"Wah, aku tidak menyangka jika dunia ini begitu memukau," gumam Jeslyn saat melihat hamparan danau yang luas dan dikelilingi oleh pepohonan rindang. Tempat ini cukup dekat dengan paviliun miliknya namun cukup jauh dari mansion utama.
Tempat yang cukup terawat namun tanda-tanda kehidupan disini sangat asri seolah belum ada sesosok manusia yang pernah datang kemari.
Langkah kaki mungilnya terus berjalan menyusuri tepian danau yang teduh. Rerumputan hijau yang luas menutupi tanah yang subur, dan kicauan burung seolah menyambut kedatangannya.
Surai ungu miliknya melambai dan hembusan angin yang lembut, membuat Jeslyn merasa bebas setelah hidup dengan penuh tekanan dan rasa waspada. Di kehidupan sebelumnya, dia memiliki musuh dimana-mana. Bahaya selalu mengintainya. Tidak ada kata aman selain melawan dan menyerang. Namun, di kehidupan kali ini dirinya tidak perlu berusaha keras seperti sebelumnya. Dirinya harus menikmati kehidupan yang ada. Musuhnya hanyalah keluarga ini, selama dirinya berdiam diri dengan nyaman, semua akan baik-baik saja. Itulah yang dapat dia simpulkan setelah bibi pengasuh bercerita tentangnya.
Jeslyn menunduk lalu menjulurkan salah satu tangannya kedalam air sebentar lalu menariknya lagi. Jika dipikir, sudah berapa lama dirinya hidup dengan damai dan tenang? Jeslyn tidak tahu.
Jeslyn mendudukkan dirinya diatas hamparan rumput tepat dibawah pohon. Segala pikirannya tentang dunia ini, bagaimana hidupnya setelah ini, semua masalah masalah miliknya seolah hilang setiap dirinya merasakan hembusan angin dari danau. Hanya jiwanya yang bukan berasal dari sini, tubuhnya tidak. Raganya adalah orang asli dari dunia ini, jadi apakah dirinya bisa mengendalikan sihir atau apapun itu seperti yang ada dalam novel fantasi kuno miliknya?
Tidak ada yang tidak mungkin. Jeslyn yakin, jika tubuh Gracia ini memiliki sihir mengingat dunia ini penuh dengan keajaiban dan misteri. Rambutnya memiliki warna yang unik dan tak biasa. Jika keluarga Kekaisaran diberkahi dengan rambut hitam dan mata emas karena mereka adalah keturunan dari naga, maka tidak menutup kemungkinan jika keluarga Swift memiliki darah dari bangsa lain, kan? Juga iris perak pucatnya ini juga tak biasa. Sepertinya dia akan meminta bibi pengasuh untuk membawakan buku tentang ras dan makhluk yang hidup di dunia ini selain manusia.
-
-Jeslyn kembali sebelum hari menjadi gelap. Ada banyak pertanyaan yang timbul dalam pikirannya seperti mengapa dan alasan apa dirinya ada di dunia ini? Jika jiwanya memasuki raga orang lain, apakah tubuhnya mati? Kemana pemilik raga ini yang asli?
Beberapa ingatan dari tubuh ini sedikit demi sedikit kembali dengan acak. Banyak diantaranya adalah pengabaian dari ayahnya, penyiksaan dari bibinya—adik perempuan dari ayahnya, hingga saudari kembarnya yang ikut membenci sama seperti bibinya itu.
Alasan mengapa dirinya bisa tinggal terpisah bukan karena pengusiran dari mereka, melainkan permohonan dari bibi pengasuhnya yang meminta untuk memberikan tempat tinggal terpisah untuk Gracia.
Tentunya hal itu disetujui oleh ayahnya selaku kepala keluarga, selain itu bibi pengasuh adalah mantan dayang pribadi mendiang countess atau bisa disebut sebagai ibuny—tunggu, Bibi pengasuh adalah mantan dayang pribadi ibu Gracia kan? Yang artinya bibi tahu semua hal tentang ibunya!
Tanpa sadar senyum Jeslyn mengembang sempurna. Kunci dunia ini dan beberapa pertanyaan lainnya ada pada bibi! Jeslyn berjalan cepat memasuki paviliun menuju tempat dimana sekiranya bibi pengasuh ada.
Netra abu-abu pucatnya menyapu kesegala arah hingga menangkap sosok yang dia cari. Ketemu!
"Bibi! Bibi pengasuh!"
Mendengar seruan panggilan untuknya membuat Bibi pengasuh langsung menangkap nona muda nya tengah berlari kearahnya dengan wajah antusias yang jarang dia lihat sebelumnya.
"Bibi, aku punya peltanyaan untukmu."
"Pertanyaan apa itu?"
"Celitakan tentang ibuku."
Bibi pengasuh terpaku sejenak lalu cepat-cepat mengubah ekspresinya sambil mengusap lembut rambut Jeslyn. "Apa yang ingin nona ketahui tentang mendiang countess?"
Jeslyn berpikir sejenak lalu mendongakkan kepalanya menatap bibi pengasuh lamat, "Apakah ibuku belasal dali las lain? Apa Ibuku bukanlah manusia? Lalu bagaimana lambutku memiliki walna ungu?"
Bibi pengasuh menuntun Jeslyn untuk duduk terlebih dahulu. Dia mensejajarkan tubuhnya agar tidak membuat nona mudanya kesulitan menatap dirinya.
" Saat pertama kali bibi bekerja dengan Ibu nona, Bibi terpaku saat melihat sesosok gadis yang sangat cantik. Dia seperti seorang peri dari negeri dongeng." Bibi berhenti sejenak menatap Jeslyn yang ikut tenggelam dalam ceritanya.
"Selain sosoknya yang sangat cantik, beliau juga memiliki nama yang sangat indah. Namanya adalah Selina. Nyonya Countess Selina Eirish." Bibi mengusap surai Jeslyn lembut. "Ibu nona memiliki surai perak dan kulit putih pucat layaknya putri salju. Beliau juga memiliki iris mata yang indah persis seperti kedua mata nona."
"Sepelti mataku? Apakah walna mataku juga dimiliki oleh banyak olang disini?" Sela Jeslyn dengan wajah penasaran.
Bibi terkekeh kecil. "Tidak, Nona. Seumur hidup bibi, tidak ada yang memiliki warna mata sama seperti mendiang countess dan nona. Dunia ini memang memiliki ragam spesies mahluk hidup dan tidak semuanya adalah ras manusia. Ayah nona, tuan count sendiri adalah manusia dengan darah keturunan peri, inilah alasan mengapa rambut nona dan orang yang berdarah Swift pasti memiliki surai ungu yang cantik. Leluhur tuan count dulunya hanyalah manusia biasa, namun dia menikah dengan peri dan sejak saat itu, seluruh keturunan yang lahir dari darah mereka akan memiliki surai ungu, sama seperti rambut peri."
Jeslyn mengernyit. "Jadi, apakah aku juga memiliki kekuatan sepelti peli?"
Bibi menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak, Nona. Seorang peri yang bisa memiliki perasaan jatuh cinta hanya dimiliki oleh peri tanpa sayap, yang berarti dia hanya keturunan peri tanpa memiliki kekuatan spiritual seperti peri pada umumnya."
"Mengapa dia tidak memiliki sayap dan kekuatan?" Tanya Jeslyn heran.
"Bibi juga tidak mengetahui alasan khusus tentang itu karena buku yang menjelaskan tentang peri hampir seluruhnya dibumihanguskan karena perburuan peri dan kepercayaan tentang ramuan mujarab dari peri itu sendiri. Sebelum Kekaisaran dipimpin oleh yang mulia Kaisar Oliver kedua, perburuan darah peri diincar dengan mati-matian. Hal itu membuat beberapa iklim cuaca menjadi lebih mengerikan dan tak terkendali. Hal itulah yang membuat yang mulia Kaisar Oliver kedua memusnahkan buku-buku tentang peri dan akan menghukum mati bagi siapa yang masih berani memburu mereka. Kejadian itu membuat para peri yang dulunya selalu hidup berdampingan dan berkeliaran dengan manusia menjadi sulit ditemukan. Banyak yang mengatakan jika para peri memilih pergi dari bumi dan tinggal di dunia spiritual, bahkan ada yang mengatakan jika peri sudah musnah. Jadi, seseorang yang mengetahui tentang peri sangatlah sedikit. Hanya beberapa hal umum saja bahkan peri sudah menjadi karangan buku dongeng anak."
Jeslyn terdiam sejenak, "Apakah ibuku seolang peli yang dibulu?"
"Tidak, ibu nona bukan lah seorang peri karena peri memiliki telinga runcing hampir seperti milik para elf. Bibi tidak tahu dari mana beliau berasal karena tuan count yang menemukan dan membawanya. Saat itu beliau datang dengan keadaan tidak sadarkan diri. Beliau tidak pernah menyinggung apapun tentang dimana kampung halamannya. Bibi juga tidak mengetahui tentang nama belakangnya," jawab bibi pengasuh sambil menerawang jauh ingatannya.
"Apa pemilik surai perak seperti ibu hanyalah dimiliki oleh ibu?" Tanya Jeslyn lagi.
Bibi pengasuh tampak berpikir sejenak lalu mengatakan beberapa hal yang dia tahu, "Iris mata abu-abu yang sama seperti nona memang tidak pernah dimiliki siapapun. Namun, jika hanya surai perak, itu sama seperti yang dimiliki Yang mulia Archduke Wizard, penguasa wilayah utara sekaligus penguasa menara sihir kekaisaran."
KAMU SEDANG MEMBACA
I Thought it was a Dream
Historical FictionHistorial - Kerajaan - Fantasi Sebagai seseorang yang berprofesi menjadi agen mata-mata membuat kehidupannya penuh dengan logika, perhitungan, dan rasa was-was setiap saat. Awalnya, dia mengira jika dia sedang berada alam bawah sadar karena saat te...