02. he's weird

1.3K 145 16
                                    

Hai?

Hai?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.


...

Happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Happy reading!
.

..


Sunghoon meringis kecil meraba perutnya. Entahlah hanya perasaannya saja atau memang hari ini terasa sangat terik membakar kulitnya. Mata cantiknya sedikit membuatmu, sadar akan dirinya. Sunghoon meneduhkan dirinya dipohon akasia.

Beberapa menit menetralkan pandangannya, bibirnya terangkat membuat senyuman manis. Anak-anaknya.

"Kakak sama adek lagi apa?"

Lagi-lagi mengajak bicara gundukan tanah tak bernyawa. Jemari lentiknya mengusak lembut butiran tanah yang mengering.

"Makasih ya, kalian mau nemenin papa hari ini. Papa mau lanjut jemur baju dulu ya? Kakak tolong jaga adek baik-baik ya? Papa pamit."

Sunghoon beranjak dari tempatnya membasuh tangannya sebentar lalu melanjutkan aktivitasnya yang tertunda.

Siang ini berlajan begitu cepat. Tepat pukul lima sore, laki-laki cantik itu baru saja menyelesaikan acara memasaknya. Hidangan lezat siap menunggu untuk dinikmati.

Mendengar pintu dibuka, Sunghoon berlari kecil membawakan tas kerja suaminya. Tatapannya menunduk hormat tak berani menatap langsung netra serigala milik lelakinya.

"Tuan ingin makan atau mandi terlebih dahulu?" Merasa ditanya, Jake melonggarkan dasinya kasar. Hari ini melelahkan sekali.

"Apa yang kau masak hari ini?"
"Sup sederhana dan beberapa potong ayam."
"Terdengar enak."

Setelah mengatakannya, lelaki berahang tegas itu bergegas menuju dapur. Dilihatnya dengan minat makanan lezat itu. Sunghoon tersenyum lebar menampilkan lesung pipinya yang manis. Membantu mengambilkan makanan untuk suaminya.

Jake menahan lengan kurus Sunghoon yang akan pergi. Sedangkan laki-laki manis itu membelo lucu seakan bertanya 'ada yang perlu dibutuhkan lagi?'

"Temani aku, kau juga belum makan bukan? Makanlah bersamaku."
"Apa tidak apa?"

Jake hanya mengangguk. Sunghoon segera memanasi buburnya tadi pagi tak berhenti bernyanyi kecil. Senang tentu saja, jarang sekali suaminya bersikap manis seperti ini.

Sunghoon mendudukkan dirinya memberi jarak satu kursi dari suaminya. Ia tahu, suaminya itu tidak suka dengan cara sunghoon mengecap makanannya.

"Duduklah didekatku."
"Huh?"
"Kau tuli hah!? Duduklah disini."

Perintah itu mutlak. Sunghoon menunduk dalam menggeser makanannya. Tangannya tak berhenti bergetar, memasukan sesendok makananpun rasanya sangat sulit.

"Kau hanya makan bubur?"
"Iya."

Tidak ada jawaban lagi. Apa Jake pura-pura lupa? Bukankah tadi pagi sekali ia yang menendang mulutnya? Ingin sekali rasanya Sunghoon mengatakan bahwa mulutnya sakit, tersadar kembali suaminya tidak suka jika ia banyak mengeluh. Diam adalah tindakan yang tepat.

Jake melirik Sunghoon dari sudut matanya. Mengapa istrinya itu terlihat kesakitan padahal hanya menyuap sesendok bubur hangat polos.

Dilihatnya buliran air mata turun dari mata cantiknya. Baru saja Jake akan mengangkat tangannya sigap, laki-laki manis itu sudah buru-buru mengusap cepat air matanya.

Sunghoon bersumpah, bubur itu seakan membakar mulutnya yang terluka. Perih sekali, bahkan ia merasakan amis darah bercampur pada buburnya sebelum ia telan.

"A-aku selesai .. jika sudah, tinggalkan saja.. nanti akan ku bersihkan tuan."

Jake terdiam ditempatnya membiarkan laki-laki cantik itu beranjak. Ia dapat melihat jelas bahu ringkih istrinya itu bergetar, jalannya pun tertatih. Pandangannya tak bisa lepas, tangan putih penuh luka itu bergerak lamban mencuci mangkuk.

Tangis Sunghoon tercekat, mulutnya yang terbakar, zat sabun pencuci piring yang mengenai tangannya, dan perutnya yang terasa diaduk.

Ia sudah tidak bisa menahannya lagi. Sunghoon terseok membawa dirinya kehalaman belakang, ia butuh anak-anaknya.

Bruk!
"Hiks- sakit.. hiks- .."

Tangisannya pecah diantara makam kedua anaknya. Dadanya bergemuruh sesak, mengapa hidupnya begitu menyedihkan?
Beberapa menit setelahnya Sunghoon tenang menyisakan isakan kecil.

"Kakak.. adek .. ini papa sayang.. maaf ya papa lemah sekali."

Lima menit setelahnya Sunghoon bangkit, ia ingat harus membereskan meja makan. Tenang, ia akan kembali nanti menemani anak-anaknya bermain.

"Darimana saja kau?"
"Aku membereskan gudang yang belum sempat ku selesaikan tadi."

Jake diam saja, basa-basi nya jelek sekali. Padahal ia tahu Sunghoon menangis dihalaman belakang. Sudah bodoh, hidup lagi. Tampak acuh, lelaki Shim itu hanya mengangguk membenarkan letak kacamatanya memasuki ruang kerjanya.

Malam semakin larut, Namun Sunghoon masih enggan beranjak dari tempatnya. Dinginnya malam menusuk kulitnya. Mata bulatnya menatap kagum kearah bintang-bintang malam.

"Bintangnya cantik ya? papa yakin kakak sama adek berada diantara mereka kan? Jadi bintang paling cantik yang selalu menemani papa."

Sebegitu sayangnya ia pada janinnya. Iya janin, bahkan Sunghoon belum pernah melihat bagaimana rupa keduanya.

Calon anak pertamanya gugur pada usianya yang kedua bulan. Waktu itu Sunghoon bersemangat memberitahukan kabar kehamilannya pada suaminya. Awalnya Jake bersikap lembut padanya namun saat ia tidur laki-laki itu menekan perutnya dengan kuat hingga janin dalam kandungannya gugur.

Calon anak keduanya gugur pada usianya yang belum genap sebulan. Sunghoon begitu bodoh membuang alat tes kehamilan itu dalam tempat sampah. Ia pikir suaminya tidak akan tahu karena tertimbun sampah baru, nyatanya tidak. Sepulang kerja laki-laki itu menyeretnya lalu menyiksanya tanpa ampun.

Sunghoon menutup matanya erat, bahkan bayangan kelam itu menghantuinya setiap ia berkedip. Ia tidak bisa berbuat banyak. Suaminya memiliki segala cara untuk membuat dirinya jera, bahkan untuk membunuhnya Jake hanya perlu membalikkan telapak tangannya.

Jake, laki-laki tampan pengusaha sukses yang berhasil menaklukkan perusahaan besar di Australia dan Asia. Memangnya siapa yang tidak ingin menikahinya?

Dulu, Ayahnya berhutang pada pengusaha sukses itu. Karena bunganya sangat tinggi, ayahnya menjual dirinya kepada si pengusaha. Dengan mudahnya laki-laki itu menganggap lunas hutang ayahnya lalu menikahinya dengan perayaan besar.

Yang orang-orang tahu, Jake Shim adalah sesosok lelaki yang penyayang dan tegas. Memang benar adanya. Sebenarnya Sunghoon sendiri tidak mengerti apa yang dipikirkan suaminya. Apa ia melakukan kesalahan sehingga mendapat kekerasan setiap harinya?

Apakah suaminya itu menyayanginya? namun mengapa laki-laki itu menyakitinya?
adakah kesalahan fatal yang telah ia lakukan? Entahlah Sunghoon tidak mengerti.

Tbc-
P

endek-pendek dulu
seneng kalo ada yang baca, thank you for support and see you guys! <3

Please love me, Jake Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang