Azher 2 : Garis awal

53 8 2
                                    

"Hoki seumur hidup dipake"-Jordan Afandra-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hoki seumur hidup dipake"
-Jordan Afandra-

.

.

.

.

Ari pov on

Setelah pertemuan Jo dengan target yang seharusnya dibunuh di minimarket tadi, Jo merasa sedikit kasihan terhadap anak dari pasangan itu. (mengacu pada orang tua Al yang terlibat kecelakaan)

"Apa yang kamu pikirkan Jo?" tanya Arga.

Ya saat ini Jo sedang berada di markas, tepatnya di ruangan milik Arga. Jo telah menceritakan semuanya, dari ia yang salah membunuh target, keterlibatan orang yang bukan target, hingga rencananya untuk menolak hadiah pemberian dari Arga.

"Sungguh, saya rasa saya tidak bisa menerima hadiah itu, bos." ucap Jo merasa sedikit tertekan.

"Tidak apa-apa, kalaupun kamu tidak berhasil mentuntaskan misi ini aku tidak masalah. Tapi tetap saja, anggota yang lain mungkin akan memburumu.

Asal kamu tau Jo, orang yang kamu temui di minimarket itu memang kembarannya. Namun, dia tidaklah bersalah jadi kamu tidak perlu merasa ini aneh. Dan untuk pasangan itu, apa yang akan kamu lakukan?" jelas+tanya Arga.

"Bisakah bos memberikan satu gelang itu kepada anaknya? Rasanya aneh jika aku mengenakan 2 gelang yang sama." ucap Jo. Sebenarnya Jo antara percaya dan tidak percaya mengenai kebenaran tentang gelang itu. Tapi apa salahnya, jika memang benar maka ia bisa menebus sedikit rasa bersalahnya, jika tidak benar maka ia bisa memberikan anak dari pasangan itu bantuan secara berkala. Meskipun ia harus bersembunyi.

"Baiklah jika menurut kamu ini tepat." balas Arga.

'Apakah memang seperti ini akhirnya?' batin Arga

2 hari setelahnya, Jo langsung menuju villa yang diberikan oleh Arya atas kesuksesannya dalam menjalankan misi yang diberikan.

Villa itu berada sedikit jauh pusat kota, membuatnya harus berangkat pagi-pagi sekali. Perjalanan yang memakan waktu kurang lebih 3 jam itu tidak sia-sia, batang pohon yang besar dan terlihat tua membuat jalan menuju villa itu sedikit menyenangkan.

Tidak banyak taman yang memiliki pohon di negara I, banyaknya bangunan perumahan membuat orang-orang enggan untuk menanam pohon karena takut rumahnya tertimpa dahan pohon. Warga di negara I kebanyakan berprofesi sebagai pekerja kantoran, hal ini membuat mereka jarang berada di rumah.

Saat Jo sampai di jalan di pinggang bukit, dirinya melihat banyak petakan tanah yang ditanami oleh rempah-rempah, buah-buahan, bunga-bunga, dan tanaman obat. Melihat ini, matanya terlihat berbinar cerah. 'Sungguh idaman.' batin Jo.

Azher : adelfóktonos (Slow Up)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang