Azher 1 : Awal

176 13 2
                                    

"Di hari yang membahagiakan ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Di hari yang membahagiakan ini. . . kenapa kalian tidak datang?"
-Aldiva Nevandra-

.

.

.

Pantulan bayang dari arah cermin menampilkan daksa seorang pemuda, ia dengan apik merapikan jubah hitam panjang selutut miliknya. Setelah merasa rapi, ia lantas mendongak untuk melihat penampilan raganya. Ketika tersenyum, terhias dekik yang sangat manis membuatnya terlihat jauh lebih tampan hingga membuat siapa saja yang melihatnya terpesona.

Mau dibilang jelek juga nggak mungkin, alis melengkung tegas, mata tajam nan tegas, hidung yang sedikit mancung, bibir sexy , rahang tegas tanpa rambut, dagu lancip, tubuh tegap sempurna, sungguh idaman. Kita panggil dia Al, Aldiva Nevandra.

Sampai sebuah suara mengagetkannya

"Al, bantuin!" pekik Zeandra Alaskar, alias Zea sembari menghampiri Al dengan kedua tangan dileher. Ia terlihat bersusah payah untuk memasang kerah leher seragamnya, namun sayang gagal.

Jadi dengan niat meminta tolong ia menghampiri Al yang masih setia melihat tampangnya di depan cermin yang tertempel di lemari kayu dengan mimik sumringah, mungkin karna terlalu senang namun ada sedikit kenarsisan di wajahnya. Meski begitu, sorot matanya tidak bisa berbohong. Al sungguhtidak sabar bertemu dengan orang yang sangat dirindukannya(?) Entahlah, aku tidak tau -ran

"Ya elah" Al lantas berbalik badan sambil terkekeh saat Zea berada dibelakangnya dengan wajah kesusahan. 'Lucu' batinnya.

Ia menatap sepintas sleber kuning yang menjadi kerah setelah jubah hitam itu tertimbun. Mendapati itu, ia seolah mendapatkan lampu yang menyala di otaknya. Menyadari hal itu, ia menggeleng pelan guna menghilangkan opini buruknya. Tak mau berlama-lama dengan pikirannya dan tak mau Zea menunggu, Al lantas melaksanakan apa yang diminta oleh Zea.

"Al, orang tua lo bisa dateng kan hari ini?" tanya Zea saat jemari Al mulai menyentuh pundaknya.

Bukan tanpa alasan Zea bertanya begitu. Dulu pernah ada beberapa acara yang diharuskan untuk mengundang orang tua, tetapi orang tua Al tidak bisa datang karna keterbatasan biaya dan alat transportasi. Jadi, kali ini Zea berharap orang tua sahabatnya ini datang di hari kelulusannya dan bersenang-senang ria.

"Bisa sih. . . kayaknya. Ga tau juga" Al menahan nada bicaranya yang bergetar agar tidak dicurigai.

"Ow-" ucapan Zea terputus, karna tangan Al yang membantunya memasang sleber malah menarik sleber-nya kasar hingga membuatnya terdorong kebelakang bahkan tersedak air liurnya sendiri. Al benar-benar mengikuti arahan idenya yang terlintas tadi dengan baik.

"Uhuk, le... pas... lepas.. in Al!" pinta Zea dengan suara yang semakin serak, ia memukul tangan Al beberapa kali untuk membuat pemuda itu melepaskan tangan dari lehernya. Wajah Zea sampai memerah akibat cekikan itu, semoga saja Al tidak terlalu kuat menariknya. Bisa-bisa Zea meninggal dihari yang dia tunggu-tunggu.

Azher : adelfóktonos (Slow Up)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang