7.

392 60 58
                                    

Tolong kemurahan hatinya untuk klik vote, dan penuhin setiap paragraf dengan komentar 😉

Siang itu, Jeno tumbang. Jatuh berdebam karna demam yang menyerang. Suhu tubuhnya meningkat, terasa sangat panas ketika rekannya membantu.

Sedari tadi malam, Jeno mengeluhkan tubuhnya yang terasa meriang pada bintang-bintang. Pundaknya semakin terasa nyeri, dengan bengkak yang menghiasi. Kompres air es yang biasa Jeno lakukan, membuatnya menggigil. Demam mulai menguasai tubuhnya.

Paginya, Jeno tetap bekerja meski mengetahui tubuhnya tidak dalam keadaan sehat. Jeno tidak ingin berdiam diri, atau rasa sesak atas pengkhianatan akan terus menghampiri.

Renjun membohonginya, itu benar-benar menyakitkan dan sulit sekali dilupakan.

Seruan panik para pekerja memenuhi area proyek ketika Jeno terjatuh dengan semen di punggungnya. Mereka segera membantu, mencoba memberikan pertolongan pertama pada orang yang tidak sadarkan diri, mencari nafas dan nadi milik Jeno, juga meninggikan kedua kaki Jeno agar lebih tinggi daripada dadanya. Nafas dan nadi, masih terdeteksi. Namun, setelah beberapa menit berlalu, Jeno tetap tidak sadarkan diri.

Chanyeol berinisiatif membawa Jeno ke instansi kesehatan terdekat. Lelaki berkepala empat itu, khawatir bukan main. Terlebih, ketika suhu tubuh Jeno semakin meningkat melebihi sebelumnya.

Dibantu rekannya yang lain, Chanyeol menggendong Jeno dari lantai 6 bangunan rumah sakit yang masih dalam pengerjaan, dan membawanya menggunakan mobil pickup yang masih penuh oleh bebatuan. Chanyeol bahkan tidak peduli, jika dengan adanya bahan material di mobil yang ia bawa, dapat menarik perhatian orang-orang di dalam instansi.

Ada rasa syukur yang Chanyeol ungkapkan ketika Jeno membuka matanya. Sebelum akhirnya, teriakan panik Chanyeol kumandang dari bibirnya, katika melihat Jeno yang kejang.

Pihak instansi berkata, "Kami tidak sanggup menangani Tuan Jeno, akan kami rujuk Tuan Jeno untuk mendapatkan perawatan di Rumah Sakit yang lebih besar." sesaat setelah Jeno berhenti dari kejangnya.

Chanyeol dengan baju kotornya tidak ada pilihan lain selain menyetujui apa yang dikatakan perawat. Dalam hatinya terus berdoa, 'Tuhan, tolong berikan yang terbaik pada anak baik itu. Dia sudah terlalu lama merasakan beratnya hidup.'

Setelah mengurus beberapa dokumen, Jeno dipindahkan sesuai perkataan pihak instansi.

Chanyeol menyetujui semua Informed consent yang diberikan pihak rumah sakit. Termasuk rawat inap dan melakukan berbagai tes untuk data penunjang.

Hari sudah malam ketika Jeno membuka mata. Tubuhnya terasa lemas. Pundaknya terasa semakin nyeri. Jeno langsung mengetahui dimana dirinya, ketika melihat infus yang menghiasi tangannya.

"Jeno? Syukurlah.. Tunggu! Paman panggilkan perawat dulu." ucap syukur Chanyeol lontarkan. Hatinya benar-benar lega melihat Jeno yang sudah membaik.

Jeno berkata, "Paman, Jeno tidak apa-apa. Masuk kerumah sakit seperti ini, terasa sangat berlebihan."

Chanyeol menggeleng, "Tidak ada yang berlebihan, nak. Justru ini tindakan yang tepat." lalu melanjutkan, "Jika instansi yang lebih kecil tidak dapat menangani dirimu, itu tandanya ada sesuatu yang salah pada dirimu."

Jeno terdiam mendengar perkataan Chanyeol. Apakah dirinya separah itu?

Perawat datang menghampiri. Mengecek keadaan Jeno. Memonitor tanda-tanda vital si lelaki April. Mengganti Infus RL (Ringer Laktat) dengan Infus kaca berisikan paracetamol. sebelum akhirnya berkata, "Suhu tubuh Tuan Jeno sudah tidak sepanas tadi. Namun ini tetap demam. Saya berikan paracetamol sesuai resep dokter, Tuan." lantas melangkah pergi setelah memastikan tidak ada pertanyaan dari Jeno dan walinya.

He's A Liar [Renno] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang