Jakehoon
Cerita kasar tentang Sunghoon si pemuda manis yang dijual ayahnya untuk melunasi hutang ayahnya kepada pengusaha sukses, Jake Shim.
Sunghoon berharap bintang kecilnya selalu bersinar terang menemaninya tak peduli seberapa banyak luka yang...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
Happy reading!
.
Pagi ini begitu cerah dan hangat. Kaki telanjang Sunghoon menyusuri rerumputan yang mulai tumbuh tinggi menghiraukan lukanya terkena sapuan rumput berdaun tajam.
Luka itu ia dapatkan semalam, seharusnya ia hanya berdiam diri saja dirumah. Ia pikir dengan pergi diam-diam semuanya akan baik-baik saja. Ia membulatkan tekadnya mengunjungi panti tanpa izin suaminya pun Jake juga terlihat acuh padanya. Namun entah darimana suaminya tahu ia keluar mengunjungi Sunoo. Sunghoon tidak mengerti apa salahnya.
Suaminya begitu murka tak segan memukulinya meninggalkan luka yang tidak bisa hilang dalam waktu singkat. Ia sampai lupa cara merasakan sakit.
Sunghoon mendudukkan dirinya di bawah pohon akasia memutar jemari lentiknya disela cahaya yang berusaha menembus sela-sela rimbunnya dedaunan. Lebih dari lima menit Jake melihat istrinya itu tersenyum melihat tangannya yang terkena cahaya dan sudah puluhan menit ia habiskan untuk menatap wajah cantik itu tanpa berniat menegurnya.
Setidaknya untuk hari ini ia akan membiarkan laki-laki cantik itu melakukan apapun sesuai keinginannya. Setelah puas bermain-main dengan cahaya, Sunghoon mengusap perutnya sebentar sampai akhirnya pandangannya jatuh kearah gundukan tanah milik kedua anaknya.
"Rumah adek sudah mulai teduh ya?" Sunghoon beranjak dari sandarannya mencabuti rumput liar yang terlihat mengganggu rumah anaknya.
"Bunga milik kakak terlihat sudah layu." Sunghoon memetik dandelion yang mengering perlahan lalu menanam bibitnya diantara makam anaknya.
"Daripada tertiup angin, lebih baik ditanam disini untuk menemani kalian."
Air matanya luruh tanpa permisi. Setelah menepuk tanah menanam bunga Sunghoon terdiam, isakannya begitu pilu dan menyakitkan. Sunghoon menepuk dadanya yang sesak, napasnya mulai tercekat, telinganya berdengung. Sakit sekali.
Bbrukh! "Sunghoon!" Jake berlari segera mengangkat tubuh ringan Sunghoon tak menghiraukan ego dan sikapnya. Ia hanya sedikit khawatir membawa laki-laki cantik itu masuk tergesa-gesa.
"Sangat pucat bahkan napasnya terdengar lemah, haruskah ku bawa dia ke rumah sakit?" Jake menatap Sunghoon yang terbaring lemah di ranjang. Tapi tunggu sebentar, untuk apa ia peduli? Bukankah bagus jika laki-laki ini mati? berdecak malas, Jake memilih meninggalkan Sunghoon sendirian.
Hampir 12 Jam Sunghoon tertidur tak kunjung membuka matanya. Tak ayal pula Jake akan datang setiap jamnya untuk memastikan laki-laki manis itu. Ini sudah yang ke 10 mendatangi kamar istrinya, ia memutuskan untuk duduk ditepi ranjang dan menunggu.