Chapter 1 : Sebelum Aksara

95 7 3
                                    

Raditya Wiranata's

Years ago

Adit bukan orang yang suka mengeluh, walaupun memang dia sering mengeluhkan banyak hal. Tapi kalau bisa tidak mengeluh, tentu Adit lebih suka hal itu.
Namun pagi ini rasanya dia benar-benar sudah dipuncak kesabaran, karena suasana hati nya mendadak menjadi buruk akibat dari ulahnya sendiri yang dengan kesadaran penuh memilih untuk menonton pertandingan klub bola kesayangan nya di TV sampai pukul berapa? yap, pukul empat pagi.
Alhasil sekarang dia harus berlari menuju gerbang sekolah yang sekitar lima menit lagi akan ditutup.

"Sialan, harusnya gue dengerin kata Bunda aja buat gak begadang."

Adit melirik jam tangan sambil terus mengencangkan kaki nya yang mulai terasa panas.
Karena kemampuan lari nya yang cukup lumayan, Adit berhasil sampai di gerbang dengan penuh keringat dan nafas yang sebentar lagi sudah bisa mengalahkan atlet marathon.

"Gila ya, kalo gue ikut lomba lari kayaknya gue bisa menang medali emas deh ini."

Lagi lagi mulut asbun milik Adit tidak bisa diajak untuk kerja sama di tengah kekacauan pagi itu.

Itu baru satu dari sekian cerita Adit di sekolah baru.
Pertemuan di ruang kepsek, perkenalan lingkungan sekolah, sampai salah masuk ruangan sudah Adit jalani selama 3/4 semester di sekolah baru nya itu.
Adit lumayan betah, karena disana ada ibu kantin yang ramah dengan semuanya termasuk Adit yang sering minta diskon.
Ada teman-teman yang sering Adit pertanyakan kewarasannya, walaupun ia sendiri juga sama saja.
Oh iya, satu lagi. Ada seorang Aksara Putra yang kehadirannya menimbulkan banyak tanda tanya di benak seorang Raditya.

Aksara, yang setiap hari selalu duduk di samping jendela di ujung ruang kelas.
Aksara, yang setiap jam olahraga selalu menghilang entah kemana.

Adit pernah satu kali mengobrol sama Aksara, wajahnya waktu itu pucat pasi, awalnya Adit kira dia hantu penunggu toilet, ternyata Adit cuma terlalu berlebihan aja.

"Eh ada Aksara, lo gak ikut mapel olahraga ya? gue jarang liat lo ikutan mapel Pak Riko deh"

Tanya Adit dengan penuh basa basi, niatnya memang sekedar membuka percakapan, karena orang di depannya ini kelihatan jarang ngobrol dengan sesama teman sekelasnya.

Aksara masih diam membisu, sekarang kepala nya menunduk sedikit, menatap entah apa yang ada di bawah lantai toilet sana.
Adit tentu saja gak mau kalah dengan diam nya Aksara.

"Eh iya, gue Raditya by the way, biasa dipanggil Adit kalo lo bingung atau belom kenal, tapi kita satu kelas kok, lo sapa aja kalo lagi di kelas, gue gak gigit, santai aja."

Adit semakin dibuat bingung dengan tingkah Aksara yang benar benar tidak memberi respon apapun, Adit sempat berpikir mungkin memang benar ini Adit yang halusinasi, sebenernya dia gak lagi bicara sama manusia.
Tapi gak mungkin juga, ini kan masih pagi. Ya kali ada hantu yang kuat bangun pagi cuma buat nakutin manusia, Adit aja males bangun pagi.

"Ehh..anu, mending kita ke lapangan ga sih, kayaknya Pak Riko udah nungguin, soalnya gue janji cuma lima menit ke kamar mandi. Yuk, Aksa!"

Karena bingung topik apalagi yang mau dikeluarkan akhirnya Adit mau gak mau ambil jurus nekat dengan coba narik tangan Aksara yang nganggur di tempatnya, Adit mau ajak Aksara supaya ikut kelas Pak Riko yang seru banget bagi Adit.

"M-maaf Dit, aku gak bisa"

Jantung Adit hampir loncat keluar kalo saja dia gak nengok ke belakang dan mastiin kalo itu beneran suara Aksa yang dia denger. Aksara masih diam di tempat dengan tangan yang masih digenggam Adit, pandangan matanya berubah sendu.
Adit gak tau setan apa yang sekarang lagi merasuki badannya, tapi rasanya dia jadi mau peluk Aksa dengan muka nahan tangisnya itu.

"Kenapa Aksa, Pak Riko baik kok" Balas Adit sambil pamerin senyum sejuta dollar nya itu, berharap Aksa teryakini sama kata kata nya barusan.

"Aku, sakit Dit. Aku gak bisa ikut kamu, maaf ya. Kamu ke lapangan sendiri aja, aku ada urusan, makasih."
Aksara ngelepas genggaman tangan Adit dan lari keluar dengan muka yang lagi lagi masih kelihatan sedih.
Adit yang heran dan masih mencoba mencerna kata kata Aksara barusan cuma diam terpaku di tempatnya.

Aksa, sakit apa?
Tanya Adit dalam hati

Semenjak pertemuan nya dengan Aksara hari itu, Adit tau kalau rasa penasaran nya akan jauh meningkat pesat terhadap seorang Aksara Putra.
Apa mungkin akhirnya Adit bisa jadi teman Aksa yang membuat hari nya selalu penuh dengan tanda tanya?

AKSADITY. | woosang |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang