-*.✧38 - Fifi ✧.*-

5.3K 537 26
                                    

38 - Fifi

Pagi telah menyapa, dengan sang mentari yang masih malu-malu untuk menampakkan diri.

Sylvester meregangkan tubuhnya, merasa seluruh tubuhnya pegal dan kaku setelah lima jam dirinya tidur dengan Mare di atas tubuhnya. Ia melangkah ke arah jendela berharap pemandangan indah menyapa dirinya guna membangun mood untuk hari ini. Selimut masih menyelimuti punggungnya.

"Hoam...." Sylvester menguap lebar seraya menutupnya dengan telapak tangan.

'Meong

Mare mendengkur di dekat kakinya, mengkode sang majikan agar mengelusi bulu kepalanya. Sylvester mengangkat Mare ke pelukan dan mengelus lembut kepalanya.

'Tok-tok

Ketukan pintu menginterupsi, membuat si empu pemilik kamar menoleh ke arah sumber suara.

"Masuk."

Pintu terbuka, menampilkan Damien yang sudah memakai pakaian jas lengkap di sertai  OverCoat melangkah mendekat serta mengelus surai nya.

"Kita akan pulang saat sore nanti," ucapnya, "Ayah pergi dulu untuk mengurus sesuatu."

Sylvester mendongak "Mengurus sesuatu?"

Damien mengangguk. Dirinya serta Margareta harus pergi ke luar mansion untuk sementara, tepatnya tiga jam guna mengurus demo mendadak di salah satu perusahaan yang menyebut ada kebocoran pipa limbah di sebuah sungai.

Sungai itu adalah sumber kebutuhan masyarakat di pinggir. Makanya masyarakat tersebut mengadakan demo tanpa tahu ada seseorang yang berkhianat di dalam perusahaan itu,

Damien di buat geram karena pengkhianat itu. Gara-gara pengkhianat tersebut, perusahaannya di cap buruk di mata masyarakat sehingga terancam penutupannya.

Damien mengecup singkat dahi sang putra dan langsung berlari pergi dari sana sebelum terkena amukan.

"Dasar tua!"

Itu suara Sylvester dari ambang pintu. Netranya menyipit kesal menatap punggung Damien yang sudah melarikan diri jauh ke arah kanan. 

"Cih!" Tangannya mengusap dahi, berharap bekas kecupan itu hilang.

'Meong

"Uuu, Mare." Sylvester menggendong mare yang tadi sudah turun tanpa dirinya sadar. Melompat pasti.

.*✧—Sylvester—✧*.

"Morning!"

Marcellus membalas;
"Morning to."

Sylvester tersenyum menampilkan deretan gigi rapihnya, terlihat juga gigi kelinci di sana.

A/N : Aku juga punya loh, gigi kelinci plus gingsul plus lagi lesung pipi kiri (⁠ ⁠╹⁠▽⁠╹⁠ ⁠)

Sylvester melirik tajam ke arah kiri. Danielo dan Eleander duduk di sana. Mengusap tengkuk, seraya menatap memelas ke arah dirinya.

"Hump!" Sylvester memalingkan muka, dirinya lebih memilih untuk duduk di samping kiri Marcellus.

'Pokoknya aku marah!'

Makan pagi alias sarapan akan mulai sebentar lagi, di sini hanya diisi oleh anggota yang termuda. Rodrigo, William, Ephraim juga sudah ada sini. Sylvester menatap binar Pearl yang duduk di hadapannya. Pearl sangatlah cantik dan keren di netranya.

Pearl memiliki sudut netra tajam. Bibir merah tipis, pipi tirus. Rambut panjang lurus hitam legam. Apalagi saat memakai jas, sangat keren!

Pearl menyadari tatapan binar Sylvester, "Ada apa...?"

"Kakak cantik dan keren pagi ini!" Sylvester tersenyum lebar. Dirinya di notice!

Pearl membulatkan netra. Dirinya terkekeh geli atas jawaban terang-terangan bocah di hadapannya ini, sangat lucu ketika netra biru es itu berkilau cerah menatap binar ke arah dirinya.

"Kamu juga tampan pagi ini," balas Pearl. Sylvester berterimakasih atas pujian balasan itu.

'Yes! Aku tampan!'

Marcellus mengelus lembut surai sang adik sepupu. Lucu sekali.

"Kak, Fifi tidak di puji...?"

Suara yang di buat lembut itu berhasil menarik perhatian Sylvester. Ia menoleh ke arah kanan, seorang gadis menggembungkan pipinya kesal di sana

Pearl tidak menanggapi, ia menatap dingin gadis yang memanggil dirinya 'Fifi' itu. Sylvester menyadari. Pearl tidak suka gadis itu, atau bisa jadi membenci gadis itu.

"Kakak jahat!" Gadis itu memalingkan muka yang masih menggembungkan pipi, ia mengerucutkan bibirnya seraya bersedekap tangan.

"Namaku Effie, panggil Fifi!" Effie menoleh ke arah Sylvester seraya memasang air muka polos, "Kalo kamu?"

"Aku Sylvester Dimitri, salam kenal." Sylvester tersenyum tipis, membuat Miguel mengernyit tidak suka.

"Syl, makan," ujarnya singkat kepada sang adik sepupu. Sylvester mengangguk.

Sylvester tidak ingin memperhatikan atensi Effie lebih lagi, ia lebih memilih untuk memakan sandwich yang di berikan oleh Marcellus untuk dirinya makan. Yang lain juga hanya menatap dingin sebagai tanggapan. Itu membuat atmosfer terasa mencekik di sini kala suara gadis itu terus saja mengoceh tidak jelas.

Sarapan berlangsung dan berakhir  mencekam.

"Kak Vier," panggil Sylvester, "Mom Letta di mana?"

"Mom Letta sekarang sedang ada di ruang tengah bersama mom Riel." Sylvester membeo.

"Kalo mama Thea?" Giliran Agustin yang harus menjawab pertanyaan Sylvester.

"Paling juga sedang bersama dua wanita itu." Agustin mengangkat bahu. Para wanita selalu berkumpul menjadi satu soalnya.

Sylvester membeo, membuat Enoch merenggut kesal, "Kak En tidak di tanyai?"

"Memangnya kak En sebegitu pentingnya bagi aku?" Sylvester mencebik. Apa-apaan sikap dramatis Enoch yang menyender pundung di bahu Ferlando.

"Pergi kau." Ferlando mengibaskan tangannya membentuk pose mengusir.

"Hiks! Jahat sekali kau wahai sahabat!"

Suasana mulai cair setelah Sylvester selesai makan dan mengobrol panjang kepada yang lain, kecuali Danielo dan Eleander yang masih Sylvester musuhi.

Pokoknya Syl tidak mau bicara sama mereka berdua hari ini!

✿✿✿Bersambung....

You know? Rasanya bakal nggak seru kalo langsung end gitu ajah, so aku bakal kasih sedikit bumbu² dengan tumbal nantinya. Jangan panas ya nanti (⁠。⁠•̀⁠ᴗ⁠-⁠)⁠✧

Btw kok aku baru ngeh setelah baca komen kalo aku typo kemarin ༎ຶ⁠‿⁠༎ຶ perkara tidur sejam sehari, but maacih para ayang readerkuh karena udah ngoreksi (⁠*⁠˘⁠︶⁠˘⁠*⁠)⁠.⁠。⁠*⁠♡

Tolong koreksi lagi ya, mataku berat banget soalnya jadi nggak bakal terlalu ngeh, hehek (⁠.⁠ ⁠❛⁠ ⁠ᴗ⁠ ⁠❛⁠.⁠)

Sylvester [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang