16

171 32 55
                                    

Satu lagi deh.. Karena kayaknya d akun lama banyak yg baru baca ampe bab 15.. Tenang ntar ini ampe ending kok, nih lagi q tulis closing-nya😂..
——————————————————-

Destiny melirik sosok yang berdiri di ambang pintu kamar melalui sudut matanya, sedikit bergidik ketika tatapan tajam pria itu tidak juga terlepas darinya.

"Apa kesalahanku? Kenapa Aiden memelototiku seperti itu?" bisik Destiny pada Amelia yang berada di hadapannya. Dia sedang mampir ke apartemen Aiden untuk memberi catatan kuliah kepada Amelia, karena gadis itu belum bisa masuk setelah insiden pemukulan tersebut. Kedatangannya langsung disambut dengan wajah masam Aiden begitu pria itu membuka pintu. Wajah Aiden tampak kacau. Seakan pria itu tidak tidur nyenyak selama beberapa hari belakangan. Namun melihat dari lingkaran hitam di sekeliling mata pria itu serta raut lelah yang menyertai, tampaknya dugaan Destiny tidak salah. Dia cukup yakin Aiden hanya tidur beberapa jam dalam tiga hari belakangan sejak kejadian tersebut.

"Dia tidak marah padamu. Abaikan saja," ujar Amelia yang saat ini tengah duduk di tempat tidur dengan selimut tersampir di pangkuan. Gadis itu tahu apa yang membuat Aiden kesal. Selain karena pria itu belum juga mendapat informasi berarti terhadap penyelidikannya akan sosok yang memukuli Amelia, Aiden juga tidak suka bila perintahnya dilanggar. Perintah yang mengatakan bahwa Amelia harus beristirahat sampai waktu yang tidak dapat ditentukan. Di mana hanya Aiden yang boleh memutuskan hingga kapan. Dan definisi pria itu akan kata 'istirahat' benar-benar menjengkelkan Amelia. Istirahat yang dimaksud Aiden adalah berbaring di tempat tidur, duduk sesekali, tanpa melakukan apa pun. Apa pun. Kecuali pergi ke kamar mandi. Bahkan makanan pun diantar ke kamar. Jadi tidak mengherankan jika saat ini Aiden seakan siap untuk membakar Destiny dengan tatapannya, karena gadis itu membawakan catatan kuliah yang diminta Amelia. Belajar tidak termasuk dalam hal yang diizinkan oleh Aiden untuk dilakukan oleh Amelia selama kondisinya belum pulih.

"Mel," Aiden menyebut nama gadis itu dengan penekanan serta peringatan yang sangat jelas di dalamnya.

"Just a minute." Amelia menatap pria itu jengkel. Sungguh. Lama-kelamaan sikap Aiden bahkan lebih parah dari perawat yang paling galak sekalipun. "Dee, kurasa kau harus pergi sekarang," ucap Amelia dengan nada meminta maaf.

"Kenapa kau tiba-tiba mengusirku?" tanya Destiny tersinggung. Jelas-jelas tidak mengira bahwa Amelia akan bersikap seperti itu kepadanya.

"Bukan begitu," Amelia buru-buru berkata, "Aiden membuatku berjanji untuk menuruti semua perintahnya selama di sini atau dia akan menyeretku ke rumah sakit. Dengan atau tanpa persetujuanku," gadis itu berbisik dengan malu.

Raut wajah Destiny berubah. Tampak sekali bahwa gadis itu berusaha menahan tawa yang telah berada di ujung lidahnya. "Mungkin sebaiknya kau menurut dan membiarkan dia membawamu ke rumah sakit."

"No way." Amelia menggeleng mantap.

"Well...kalau begitu selamat menikmati 'masa karantina'-mu," goda Destiny.

Amelia menekuk wajah kesal karena alih-alih menaruh simpati kepadanya, Destiny malah berbalik menganggap situasi yang dia alami sangat lucu. Bagus sekali. Destiny bisa tertawa karena bukan dia yang mengalaminya. Temannya itu tidak tahu betapa Aiden dapat bersikap sungguh tidak masuk akal bila menyangkut perjanjian itu. Amelia bahkan tidak bisa pergi ke toilet tanpa dipapah. Ya. Dia sakit. Tapi kedua kakinya masih berfungsi dengan baik. Huh!

"Mel."

"Yes! She is about to go," Amelia berseru keras karena begitu jengkel, kemudian segera menyesali tindakannya seketika itu juga. Dia mengernyit sambil memegangi rusuk ketika merasakan sensasi tajam menusuk.

"Kau baik-baik saja?" Destiny memegangi bahunya dengan cemas saat Amelia membungkukkan badan, berusaha mengatur napas untuk meredakan nyeri tersebut.

"Ya. Tidak apa-apa. I can handle the pain." Gadis itu berusaha tersenyum untuk menyembunyikan raut kesakitan di wajahnya. Namun Amelia tidak dapat menipu siapa pun di ruangan itu.

Accidentally in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang