21

259 31 27
                                    

Seumur hidup, Aiden tidak pernah menemukan kedamaian seperti saat membuka mata pagi ini. Dengan senyum terukir di bibir, dia menatap Amelia yang masih lelap di sampingnya. Dia sudah terjaga sejak tadi, tapi sama sekali belum memiliki keinginan untuk beranjak dari tempat tidur. Bangun pagi bukanlah kebiasaannya.  Tapi hari ini, sesuatu membuat matanya terbuka lebih awal. Sesuatu yang mirip dengan rasa puas serta ketenangan yang selama ini dia cari-cari.

Aiden masih menatap Amelia yang tidur sambil memeluk selimut menutupi dada. Bahkan dalam alam bawah sadar, gadis itu masih memiliki insting untuk menutupi diri dari tatapan Aiden.  Sesuatu menggelitik Aiden. Amelia bukan sengaja menutupi diri. Gadis itu hanya kelewat lelah dan sama sekali belum mengubah posisi sejak tertidur. Selimut yang menutupi dada Amelia adalah usaha terakhir gadis itu agar Aiden memberinya waktu istirahat setelah beberapa ronde percintaan mereka.

Aiden bangun dan meregangkan tubuh, merasa lebih segar daripada biasanya. Dia berjalan santai melewati deretan pakaian mereka yang berceceran di lantai, langsung menuju kamar mandi dengan tubuh telanjang. Sepanjang waktu di dalam sana, pria itu bersenandung pelan. Bahkan, sesekali bibirnya menggumamkan beberapa lagu yang terlintas di kepala. Aiden  melilitkan handuk ke sekeliling pinggang, masih tanpa menghentikan senandungnya. Setelah mengeringkan rambut dengan asal-asalan, dia membuka pintu seraya melangkah ringan, menemukan Amelia yang telah bangun dan duduk sambil menatapnya.

"Kau berisik sekali di dalam," komentar gadis itu. Meski Aiden dapat melihat rona samar di pipi Amelia saat mengatakannya. Pasti karena gadis itu belum terbiasa bangun telanjang bersama seorang pria selama hidupnya.

"Morning." Aiden menunduk begitu telah mencapai Amelia, mendekatkan wajah untuk mencium bibir gadis itu. Namun, Amelia menutup mulut pria itu saat bibir mereka tinggal berjarak beberapa senti lagi.

"Aku belum sikat gigi," ucap Amelia dengan wajah bersemu. Aiden tertawa di tangan gadis itu yang masih berada di bibirnya, lalu mencium telapak tangan Amelia. Tindakan tersebut membuat Amelia menarik tangannya dengan mendadak. Rona di pipi gadis itu menjadi lebih terang daripada sebelumnya.

"Don't mind that. Give me a kiss."

Amelia tidak lagi menunjukkan penolakan ketika Aiden benar-benar menyatukan bibir mereka. Ciuman yang awalnya hanya dimaksudkan sebagai salam selamat pagi, dengan cepat berubah menjadi lebih bergairah. Amelia mendapati bahwa dirinya telah kembali berbaring di atas tempat tidur, dengan bukti gairah Aiden yang menekan kewanitaannya dari balik handuk. Gadis itu terengah keras saat Aiden menurunkan selimut hingga mengekspos payudaranya. Remasan lembut Aiden di kedua payudara Amelia, mengundang erangan lirih dari bibir gadis itu.

Aiden melepas handuknya dengan tergesa begitu tidak mendapat penolakan dari Amelia. Ciumannya makin dalam dan menuntut. Tangannya bekerja makin giat merangsang titik sensitif gadis itu. Amelia mendesah saat ciuman Aiden berpindah ke lehernya, memberi tanda pada setiap jengkel kulit yang dilewati oleh bibir pria itu.

Suara bel yang berdentang menembus kabut gairah yang tengah menyelimuti Amelia. Meski, tampaknya Aiden sama sekali tidak ambil pusing dan tidak berniat menghentikan cumbuannya.
       
"Aiden...ada yang datang...," ucap gadis itu di sela napasnya yang memburu.

"Abaikan saja." Belaian Aiden mulai menyasar area di antara kedua kakinya. Amelia tersentak, sejenak melupakan bel yang sempat berbunyi. Namun, dentang benda itu kembali terdengar, menolak untuk diabaikan.

"Aiden, I think that's important... "

"Tsk." Aiden berdecak. Jengkel. Pada akhirnya menghentikan kegiatannya mencumbu Amelia. Dia bangkit, menyambar boxer yang tergeletak di lantai lalu mengenakannya dengan agak terlalu kasar. "Tunggu di sini. Aku tidak akan lama."

Accidentally in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang