Pagi harinya anak-anak KKN terbangun karena bau harum yang menyebar di seantero rumah. Bunyi penggorengan wajan pun menarik perhatian mereka. Rian lah yang pertama kali berjalan ke dapur, memeriksa siapa yang memasak di jam 5 pagi ini. Dan ia cukup terkejut karena Pandu sedang memasak nasi goreng dengan porsi cukup banyak.
"Tumben lo mau masakin kita, Ndu. Hoamm... gak dikasih sianida, kan?" tanya Rian dengan wajah ngantuk dan rambut berantakan.
"Dikira gue ngeracunin kalian apa. Udah sana cuci muka dulu. Beler gitu muka."
"Hehe." Rian hanya terkekeh lalu pergi ke kamar mandi.
"Asik si Pandu petualang lagi masak." Alvin keluar kamar dan melihat nasi goreng yang dimasak Pandu.
"Panji itu mah," ralat Rian dari kamar mandi.
"Oh heeh ya. Gak dikasih boraks kan itu, Ndu?" tanya Alvin sambil membersihkan pisau dan talenan bekas memotong sayuran di cuci piring.
"Gue tambah baygon juga mau?" balas Pandu karena kesal melihat tingkah laku teman-temannya.
"Boleh, asal lo dulu yang nyoba. Kalau lo mati, gue antisipasi."
Pandu tidak menyahuti lagi. Dia mencoba rasa nasi gorengnya. Pas.
"Kok lo tumben berubah jadi baik gini, Ndu?" Satu cecunguk bernama Ikhsan tiba-tiba datang dan mencimit nasi goreng dari wajan lalu memakannya. "Enak."
"Su-suka-suka gue lah. Hidup-hidup gue," jawab Pandu asal. Tidak mungkin dia mengatakan karena kejadian tadi malam yang cukup membuatnya kapok hingga harus mengganti celananya yang kotor karena pejuhnya sendiri.
***
Mereka bertujuh pergi ke kantor desa setelah sarapan lengkap dengan jas abu-abu sebagai identitas kampus mereka. Sebenarnya Arga agak merasa tidak enak, tapi ia tidak boleh memperlihatkan keraguannya di hadapan kelompoknya. Atau rahasia itu bisa saja terbongkar.
Sesampainya di kantor desa seorang ibu paruh baya dengan baju batik menyambut mereka.
"Ini... mahasiswa yang mau KKN itu ya?" tanyanya. Arga melihat ke badge name di dada kiri seragam ibu itu. Nuri.
"Iya, ibu Nuri. Kami mahasiswa yang ingin melaksanakan KKN di desa Cibudan," jawab Arga.
"Ya udah atuh nunggu di dalem aja. Nanti biar saya panggilkan pak Doni dulu di ruangannya. Mari masuk mas," ajak bu Nuri.
Mereka pun masuk dan duduk di sofa panjang. Ikhsan, Imron, Nudin, dan Pandu mengambil kursi lipat tambahan dan menaruhnya di samping sofa yang ditempati oleh Alvin, Arga, dan Rian.
Tidak lama menunggu pak Doni pun datang dengan 3 staf lainnya. Sepertinya para jajaran tinggi di kantor ini. 1 laki-laki dan 2 perempuan.
"Eh ketemu lagi ya, mas Arga. Sehat?" tanya pak Doni basa-basi. Arga pun menjabat tangan pak Doni sambil tersenyum, walau dipaksakan agar terlihat ramah.
"Sehat pak," ucapnya.
Pak Doni mengangguk lalu duduk di sofa seberang mereka bertujuh. Matanya perlahan menyusuri setiap lekukan wajah tampan para mahasiswa lalu turun ke arah selangkangan mereka. Mengira-ngira ukuran dari masing-masing kontol remaja itu. Arga yang seakan mengetahui itu langsung menutup daerah selangkangannya dengan totebag yang dibawanya.
"Nah sebelum itu, saya kenalkan dulu ya yang bareng bersama saya. Ini ada pak Eka sebagai wakil kepala desa. Lalu di sampingnya ada bu Rani sebagai sekretaris desa. Dan bu Lastri sebagai bendahara desa," pak Doni
Arga dan teman-temannya pun tersenyum dan menyapa mereka. Arga pun bergantian mengenalkan rekan-rekannya satu persatu.
"Kenalkan juga, saya Arga, dan dari paling kiri ada Pandu, Nudin, lalu Alvin. Di kanan saya ada Rian, Ikhsan, dan Imron."
Setelah itu Arga pun menjelaskan program kerja kelompok mereka selama satu bulan ke depan. Seperti ikut mengajar, membenahi tim olahraga, menghias desa, dll. Para petinggi desa itu pun mengangguk-angguk dan sesekali berkomentar juga bertanya.
Urusan di kantor desa mereka selesai 3 jam kemudian karena diselingi oleh makan siang bersama. Setelah itu para mahasiswa pun izin pulang.
"Bentar, mas Arga bantu urus surat dulu ya di ruangan saya," ucap pak Doni.
Arga menghela napas panjang. Seakan merutukki bapak kepala desa itu. Ia tahu apa yang sebenarnya dimaksud. Tapi karena ingat dengan ancaman fotonya, Arga tak bisa menolak.
"Baik, pak." Arga menyuruh teman-temannya pulang duluan, sementara Arga kembali ke kantor desa.
***
Halo gess...
Pandu bakal diapain tuh sama hantunya? Gimana kalau kalian yang ada di posisi Pandu? bakal pasrah aja kah? T_T
Buat yg penasaran kelanjutannya kalian bisa baca di "Pemerahan Mahasiswa KKN" Full Version yaaa...
Yang mau PMK Full Version bisa kontak ke telegram akuu t.me/nasah_aja, atau klik link aja yg di bio biar gampang...
Untuk 10 orang yang membeli full cerita PMK bakalan dapet harga khusus cuma 35k ajaa... setelah itu bakal balik ke harga normal, jadi ayo beliii keburu promonya habis...
See u....
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemerahan Mahasiswa KKN (END) Reupload
Teen FictionKisah dari 7 orang mahasiswa yang melaksanakan KKN di desa terpencil bernama Desa Cibudan. Berniat untuk menyelesaikan tugas KKN mereka tapi malah berhadapan dengan masalah yang mempertaruhkan benih kejantanan mereka. Bagaimana kisah dan nasib merek...