.
hehe pengen double update
selamat membaca!
.
Dua bulan telah berlalu tidak ada yang berubah, berubah hanya sedikit mungkin(?). Semenjak bercinta terakhir kali, Jake jarang pulang kerumah. Dalam seminggu paling banyak hanya 3 kali suaminya itu datang, selalu menyiksanya terlebih dahulu baru menyetubuhinya sampai tak sadarkan diri. Sunghoon menghela napas merasakan pinggangnya yang sangat pegal, semalaman Jake menghabisinya.
"Selamat pagi tuan, apakah pemilik rumah ini ada?" Sunghoon tersentak kala bahunya ditepuk seorang wanita paruh baya.
"Pemilik rumah sedang tidak ada dirumah, apakah ada keperluan mendesak saya bisa menyampaikan pesan anda kepadanya." Sunghoon tersenyum ramah membuka gerbang mempersilahkan tamunya masuk.
"Anda Nyonya Shim?" Sunghoon menggeleng tak melunturkan senyumannya yang manis. Memang seharusnya begitu kan?
"Saya.."Tin! Tin!
Keduanya lantas terkejut menepi. Dengan sigap Sunghoon membuka gerbangnya lebih lebar membiarkan mobil suaminya masuk. Tunggu, mobil suaminya!? Kenapa pulang sepagi ini, perasaan kemarin sudah ketiga kalinya dia pulang."Sudah sampai sedari tadi ma?" Wanita itu menggeleng kecil mengusap bahu putranya. Sunghoon mengangguk kecil menyimpulkan wanita itu mama suaminya. Sunghoon memang belum pernah bertemu, saat pernikahannya hanya ayah suaminya yang datang.
Sunghoon membawakan tas suaminya mengikuti langkah keduanya dari belakang. Ketika keduanya sibuk mengobrol Sunghoon membuat teh. Mengantarnya tanpa berminat menganggu obrolan keduanya.
"Istrimu?" Jake mengangguk sekilas ketika mamanya menunjuk Sunghoon yang melamun disudut ruangan. Biasanya Sunghoon menunggu di dapur, entahlah apa motivasinya hari ini tiba-tiba berdiri di sana.
"Kau menjaganya dengan baik kan?" Lelaki Shim itu tak menjawab menyibukkan diri dengan ponselnya.
"Kau masih melukainya? Mama lihat ia tidak tenang dan gelisah sedari tadi."
"Itu karena dia takut orang baru, dia kan tidak pernah bertemu mama sebelumnya.""Benarkah? Lucu sekali istrimu, Mama rasa ia tengah hamil sekarang. Perutnya mulai terlihat walau samar, coba nanti kau bawa dia periksa." Jake mengangguk malas menanggapi mamanya.
"Jagalah istrimu dengan baik nak, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi kedepannya. Cintailah dia seperti kamu mencintai keluarga kita, Bawalah ia dalam rengkuhan hangatmu dan limpahkan kasih sayangmu padanya. Mama mengatakan ini supaya kamu tidak menyesal dikemudian hari."
Mama Shim tersenyum sendu menggenggam tangan putra sulungnya. Ia tidak mengerti apa yang tengah terjadi dalam rumah tangga putranya. Namun ia menyakini sesuatu yang besar akan terjadi, perasaannya sangat kuat akan hal itu.
"Nak, mama akan merindukanmu. Jagalah bayi dan kesehatanmu dengan baik." Sunghoon terkejut ketika wanita itu mengusap perutnya dan memeluknya. Ia pun segera memeluk ibu mertuanya dengan erat dan menangis.
Sunghoon juga merasakan tanda-tanda kehamilan persis apa yang ia rasakan saat hamil dulu. Ia sangat takut kalau dirinya benar-benar hamil, takut bayinya tidak akan selamat dari kemurkaan suaminya.
Tetapi apakah benar dirinya tengah hamil? ah, mungkin hanya perasaannya saja. Sunghoon harap itu tidak terjadi.
Esoknya Sunghoon kembali bangun mendapati dirinya yang telanjang. Lagi-lagi suaminya menyetubuhinya, lelaki itu tidak akan pernah puas memperkosanya.
"Bersiaplah." Sunghoon terkejut bukan main melihat suaminya yang baru saja keluar dari kamar mandi mengenakan handuk sebatas pinggang menutupi kemaluannya.
Tanpa banyak bicara Sunghoon segera bangkit membersihkan tubuhnya yang lengket. Sesaat Sunghoon menuruni tangga ia dibuat bingung suaminya telah duduk manis dengan apronya memindahkan sepotong roti panggang lengkap dengan susu.
"Makanlah terlebih dahulu, aku akan memanasi mobil." Sunghoon mengerjap lucu ketika suaminya mengusak rambutnya sekilas sebelum pergi.
"Mengapa sikapnya sangat aneh, apakah ia akan meracuniku dengan makanannya?" Si manis Sunghoon berjalan pelan menuju meja makan, namun langkahnya seketika terhenti melihat dapurnya yang mengenaskan. Tepung berhamburan, telur pecah dimana-mana sangat amis.
"Astaga hanya membuat roti panggang saja mengapa ia menghancurkan dapur seperti ini."
Sunghoon mengurungkan niatnya untuk sarapan, ia pun mulai membersihkan kekacauan yang Jake perbuat."Hei apa kau sudah selesai? Apa yang kau lakukan sialan, kenapa tidak memakan sarapanmu!?" Jake menendang punggung Sunghoon hingga si manis tersungkur. Sunghoon tidak langsung membalas, ia perlahan bangkit mendudukkan dirinya yang basah karena air pel.
"Repot-repot aku membuatnya kau malah tidak memakannya bajingan!" Sunghoon melindungi kepalanya yang terus dipukul kuat oleh suaminya. Tangisannya tak bersuara menahan sakitnya.
"Mati saja kau brengsek!"
Pyar!
Gelas berisi susu itu pecah mengenai tangan cantik Sunghoon, bahkan beberapa menusuk permukaan kulit kepalanya. Ia masih diam menangis sesegukan. Perih, nyeri, dan sakit."Maaf.. maafkan aku tuan." Jake menyeret Sunghoon dengan kasar, si manis pun tak memberontak walaupun tubuhnya beberapa kali tertatuk sudut benda tajam.
Sialan, rencana awalnya Jake ingin membawa Sunghoon ke dokter sesuai saran mamanya, namun Sunghoon selalu tahu cara mematik amarahnya yang selalu meledak. Jake mendorong kasar tubuh ringkih itu kedalam gudang.
"Tuan saya sangat menyesal tolong tuan buka pintunya!!" Sunghoon ribut ketakutan ketika suaminya menguncinya di gudang. Pencahayaan dan udara yang sangat minim membuatnya sesak. Ia takut kegelapan, Sunghoon memilih dipukuli sampai mati daripada berdiam diri di sini.
"Tolong.. hiks.. menakutkan hiks.." Sunghoon meluruh mengusap air matanya menggunakan tangannya, ia pun abai darah yang mengalir dari punggung tangannya ikut menghiasi wajahnya.
"Siapapun tolong aku.."
-------
siapa mau pukul jake ✋
selalu si cantik milik si tampan 😞❤️
apa? bingung nih mau nulis apa buat kalian tapi semoga suka ya 🌼
see you (maybe?)
KAMU SEDANG MEMBACA
Please love me, Jake
FanfictionJakehoon Cerita kasar tentang Sunghoon si pemuda manis yang dijual ayahnya untuk melunasi hutang ayahnya kepada pengusaha sukses, Jake Shim. Sunghoon berharap bintang kecilnya selalu bersinar terang menemaninya tak peduli seberapa banyak luka yang J...