8. Kenapa Harus Dia?

25 1 3
                                    

Plakkkk!

Wajah Aulia berpaling ke kanan dengan cepat, rasa sakit dan panas merambat di area pipi yang lantas membuatnya mengusapnya sejenak.

"Kamu mau jadi berandalan? Iya!!"

Teriakan Arini menggema di rumah mewah itu, sedangkan Aulia meringis kesakitan ketika dirinya terkena tamparan oleh Bundanya, gadis itu menunduk.

"BUNDA!!" Pekik Disa tak terima dengan apa yang barusan saja ia lihat, namun langkahnya dicegah oleh Alora.

"Jangan ikut campur, Dek. Alora menarik pelan lengan Disa.

"Kena hukuman, selalu menyontek, tidak mengerjakan tugas, dan berantem di sekolah. Apa lagi yang mau kamu lakukan untuk mempermalukan saya?!"

Aulia tersenyum kecut mendengar hal itu. Kemudian, Aulia tampak berpikir. Dia sempat melihat Alora di balik kerumunan saat dirinya sedang bertengkar dengan Steffa, tadi. "Apa Alora yang ngaduin gue ke Bunda? Tapi nggak mungkin."

Arini merasa semakin geram dengan tingkah Aulia yang mengacuhkannya seperti itu. Dia pun mendorong bahu Aulia, yang membuat Aulia kehilangan keseimbangannya dan terjatuh.

"Kamu tuh benar-benar nggak tau diri, ya! Sadar diri dong kamu itu cuma--"

Tidak bisa. Adisa tidak bisa diam saja melihat Bundanya yang semakin keteraluan. "Cuma apa, Bun?" Hardiknya yang memotong ucapan Arini.

Ketika Arini ingin membalas ucapan Disa, namun kalimat Aulia berhasil membuatnya mengalihkan atensi.

"Iya, Aulia mau buat Bunda malu. Toh, Bunda juga nggak pernah peduli sama Aulia, jadi, nggak usah sok ikut campur urusan Aulia!"

Sebenarnya hati Aulia sakit mendengar Bundanya yang merasa malu, padahal yang sebenarnya terjadi, Aulia hanya ingin membela dirinya sendiri dari Steffa yang selalu mengganggunya. Tapi, Arini selalu saja menyalahkan Aulia, tanpa memberi anak itu kesempatan untuk menjelaskan.

"Kamu berani melawan saya?!!"

"Iya! Mulai detik ini dan seterusnya Aulia akan terus melawan Bunda!" Sergahnya dengan mata yang melotot menatap Arini.

Setelah mengatakan kalimatnya, gadis itu melengos pergi menuju kamarnya. Arini mengepalkan kedua tangannya, kebencian di matanya terlihat jelas. Sementara itu, Alora dan Adisa terus memandangi pundak sang kakak yang perlahan menghilang dari pandangannya. Dan, untuk pertama kalinya Disa melihat kebencian di mata teduh kakaknya itu.

"Kenapa hari ini Aul berubah drastis? Aulia yang gue kenal, nggak akan mau terkena masalah di sekolah, apalagi sampe berani ngelawan Bunda. Kenapa Aul mendadak berubah kayak gini?"

Disa semakin bingung dengan kelakuan kakaknya. Mengapa Aulia berubah? Apa yang buat Aulia seperti itu? Dan, kenapa terjadi secara tiba-tiba seperti ini?

***

Tok.. tok... tok

Tidak seperti biasanya, Disa mengetuk pintu kamar kakak sulungnya. Beberapa kali dia mengetuk pintu cokelat itu tetapi tidak ada jawaban, yang lantas membuatnya menerobos masuk.

Disa melihat Aulia sudah berbaring di ranjang dengan selimut yang ia tutupi di seluruh tubuhnya, bahkan Aulia pun menutupi wajahnya.

Firasat Adisa semakin tidak enak. Sejak dari bingkai foto jatuh sampai perubahan sikap Aulia membuatnya yakin jika Aulia sedang ada masalah. Tetapi, mengapa kakaknya itu tidak bercerita kepadanya? Padahal, baik Disa maupun Aulia, mereka tidak pernah menutupi rahasia apapun.

"Aul, lo nggak papa? Mau cerita nggak?"

Aulia tidak menjawab pertanyaannya, tetapi Disa melihat ada pergerakan dari kakaknya itu.

Hiraeth: Adisa | Spin Off TGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang