3. Tidak Semua Harus Ditunjukkan

26 3 2
                                    

Keluarga Anjas sudah berkumpul di ruang makan, bahkan mereka sudah lebih dulu menyantap sarapannya. Namun, satu anggota keluarga tidak terlihat di bangkunya.

Piring Adisa telah bersih. Gadis itu terus menatap tangga, dan dalam hitungan detik suara melengkingnya sudah terdengar di kediaman mewah itu. "Auliaaaaaa!!! cepetan dong! nanti kita terlambat."

"Adisa... Kok masih manggil kakaknya seperti itu."

Disa melirik Anjas yang sedang membaca korannya. Gadis itu mendengus kesal sambil melipatkan kedua tangannya di depan dada.

"Abisnya dia pagi-pagi udah buat emosi, Yah."

Bagaimana Disa tidak emosi, saat ini 15 menit lagi bel sekolah akan berbunyi, tapi, Aulia tidak kunjung datang juga.

"Kebiasaan sih, udah bangunnya siang, pake acara make up an dulu!" Gerutu Disa.

"Sabar.. nanti kalau terlambat biar Ayah yang bicara ke kepala sekolah."

"Bunda bilang juga apa, Nak. Coba tadi bareng Bunda dan Alora aja. Pasti sekarang kamu udah di sekolah. Lagian ngapain juga sih nunggu anak itu," celetuk Arini.

Disa tidak menyahuti ucapan kedua orang tuanya.

Melihat anak bungsu majikannya semakin kesal, Bi Ijah pun bergegas ingin ke kamar Aulia, namun pemilik nama itu sudah terlihat menuruni anak tangga. Aulia langsung menuju kursinya.

"Ayok, berangkat!"

"Sa... gue belum sarapan."

"Salah lo sendiri kelamaan make up! Lo nggak liat jam?! Ini udah telat, Kak!!"

"Yaelah, masih jam segini, gue serapan bentar, lima menit aja," balas Aulia dengan mengambil sandwich. "Tiga menit deh," lanjutnya.

Melihat ekspresi Aulia, Disa pun luluh. Padahal kakaknya itu sengaja memelaskan wajahnya. Dasar Disa mau aja dikubulin.

"Yaudah, cepetan!" Ucap Disa dan kembali duduk di kursinya.

Baru saja ingin melahap sandwich, namun sandwich itu direbut seseorang.

"Disa... Gue--"

Semua atensi menoleh ke Aulia. Ucapan gadis itu terhenti ketika melihat siapa yang mengambil sandwichnya.

"Kamu itu nggak tau diri banget, sih. Gara-gara kamu Adisa jadi kesiangan, seharusnya kamu sadar diri dong! Nggak ada serapan buat kamu," ketus Arini.

"E-enggak papa, Bun..., lagian masih ada waktu kok, biar Kak Aulia sarapan dulu," ucap Disa. Wajahnya sudah tidak kesal seperti sebelumnya.

Arini tidak merespon ucapan Disa. Wanita paruh baya itu menatap tak suka ke arah Aulia. "Udah sana kamu pergi!" ucapnya kepada Aulia.

Dengan langkah yang lemah, Aulia segera salim ke Anjas. Dan, ketika ingin salim ke Arini, namun Arini menepis tangan Aulia. Gadis itu pun hanya bisa menghela nafasnya. Sudah biasa dia mendapatkan perlakuan kasar seperti ini. Dia pun melangkahkan kakinya menuju luar rumah yang diikuti Disa.

Anjas sejak tadi hanya melihat kelakuan istrinya, dia segera mengambil beberapa sandwich dan memasukkan ke kotak bekal, lalu segera menyusul kedua putrinya, tanpa menoleh ke arah Arini.

"Ucup, biar saya saja yang antar anak-anak," ucap Anjas yang tiba di halaman depan rumah.

"Baik Tuan."

Anjas yang sudah duduk di kursi kemudi, menoleh ke belakang, lebih tepatnya melihat putri sulungnya. "Enggak papa ya, Ayah yang mengantarkan kamu ke sekolah?"

Anjas tahu benar bahwa Aulia ingin sekali diantar oleh Arini, permintaan sekecil itu bahkan tidak bisa dilakukan sang istri. Anjas hanya bisa sabar dan sabar.

Hiraeth: Adisa | Spin Off TGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang