44 - Drama, ya?
Handry bersedekap tangan seraya memutar bola netranya malas. Kedua kakinya ia luruskan dan letakkan di atas meja rapat. Punggungnya menyender ke bangku kerja, mencebik sinis pada sosok berjas navy gold yang sedang menjelaskan isi dokumen miliknya.
"Harus sekali ya, kau menyombongkan diri seraya memasang wajah serius layaknya seorang petinggi penting?"
Sosok berjas tadi berhenti, menunduk maaf karena dirinya telah melakukan kesalahan. Handry hanya berdehem malas sebagai tanggapan. Ia mengkode pria berjas itu untuk duduk kembali di bangku miliknya yang sudah di sediakan oleh perusahaan.
Agustin menatap datar sang ayah. "Pa, lebih baik kau sekarang mengerjakan tiga tumpuk dokumen yang sekarang ini masih ada di ruangan mu karena di anggurkan."
Agustin berkata layaknya tadi sebab dirinya kesal pada sang ayah, yang sedari tadi menyerobot masuk ke dalam ruang rapat miliknya. Sang ayah pun memiliki alasan katanya. Alasannya sih karena dirinya ingin mengawasi perkembangan perusahaan melalui rapat tersebut.
Tapi Agustin tahu, alasan tersebut hanyalah alasan, agar Handry bisa menghindar dari dokumen-dokumen yang harus di kerjakan pria itu. Cih, menghindar tidak akan menyelesaikan apapun.
Agustin menumpukan dagunya, menatap malas lembaran permintaan kerja sama di tangan kanannya yang berasal dari salah satu perusahaan besar. Pemiliknya serakah dan egois, tapi kinerjanya dikenal bagus dan cekatan.
'Hm....'
.*—Sylvester—✧*.
"Bye."
Sylvester melambaikan tangan kanan ke arah mobil yang di kendarai oleh Ferlando. Violetta melambaikan tangan dengan wajah cerah dari balik jendela yang terbuka. Ia agak sedikit tidak rela sebenarnya karena harus pulang, tapi Sylvester harus beristirahat.
"Bye Syl...!"
"Haha...." Sylvester tertawa canggung mendengar dan melihat Violetta berseru girang kepadanya, padahal mobil sudah melaju menjauhi kawasan mansion. Akhirnya setelah mobil keluar total dari kawasan mansion, Sylvester mulai masuk ke dalam mansion. Dirinya masih di ambang pintu utama soalnya.
Tapi sebuah panggilan menghentikan langkah Sylvester yang baru saja membalikkan badannya.
"Syl...!"
Sylvester membalikkan lagi badannya. Miguel keluar dari mobil. Wajahnya terlihat berseri-seri, kotak tergenggam erat di tangan kirinya. Pemuda itu berlari kecil menghampiri dirinya.
Sylvester merentangkan kedua tangannya. Air muka Miguel makin berseri-seri. Sylvester benar-benar tahu cara untuk menghilangkan penat seketika.
"Selamat datang ke rumah, kak." Sylvester mendongak dalam pelukan hangatnya pada Miguel. Ia tersenyum simpul menatap lembut Miguel.
"Bagaimana pekerjaan kakak?"
Pelukan terurai. Mereka berdua melangkah bersama ke dalam mansion. Miguel menggenggam erat tangan kiri Sylvester, takut kalau-kalau sosok sang adik di sampingnya menghilang dalam sekejap.
"Pekerjaan kakak baik, yah... walau tadi ada sedikit hambatan," ujar Miguel. "Tapi kakak berhasil menyelesaikannya!"
"Woah, kakak hebat!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sylvester [Tamat]
FanfictionKisah ia sang jiwa asing di tubuh kosong tanpa jiwa. Ernest Lancer namanya. Seorang pemuda kuliah yang tertabrak oleh sebuah truk pengangkut batu bata saat dirinya sedang mengendarai mobilnya menuju rumah kecil miliknya. Kala Ernest mengharap kema...