3. Sudut pandang pengagum

1.2K 144 30
                                    

Sudah setahun sejak kematian ibunya; rasa sakit masih menyengat, sementara kenangan akan sentuhan lembut dan kata-kata menghibur wanita itu masih membawa kerinduan di hati kecilnya yang rentan dan rapuh.

Kesedihan karena kehilangan bercampur dengan kegembiraan festival musim semi, menciptakan campuran pahit manis dibibirnya.

Dia masih ingat bagaimana anak-anak bangsawan menyudutkannya di sisi alun-alun yang sepi, mengejeknya, memanggilnya piatu, dan bahkan menyatakan bahwa ayahnya tidak pernah benar-benar mencintai ibunya, karena dia telah menikah lagi dalam sekejap mata. Membawa wanita dan anak laki-laki lain, yang siap menyingkirkan kapan saja.

Dia ingat bagaimana tangannya mengepal erat hingga kuku-kukunya menancap di telapak tangan dan membuatnya berdarah. Menahan tangis sambil menggigil penuh amarah, memelototi tanah untuk menyampaikan niat membunuhnya pada mereka semua.

"Seorang profesional tidak membunuh di depan banyak orang, Nak. Mereka membunuh target mereka dengan tenang, tidak meninggalkan jejak."

Dia terkesiap begitu mengingat kalimat ibunya. Memejamkan matanya rapat-rapat sambil menarik napas dan mengembuskannya berulangkali untuk menenangkan dirinya sendiri.

Tiba-tiba, teriakan keras menembus udara, membuatnya mendongak karena terkejut.

Ned berdiri mematung di sana, menyaksikan embusan angin bertiup di udara. Menerbangkan helaian putih- yang mengingatkannya pada susu yang ia minum pagi ini- melambai di depan wajahnya.

Melihat seorang anak laki-laki yang lebih tinggi menghajar empat hingga lima anak bangsawan dalam beberapa pukulan. Gerakannya gesit, kuat, dan menakutkan. Menghempaskan anak-anak itu ke tanah tanpa ampun.

Keren...

Anak berambut putih itu berbalik ke arahnya, menatapnya dari atas ke bawah dan menyeringai geli, membiarkan mata merahnya- yang mengingatkan Ned pada darah di ujung pisau ibunya- menunjukkan tatapan meremehkan tanpa maksud jahat.

Menyalurkan gelombang panas yang membuat pipinya memerah karena malu, kagum, dan juga marah.

Sangat ... keren.

---

Beberapa tahun terlewat, dan musim panas tahun ini benar-benar membuatnya lelah, lebih parah dari tahun-tahun sebelumnya.

Dia ingat bagaimana ia harus memaksakan diri untuk tersenyum sepanjang hari, membiarkan orang-orang menghujaninya dengan pujian setelah ia berhasil memburu banyak hewan dalam pesta perburuan hari itu.

Dia ingin beristirahat, tetapi keinginan itu terpaksa ditunda ketika salah seorang anak bangsawan yang ikut berpartisipasi dalam perburuan berlari keluar dari hutan dengan pakaian berantakan. Diikuti oleh seekor beruang besar yang meraung marah, mencoba mencabik-cabiknya.

Beberapa nyonya dan nona muda yang berada di bawah tenda memekik ketakutan, bergerak menjauh dari tempat mereka duduk karena beruang itu telah masuk ke tengah-tengah perkumpulan.

Banyak orang dewasa yang berusaha menghentikan beruang itu, tetapi gagal dan malah terluka.

Kemudian untuk sesaat, Ned yakin dia dapat melihat helai putih menari di udara.

Orang itu!

Di tengah kerumunan, pemuda tinggi bermata merah ruby memegang sebuah busur. Mengarahkannya pada beruang dan melepaskan beberapa anak panah pada titik vital hingga membuat hewan itu jatuh tersungkur.

The Terrible Lonely Prince Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang