Seven

87 16 4
                                    


Jangan lupa klik vote dan comment disetiap chapternya, karena itu sangat membantu buat berkembangnya book ini hehehe. makin banyak vote dan comment dari kalian, makin rajin juga aku updatenya.

Selamat membaca~

.

.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Masih di malam yang sama dan keduanya yang masih berjalan menuju kamar Haechan. Ah ralat, lebih tepatnya Mark yang berjalan menggendong beruang madu tersebut di punggungnya.

"Mark, kau sudah berapa lama tinggal di asrama ini?" tanya Haechan memecah keheningan.

"Sudah lebih dari 5 tahun."

"Tunggu.. berarti kau lebih tua dariku?"

"Mungkin."

"Apa kau pernah pergi ke dunia manusia?"

Mark mengangguk mendengar pertanyaan Haechan.

"Apa yang kau lakukan di dunia manusia? apa kau sekolah disana?"

"Tidak, aku hanya mengantar barang pesanan seseorang dan sesekali bertemu dengan teman lama."

"Kau buk-"

"Tidurlah, suaramu terdengar hingga lorong bawah." tegur Mark. Ia sedikit terkejut dengan orang yang ada di gendongannya, cepat sekali energinya terisi?

Yang ditegur hanya bisa mengerucutkan bibirnya, padahal dirinya hanya ingin mencari topik obrolan, ia sangat jengah dengan suasana sunyi seperti sekarang.

Haechan merebahkan kepalanya di punggung Mark, hingga tak lama kantuk menyerang dan membawanya masuk ke alam mimpi. Mark yang merasa punggungnya memberat dan terdengar suara dengkuran halus lantas tersenyum.

Sesampainya di kamar Haechan ia merebahkan tubuh si manis ke atas ranjangnya, lalu menyelimuti pemuda itu hingga bagian dada. Mark menatap Haechan yang sedang terlelap.

"Terlihat manis jika sedang tidur seperti ini."

Saat akan beranjak tangannya ditarik oleh Haechan, namun dengan sigap ia menahan tubuhnya agar tidak terjatuh di atas Haechan. matanya terbelalak, situasi macam apa ini? batin Mark.

Bagaimana tidak? sekarang posisi keduanya begitu ambigu, Haechan yang masih terlelap dalam tidurnya dan Mark dengan posisi mengungkung di atasnya. Sepertinya Haechan tadi hanya mengigau namun mampu membuat jantung Mark berdetak dua kali lipat.

Mark segera melepas cekalan tangan Haechan pada lengannya, lalu pergi keluar dari kamar Haechan sebelum terjadi sesuatu yang tak diinginkan.

Mark berjalan menyusuri lorong lantai dua itu untuk menuju ke gedung Jung di seberang.



༒︎༒︎༒︎



Keesokan Harinya, Haechan bangun lebih awal, tentunya karena teriakan Jaemin yang mengisi ruangan.

"BANGUN HAECHAN! KITA AKAN TERLAMBAT KELAS PROFESOR JUNGKOOK!" teriak Jaemin saat setelah ia masuk kedalam kamar Haechan dan menarik selimut yang digunakan pemilik kamar.

"Berisik, aku masih mengantuk." Haechan mengubah posisi membelakangi Jaemin.

"Kau mau ditinggal dan berjalan sendiri memasuki hutan?"

"Aku pemberani, aku tidak akan takut masuk kesana sendirian."

Otak jail Jaemin bekerja di saat seperti ini, ia naik ke atas kasur dan duduk di sebelah Haechan, dirinya mendekat ke arah kepala Haechan, lalu berbisik,

"Haechan-ahh kata Profesor Jungkook, seseorang yang masuk ke hutan belakang sekolah sendirian akan di mangsa Black Reaper, ihh aku sih tidak mau ya. dan juga, kau akan diledek oleh Max jika kau tidak datang, dia akan mengira jika kau penakut."

Setelah mengatakan hal tersebut ia langsung beranjak dari ranjang Haechan dan berniat meninggalkan kamar itu.

"Yasudah kalau kau tetap tidak mau ikut, aku berangkat dul-" belum selesai Jaemin melanjutkan kata-katanya, terdengar suara jatuh dari arah belakang. Sontak dirinya menoleh dan mendapati Haechan yang sudah terjatuh tengkurap di samping kasur sambil mengusap dahinya, sepertinya dahi Haechan terantuk lantai saat terjatuh tadi.

"ASTAGA HAE-"

"TUNGGU AKU, AKU TIDAK AKAN LAMA!" dengan cepat Haechan berdiri dan berlari masuk kedalam kamar mandi.

Jaemin mengerjap,

"Apakah sakit?" gumam Jaemin, dia tidak habis pikir dengan Haechan. Ditakut-takuti seperti itu saja? tapi memang dirinya tahu sekali jika Haechan penakut dengan hantu dan sebagainya. Lucu sekali Haechan yang menjadi konyol ini.

Jaemin terkekeh sebelum mengambil selimut yang terjatuh di lantai, lantas ia melipat selimut dan merapikan kasur milik Haechan.

Tak lama terdengar suara pintu kamar mandi terbuka, terlihat Haechan yang sedang mengeringkan rambutnya, lalu dirinya berjalan ke arah lemari pakaiannya dan mengambil satu setel baju seragam dan jubah panjang.

"Kau dibawa Mark kemana semalam? setelah aku menyelesaikan makan malam aku mencarimu di kamar, kau tidak ada." 

"Aku berada di ruang kesehatan." jawab Haechan seadanya.

"Kenapa kau bisa sampai pingsan kemarin? walau kemarin memang feromon Mark begitu mencekik tapi hanya kau yang bisa sampai pingsan seperti semalam"

Haechan menghela nafas mengingat kejadian semalam,

"Mark adalah mate ku." ucap Haechan tiba-tiba.

"APA?! KAU MATE MAR-" Haechan dengan cepat membekap mulut lancang Jaemin itu.

"mmmm?!" Jaemin menatap Haechan, memohon agar ia melepas bekapan pada mulutnya.

"Jangan berteriak, orang lain akan mendengarnya, bisa-bisa aku disantap Omega-omega yang menyukainya." Haechan kembali melanjutkan acara mengenakan seragamnya.

"Sungguh? bagaimana kau bisa tau?" tanya Jaemin penasaran.

"Seperti saat kau melihat mata Jeno, aku juga melihat mata Mark berwarna biru gelap dan juga... alasan kenapa aku bisa sampai pingsan karena feromon-nya begitu pekat." jelas Haechan dan di angguki Jaemin yang masih menatap ke arah Haechan tak percaya.

Apa ini? dia mate Jeno dan saudaranya adalah mate dari kakak mate-nya? sebuah fakta yang mengejutkan.




༒︎༒︎༒︎



Hai haii, segini dulu yaa, jangan lupa vote dan comment nya terimakasihh!

see u di chapter selanjutnya~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aplomb | MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang