24

173 31 28
                                    

Jadi, di sinilah Aiden. Duduk di pojokan sambil memperhatikan dua orang gadis itu bekerja tanpa dirinya. Bukan Aiden tidak mau membantu, tapi setiap kali dia berusaha melakukan sesuatu, tidak ada yang berjalan baik. Anna nyaris meneriakinya ketika dia memasukkan sekantong penuh cucian pelanggan ke dalam mesin cuci. Untuk ukuran ibu hamil, gadis itu bergerak cukup gesit. Tepat waktu mencegah Aiden karena pria itu tidak memisahkan baju putih dan berwarna. Bagaimana Aiden bisa tahu kalau baju-baju itu harus dipisah? Dia bahkan tidak tahu cara mengoperasikan tabung-tabung yang terus berputar tanpa henti di sekelilingnya. Jadi, dia mencari cara lain untuk membantu. Misalnya, dengan mencoba menyeterika beberapa pakaian kusut di ruang belakang laundry. Bukan hal sulit. Andai kata dia tidak membiarkan besi panas itu menyerempet jarinya.

Anna datang saat mendengar sumpah serapahnya. Menatap ngeri pada setrika panas di atas kemeja yang coba Aiden hilangkan kekusutannya. Beruntung besi panas itu tidak merusak pakaian tersebut. Nyaris, tapi masih terselamatkan. Hanya sampai situ batas kesabaran Anna. Setelah mengoleskan salep pada luka bakar di jari Aiden, gadis itu menyuruhnya duduk di pojokan tempatnya kini berada. Dengan janji Aiden bisa membantu setelah mempelajari beberapa hal. Seakan dia anak kecil yang bisa dibujuk.

"Ellen, can you pass me the basket?" Anna sedang menunduk sambil mencatat di buku pelanggan, menyuruh Ellen —gadis brunette yang tadi dilihat Aiden—- untuk mengambil keranjang yang letaknya cukup tinggi. Ada tangga kecil untuk mencapai rak tempat tumpukan keranjang kosong tersusun di sana. Well, Aiden tidak butuh tangga itu dan Ellen masih sibuk dengan pelanggan lain.

Dia berdiri, mengambil salah satu keranjang lalu meletakkan di atas meja tempat seorang pria membawa sekantong besar cucian yang sedang Anna catat.

"Is that all?" tanya Aiden sambil membuka kantong tersebut, menuang isinya pada keranjang yang dia bawa.

"Ya. Apa bisa selesai besok? Aku tidak suka bawa baju kotor sebelum pulang ke Lousiana."

"Jam berapa pesawatnya?"

"8 pm."

"Can we finished it at two, Anna?"

Anna yang masih terpana, harus mengerjap beberapa kali sebelum menjawab pertanyaan Aiden. "We can."

"How about that?" tanya Aiden pada pelanggan pria tersebut yang dijawab anggukan setuju.

"Perfect."

"Dry clean or wash and fold?"

"Dry clean. Thanks." Pria itu berjalan pergi, tampak sangat sedang terburu-buru, namun berbalik saat mendengar panggilan Aiden.

"Your receipt, Sir."

"Oh. Totally forgot about that."

Aiden pergi ke mesin kasir, menelusuri daftar item di sana. "Anna, bisa kau sebutkan apa saja yang ada di dalam kantong itu?"

"Yeah. Of course." Gadis itu membuka kantong cucian tergesa, menyebut isi di dalamnya. "Klik di sebelah situ." Anna memberi petunjuk saat Aiden tidak menemukan item yang dia cari. "Nah... betul. Click pants and then pick jeans."

Aiden merobek nota yang sudah siap, menyerahkannya pada pelanggan pria yang menunggu. "It will be $22,75. Cash or card?"

"Card." Pria itu menyerahkan kartu kredit. Anna mengamati dengan terkesima saat Aiden menggesek kartu pada mesin *EDC, menyelesaikan transaksi tanpa hambatan berarti.

Kekaguman Anna belum juga pudar meski pelanggan itu telah pergi. Dia tidak mengira bahwa Aiden cukup bisa diandalkan. Dan, pria itu sadar akan hal tersebut.

Accidentally in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang