Aldiva Navendra
21 tahun
13 JanuariKematian seseorang yang berharga pastinya membuat orang yang ditinggalnya merasakan kesedihan.
Hal yang sama-pun juga dirasakan oleh pemuda yang bernama Aldiva Nevandra. Pemuda yang kerap disapa Al ini baru saja pulang dari kelulusannya, namun bukannya mendapatkan sambutan dan pelukan Al malah mendapatkan dua peti mati di halaman depan rumahnya.
Mengabaikan kopernya, melangkahkan kakinya ke dalam rumah Al mendapati banyak orang yang sedang duduk. Wajah mereka tersirat perasaan sedih yang dalam, saat matanya menangkap wajah sang bibi Al lantas menghampirinya.
"Bibi, apa yang terjadi di sini? Dan kenapa ada peti mati di luar?" pertanyannya itu mendapatkan tatapan marah dari bibinya.
"KAMU! APAKAH KAMU TIDAK TAU JIKA AYAH DAN IBUMU SENDIRI TELAH TIADA?! OH BAGAIMANA KAMU BISA TAU KAMU KAN HANYA ASIK DENGAN KENAKALANMU ITU." meledak sudah kemarahan sang bibi akibat pertanyaan polos yang dilontarkan oleh keponakannya itu, pertanyaan yang keluar dari bibir yang seolah tidak pernah mengucapkan kata-kata kotor.
Deg
Apakah ini benar? Perasaan sesak memenuhi dadanya.
"Bibi. . . Bibi jangan bercanda! Ayah dan Ibu tidak mungkin mati!" perasaan sesak di dadanya membuatnya takut, takut karena kenyataan yang berada di depan mata.
"Jika kamu tidak percaya bukalah kedua peti yang ada diluar. " sahut seseorang.
Dengan langkah tergesa dan berantakan, Al menuju ke arah ke dua peti yang berada di luar. Tangannya yang gemetar dengan perlahan menggeser tutup peti mati pertama begitupun peti mati yang kedua.
Begitu peti terbuka wajah kedua orang tuanya terpampang dengan nyata.
"Ayah. . . Ibu. . . Ini semua tidak benar bukan? Kalian pasti masih hidup. . . INI SEMUA PASTI CUMA REKAYASA! BIBI KATAKAN KE PADAKU JIKA INI SEMUA TIDAK BENAR!" raut ketidak percayaan terpancar dari wajahnya.
Orang-orang yang melihatnya merasa kasihan, bagaimanapun juga Al adalah anak satu-satunya. Di tinggal pergi saat hari membahagiakan bukankah rasanya begitu buruk?
Jordan Afandra
19 tahun
20 JuniDi sisi lain, seorang pria dewasa terlihat sedang duduk menyilangkan kakinya dengan tangan yang memegang segelas wine.
Dihadapan pria tersebut nampak sebuah meja kecil dan seorang pria lain namun usianya lebih muda sedang berdiri tegak.
Srett
Pria dewasa itu meletakkan sebuah map coklat di atas meja kecil di hadapannya.
"Lihatlah berkas ini. Aku ingin kamu membunuh orang yang ada di foto itu. Imbalannya adalah dua gelang antik yang kononya terbuat dari benang suci, rumor mengatakan gelang itu bisa menjadi tempat penyimpanan barang berharga." ucap pria dewasa itu yang kita sebut saja namanya Arga.
"Baik Tuan." balas pria muda itu.
"Seperti biasa Jo kamu tidak mengindahkan tentang imbalannya. Tapi untuk kali ini imbalannya akan tetap diberikan." ucap Arga sambil berdiri dari duduknya.
"Tapi ingat, jika kamu gagal kamu akan dikeluarkan dari organisasi ini dan diburu." bisik Arga saat sampai di depan pria yang dipanggil Jo.
"Tentu Tuan." ucap Jo tenang.
Sepeninggalnya Arga dari ruangan itu, Jo menghela nafas. Jelas sekali jika berhadapan dengan Arga, mereka harus mempersiapkan diri mereka dengan baik sama halnya dengan Jo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azher : adelfóktonos (Slow Up)
FantasyProject collab 1 @ran-mxlyss sebagai Al & El Gw sebagai Jo & Ash ○●●●○●●●○●●●○●●●○●●●○ Kesedihan dan putus asa membuat Al memilih untuk mengakhiri hidupnya. ○●●●○ Rasa bersalah yang menghantui membuat Jordan tidak fokus berkendara dan berakhir denga...