunduk untuk menatapku. Perbedaan tinggi badan kami yang sangat mencolok membuat merasa tidak nyaman.

Ia masih menatapku dengan tatapan dinginnya. Sebenarnya apa sih yang dia mau? Aku menggengam erat salinan naskah yang diberikan oleh profesor Albert. Aku tidak percaya pada polisi.

"Ah, bukan apa-apa, ini hanyalah sebuah artefak kuno yang akan diteliti oleh aku dan profesorku, karena kami memang berkunjung untuk melakukan penelitian artefak."

Polisi dengan iris biru itu masih mempertahankan wajah dinginnya. Tanpa tersenyum atau melakukan apapun polisi itu berkata kepadaku, "Hati-hatilah. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi kedepannya."

Aku menggangguk dan segera berlalu dari hadapan polisi itu. Aku merasa tidak nyaman saat berada didekatnya. Mungkinkah karena perbedaan tinggi badan kami? Atau karena tatapannya yang dingin dan menusuk?

Kenapa sih, semua petugas kepolisian itu sama saja? Aku mendengus sebal dan segera menyusul para profesor untuk mengikuti perkembangan kasus selanjutnya.

Aku masuk kedalam salah satu ruangan yang berisikan profesor Albert, Profesor Clifton dan beberapa orang polisi. Kulihat jika profesor Albert berdebat cukup keras dengan para petugas kepolisian.

"Apa maksud kalian jika itu hanyalah sebuah pencurian biasa?"

Tampak wajah profesor Albert yang memerah karena geram dengan kepala kepolisian yang memiliki kumis seperti pak Raden.

"Kami belum bisa menemukan cukup bukti yang kuat, apa motif dan tujuan mereka mencuri naskah tersebut. Kemungkinan mereka hanyalah pencuri kelas teri saja yang suka mencuri barang-barang museum dan menjualnya kembali. Tidak perlu sepanik itu profesor."

Kepala kepolisian itu dengan santai menanggapi protes yang dilakukan oleh professor Albert.

"Apa katamu?!"

Kali ini profesor Clifton yang berteriak marah karena ucapan sang kepala polisi. Aku yang mendengarnya pun merasa kesal apa lagi kedua profesor yang mengabadikan hidupnya untuk benda-benda kuno seperti ini?

"Kami, belum bisa memberikan informasi lebih lanjut, hanya saja kami pasti akan mencari dan menemukan pelakunya. Selain karena mereka mencuri barang kuno milik kalian. Mereka juga telah membunuh seorang satpam yang sedang berpatroli di museum ini."

"Kumohon, temukanlah naskah itu. Itu adalah naskah yang penting. Aku akan meneliti dan memecahkan naskah itu secepatnya."

Aku hanya bisa diam mematung. Saat ini aku bertanya-tanya, memangnya sepenting apa sih naskah itu? Kenapa profesor Albert bahkan sampai memohon seperti itu? Aku benar-benar tidak rela melihat sahabat profesor ku itu memohon pada petugas pelayanan masyarakat.

𝐋𝐢𝐛𝐞𝐫 𝐋𝐢𝐧𝐭𝐞𝐮𝐬; 𝐑𝐚𝐡𝐚𝐬𝐢𝐚 𝐍𝐚𝐬𝐤𝐚𝐡 𝐊𝐮𝐧𝐨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang