5. Prasangka

20 1 0
                                    

Seperti biasa, setiap pagi Disa selalu menghampiri kamar kakak sulungnya terlebih dulu. Ya.. sudah seperti menjadi rutinitasnya. Dia harus mengecek Aulia, karena kalau tidak, bisa-bisa mereka selalu terlambat.

Adisa sudah berdiri di pintu kamar Aulia dengan tangannya disilangkan di depan dada, terus memandangi kakaknya itu yang sedang bersenandung memakai jepit sakura kesayangannya.

"Astaga!!" Aulia memegangi dadanya begitu melirik ke arah pintu, karena merasa sedang diawasi. "Gue kira lo kunti!"

"Enak aja! itu mah kembaran lo kali. Gue cantik kayak gini masa disamain sama si kunti," protes Disa yang mengibaskan rambut panjangnya.

Dia melangkahkan kakinya dan duduk di kasur dengan sprei bunga sakura itu.

"Lah, kembaran gue kan Alora, jadi Alora dong yang kayak kunti? gue bilangin loh."

Ide jahil Aulia mulai berkeliaran di otaknya, padahal jelas-jelas dirinya lah yang bilang seperti itu. Dia ingin beranjak ke lantai bawah untuk mengadukan Disa, namun langkahnya terhenti ketika mendengarkan ucapan tiba-tiba dari mulut adiknya itu.

"Lo benci nggak sama Kak Alora?"

Kalimat itu berhasil menghantam hati Aulia, Aulia sendiri tidak tahu bagaimana perasaannya kepada kembarannya saat ini. Iri? Tentu, dia sangat iri kepada Alora. Bagaimana dia tidak iri melihat perlakuan Bundanya ke Alora. Tapi, tidak mungkin Aulia membencinya, kan?

Aulia memang lebih dekat dengan Disa dibandingkan Alora. Selama 4 tahun dia tidak bersama Alora, jadi masih terasa canggung, apalagi dia anak kesayangan Bunda.

"Lo ngomong apaan sih." Aulia membalikkan tubuhnya menghadap Disa.

"Hmm.. cuma ngomong doang, karena gue nggak pernah denger Bunda marahin Kak Alora. Jadi gue pikir --"

Aulia menjitak kepala adiknya. "Jangan mikir aneh-aneh!"

Tok tok tok..

Kedua gadis itu kompak melihat ke arah pintu. Mereka melihat Alora dengan seragam biru navy-nya sedang berdiri di pintu.

"Aku boleh berangkat ke sekolah barang kalian nggak?"

"Boleh dong," ucap Aulia dan segera merangkul Alora lalu melangkahkan kaki menuju meja makan, yang kemudian disusul Adisa.

"Tuan dan nyonya udah berangkat, Neng, katanya ada urusan."

Itu Bi Ijah yang datang dengan membawa sarapan untuk ketiga putri majikannya. Ketiga gadis itu menghabiskan sarapannya dan segera beranjak pergi menuju sekolah.

"Ra, lo kenal Dimas Pangestu?" Tanya Aulia yang menoleh ke kursi belakang.

Alora menggelengkan kepalanya. "Aku belum pernah denger nama itu."

"Bagus! Jangan deket-deket sama dia."

"Kenapa Aul?"

"Enggak papa, dengerin gue aja ya," pinta Aulia.

"Gue enggak mau lo sampe diapa-apain sama dia, Ra" batin Aulia.

"T-tapi Aul, aku..."

"Dengerin aja kenapa Kak, kalau Aul udah ngelarang berarti itu yang terbaik buat lo, lagian Dimas itu musuh sekolah gue," celetuk Disa yang duduk di samping Alora.

"Dek, lain kali jangan manggil Aulia dengan namanya kayak gitu ya, gak sopan tau, dia kan lebih tua dari kamu."

Skak mat!

Di kursi samping kemudi, Aulia tertawa puas. "Tuh dengerin, Sa. Adek laknat lo!"

Sedangkan yang di ceramahin hanya cengengesan dan menggarukan kepalanya yang tidak gatal.

Hiraeth: Adisa | Spin Off TGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang