"Sungguh mengejutkan, pangeran kedua Hellisseu itu benar-benar menggertak seseorang!"
Ketika Felix membuka matanya saat itu, ia menatap langsung pada seorang pelayan laki-laki yang sedang berlutut gemetar di lantai marmer kotor dengan pakaian basah. Kerah pelayan itu berada dalam cengkeramannya.
Felix mengernyitkan dahinya, menyapu pandangan ke sekeliling dalam kebingungan. Ada banyak orang yang hadir, dan semua perhatian mereka berkumpul padanya. Mereka berbisik, bergumam, menghakimi, dan menatapnya tanpa ragu-ragu, sementara dia berdiri terpaku karena terkejut.
Penglihatan Felix berubah-ubah saat kepanikan melanda pikirannya. Dia merasa dunia gelap dan mata menjijikkan orang-orang ini bersinar terang, menatapnya dengan penuh ejekan dan ketidakpuasan yang menakutkan.
Dadanya sesak, pusing melanda, dan banyaknya tatapan yang tertuju padanya membuat perutnya seakan dibolak-balik hingga dia mual.
Ia melepaskan kerah pelayan tadi, menjauh sambil menatap sekitar untuk mencoba memahami situasi. Lalu, matanya tanpa sengaja tertuju pada sosok yang familiar. Seorang perempuan berambut pirang panjang, bermata ungu tajam, bergaun merah burgundy, yang sedang berdiri di antara kerumunan dan menatap ke arahnya. Seseorang perempuan yang dia pikir tidak akan pernah dia temui lagi, seseorang yang dia yakini telah meninggalkannya dan pergi dari hidupnya: mantan kekasihnya, yang menusuknya dari belakang di kehidupan sebelumnya.
"Tidak." Dia berbisik pada dirinya sendiri, suaranya serak dan goyah saat pikirannya berjuang untuk memproses kenyataan yang terbentang di hadapannya.
Beberapa waktu lalu dia terjatuh dari jurang, dan beberapa saat kemudian dia berada di aula perjamuan? Ini aneh, dan Felix tidak ingin menerimanya. Kenapa dia disini? Mengapa ia berada pada acara perjamuan mantan kekasih yang merampas kekuatan sihirnya!?
Mengapa dia masih hidup?
Dia ingin mati!
Setiap detik, setiap menit, setiap jam! Satu-satunya yang ingin dia rasakan adalah kematian. Katakan dia gila, karena memang begitulah kenyataannya.
Bibirnya diam, kepalanya berisik. Sangat berisik hingga rasanya dia ingin bersembunyi dari dirinya sendiri.
Dalam keadaan linglung, Felix mundur beberapa langkah. Matanya melirik setiap sisi aula, mencari jalan keluar. Dengan panik mengabaikan sekitarnya dan berbalik untuk segera berlari menerobos kerumunan yang memekik terkejut.
Para bangsawan itu bergerak menepi untuk memberinya jalan, jelas tidak puas dengan kelakuannya barusan.
Seberapa sering dia berlari? Sangat sering. Setiap kali dia dalam masalah, yang dia lakukan hanyalah berlari, berlari, dan berlari. Manusia egois sepertinya tidak peduli dengan orang lain, dia hanya ingin menyelamatkan dirinya! Dia butuh rasa aman, dan orang-orang semacam ini tidak akan memberikannya perasaan itu!
Mereka adalah orang-orang yang kelak akan menghancurkannya. Dan jika dia dipaksa untuk terus hidup, dia harus menyelamatkan dirinya terlebih dahulu dari mereka semua.
Tidak ada yang bisa dia percayai di dunia ini, bahkan dirinya sendiri.
Kaki jenjang yang dibalut setelan celana panjang navy itu dibawa berlari keluar dari aula tempat kegiatan berlangsung. Berbelok di koridor panjang yang begitu familiar tanpa menurunkan kecepatannya.
Perabotan emas, perak, berlian, apapun yang baru saja dia lewati, tidak menghentikannya barang sebentar.
Suara-suara aneh bergema di kepalanya, dan Felix tidak mau mengingatnya lagi. Ia menggeleng frustrasi; berusaha menghapus adegan-adegan kematian yang membuat matanya panas.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Terrible Lonely Prince
ФэнтезиFelix Hellisseu, pangeran kedua yang berpenampilan mengerikan itu terlahir kembali setelah mati di tangan pemberontak yang dipimpin oleh mantan sahabatnya. Terkapar mengenaskan, sendirian, dan di tempat asing yang tak satupun orang akan menolongnya...