Chapter 2 : Setelah Raditya

79 9 6
                                    

TW: hyperventilating, asthma

Aksara Putra's

Years Ago

"Aksa!" panggil Adit dari kejauhan.

Aksa masih mencoba menguatkan langkah lari nya yang semakin lama semakin terasa berat. Tapi Aksa gak boleh menyerah disini, baru dua putaran dan masih ada tiga putaran lagi batinnya.
Adit memang pelari yang cukup handal, buktinya sekarang ia sudah berada sejajar dengan Aksa.

"Aksa, berhenti gue bilang. Istirahat aja, gue temenin kalo lo gak mau sendirian."

"Ngga Dit, ini ujian, aku harus dapet nilai. Kamu juga kan, aku masih kuat."

"Sa, muka lo udah pucet gitu, tolong dengerin gue Sa."

Adit masih kukuh dengan permintaannya, Adit khawatir teman nya itu akan tumbang. Namun lawan bicara nya masih bersikeras untuk tetap melanjutkan ujian nya.
Lima menit kemudian akhirnya Adit bisa sedikit lega, karena Pak Riko menyuruh Aksa untuk kembali ke kelas dan semoga Aksa baik baik saja.

"Aksara Putra, kamu boleh kembali ke kelas, yang lain lanjut terus ya! "

Aksa menghela nafas kasar, tangan nya bertumpu pada kedua lutut. Untung saja dia berhasil lewat lima putaran, walaupun sekarang dadanya terasa begitu sesak, ia cukup puas dengan pencapaiannya.
Sepertinya Aksa perlu kembali ke kelas, rasa-rasanya benar kata Adit, dia perlu istirahat.

Suasana kelas masih sepi karena seluruh teman sekelas Aksa masih mengambil nilai ujian mata pelajaran olahraga, Aksa tentu saja mendapat keringanan dari Pak Riko untuk lari selama lima putaran, itu saja rasanya Aksa sudah mau pingsan mengatur nafasnya yang masih sangat memburu.

Aduh, kenapa gak reda-reda sesaknya ya
batin Aksa, sambil menyandarkan bahu nya ke tembok.

Ayo Aksa inhale exhale, kamu pasti bisa.
ujarnya sambil terus mengatur nafasnya yang semakin sakit ketika ia hirup. Aksa mulai sedikit panik karena deruan nafasnya yang sudah mulai meningkat cepat.

"AKSAA!"
Adit membuka pintu kelas, entah dia kerasukan setan apa yang jelas sekarang tampilannya berantakan, wajahnya penuh sama keringat dan mata nya mencari keberadaan Aksa di kelas.
Perasaan Adit benar, Aksa sekarang sedang mencoba mengatur nafasnya yang semakin memburu, tangannya ia cengkram kuat pada baju olahraga yang dipakai, dari keliatannya saja Adit tau ia sedang kesulitan bernafas.

"Aksa, hey hey, pelan pelan Sa. Ikutin Adit ya, inhale..exhale..ayo ulangi lagi"

Jujur kalo boleh ditanya Adit sekarang sudah kelampau panik, tangan nya mencoba merogoh seluruh saku tas Aksa mencoba mencari benda pemasok udara yang selalu ia bawa kemana pun, harusnya hari ini Aksa gak lupa kan.

Satu tahun mengenal Aksa bikin Adit paham kalo Aksa tidak bisa terlalu lelah, Aksa gak boleh ikut kegiatan olahraga terlalu berat, Aksa gak boleh panik berlebihan, Aksa perlu selalu diingatkan untuk bawa inhaler, dan asma nya yang sering kambuh kalo Aksa sudah mulai kelelahan seperti sekarang.

Makanya, Adit selalu berusaha ngingetin Aksa supaya gak berlebihan sama diri nya sendiri.
Adit sepenuhnya khawatir dan gak mau liat temannya itu sakit.

"Aksaa, liat Adit ya, ikutin nafas gue Sa, pelan pelan aja." Adit terus mengulangi ritme nafasnya, mencoba mengembalikan keteraturan nafas Aksa yang sekarang sudah mulai mereda.

Dapet, inhaler Aksa!

"Tarik nafas ya Sa."
Adit ngebantu Aksa buat menghirup inhaler di tangan nya. Dua kali tarikan nafas dan akhirnya Aksa sudah mulai tenang. Aksa mengambil nafas panjang, matanya sudah berkaca-kaca dan siap menurunkan air mata kapan saja.
Dia sendiri juga sempat takut, kalo saja gak ada Adit yang dateng dan bantuin Aksa, mungkin sekarang dia sudah hilang kesadaran karena terlalu sibuk mengatur nafasnya yang dirasa terlalu sakit itu.

Adit natap mata Aksa yang sudah berkaca-kaca, ngelihat hal itu rasanya Adit mau peluk Aksa saja.
Mata Aksa yang biasanya terlihat penuh rasa ingin tau itu sekarang penuh dengan ketakutan besar dan Adit gak suka lihatnya.

"Adit boleh peluk ya, Sa?"

Aksa cuma menoleh pelan ke Adit, pandangan matanya masih kabur oleh air mata. Akhirnya Aksa mengalah, ia lelah sekali rasanya. Mungkin sedikit pelukan bukan masalah baginya.

Setelah terima anggukan dari Aksa, yang mana tandanya Adit sudah dapat izin dari si empunya, tanpa pikir panjang Adit menarik Aksa ke dalam pelukannya, menyalurkan rasa tenang supaya Aksa bisa lebih nyaman setelah rasa paniknya.
Adit tau Aksa juga takut dengan kejadian tadi, Adit mungkin gak bisa merasakan gimana sakitnya Aksa saat itu, tapi saat ini Adit mau Aksa supaya baik baik saja.

"Kita pulang aja ya, Sa"

Adit mengelus punggung Aksa perlahan, yang dipelukannya hanya diam, setidaknya sekarang nafas Aksa sudah teratur dan kondisinya sudah membaik pikir Adit.

"Ma-makasih ya Adit. Maaf Aksa ngerepotin kamu."
ujar Aksa pelan, hampir gak kedengeran sama Adit yang sekarang lagi sibuk menepuk nepuk pundak Aksa.

"Shh, gak ngerepotin lah Sa, lain kali jangan sampe maksain kaya tadi lagi ya."
Adit mencoba menarik pelukannya, mau lihat muka Aksa yang ternyata sekarang lagi cemberut lucu.

Aksa mengangguk, dengan bibir dan wajah yang ditekuk, ia tahu ia salah karena terlalu maksain diri buat lari lima putaran. Harusnya Aksa paham seberapa kuat kondisi tubuhnya, bukannya malah jadi ngeropotin temennya itu.

"Ya udah, kita pulang duluan yuk. Gue udah laper banget nih."

Cengiran Adit berhasil membuat Aksa kembali ceria, Adit memang begitu, paham betul kalau Aksa sedang ingin pulang ke rumah dan bergelung manja dengan kasur kesayangannya.

Oh iya benar juga, pulang ke Raditya Wiranata juga menyenangkan sepertinya, pikir Aksa.

AKSADITY. | woosang |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang