Day 8 - Semifinal: Buah-Buahan vs Halo-Halo Bandung (Arin vs Ari)

81 23 32
                                    

Pertandingan 2

Round: Semifinal
Writer: WtnbeRin  vs luffytaro_
Battle prompt: Prompt 2
"Climate Fiction" "Kultivasi"
Bumi memanas, daratan tenggelam, hewan-hewan punah. Alih-alih bertindak, kamu memilih menonton saja. Lagi pula, latihan 2.000 tahunmu untuk mencapai keilahian bukanlah untuk menyelamatkan manusia dari ulah mereka sendiri.

●●●

Cermin:

(1) Gema ombak menderu di telinga. Telah memberitakan prediksi bencana malam ini. Nyatanya mereka tidak tahu, alam terlalu marah hingga tak sabar untuk membalaskan dendamnya.

Iklim semakin ekstrem dari tahun ke tahun. Bumi memanas, gletser di kutub tinggal setipis kertas, seolah sedang membalas dendam pada manusia perusak keseimbangan alam.

Abisèka hidup selama dua ribu tahun tidak untuk melihat kondisi bumi yang sekarat. Kultivasinya telah sempurna,  akhirnya ia berada di tingkat tertinggi sebagai makhluk yang memiliki keilahian.

Ombak besar datang dari kejauhan. Sementara Abisèka hanya menonton. Pikirnya tidak ada gunanya makhluk ilahi seperti dirinya membantu orang yang telah merusak alam.

"Kakak! Kakak!" Suara melengking itu membuatnya terpaku. "TOLONG KAKAKKU! KAKAK!"

Tangisan di tengah riuh orang yang kalut akan kematian.
Keinginannya untuk tidak menolong kalah dengan empati terhadap anak yang tengah menangis tersebut. Abisèka menjatuhkan dirinya ke air hingga berhasil menggapainya, gadis belia dengan buih berisi udara keluar dari hidung dan mulut.

Sesuatu yang besar bergerak di atas mereka, di bawah, di hadapan hingga mendorong mereka jauh terpental.

Andai Abisèka tidak berkultivasi, dia akan mati.

Lantas Abisèka kembali ke permukaan, membawakan kembali kakak untuk adiknya. Netra Abisèka menatap sekeliling dengan kalut.

Kapal evakuasi hancur berkeping-keping. Jasad tercerai berai di air, termasuk si anak yang menangis.

Penyesalan terletak di akhir kisah. Abisèka bisa menghentikan tsunami yang berencana menyerang karena telah mencapai keilahian. Namun, tidak ia lakukan atas dasar benci terhadap manusia.

Setelah dua ribu tahun menghabiskan waktu untuk mendapat keabadian, ia merasa ... kalah. Makhluk tetaplah makhluk yang harus menerima takdir Yang Maha Kuasa.

●●●

(2) Pemandangan mengerikan ini tidak pernah membosankan untuk dilihat. Mereka terus mengeluh, tanpa mau sadar diri jika keadaan bumi yang saat ini sedang kacau merupakan ulah mereka sendiri. Silahkan, terus saja berdoa. Lagi pula siapa peduli? Aku tidak akan pernah berniat merepotkan diri sendiri dengan turun tangan menyelamatkan mereka.

"Sudah lima tahun terlewati dan kau hanya akan diam saja menonton penderitaan mereka?"

Suara kelewat lembut itu berasal dari cahaya berwujud burung rajawali. Dia adalah pelayanku.

Aku tersenyum. Mataku terpejam. Kembali menikmati kengerian yang saat ini sedang terjadi di bumi. Sudah tidak ada lagi yang tersisa kecuali manusia memuakkan yang berlagak bertaubat dan meminta kepada Tuhan agar badai kecil ini dihentikan.

"Bukankah dulunya kau hanya manusia biasa?"

"Itu adalah kenangan paling indah yang tidak akan pernah kulupakan," jawabku tenang sembari kembali membuka mata. Dadaku tiba-tiba bergetar, tidak sabar akan bencana apalagi yang akan meluluh lantakkan manusia hingga habis tak tersisa.

"Sepertinya kau memiliki kenangan yang buruk bersama mereka."

Tidak juga. Jika pikir-pikir itu adalah kenangan manis yang harus selalu dikenang. Ketika bagaimana mereka memperlakukanku seperti kotoran yang tidak layak dimanusiakan.

"Kau tidak lupa akan tugasmu, kan, Tuanku? Kau adalah Dewa Bumi. Kau harus menjaga kesejahteraan bumi agar bumi tetap seimbang."

"Tidak, tentu saja tidak. Inilah tugasku. Kau pikir perjuanganku selama 2.000 tahun ini hanya untuk berdiam seperti ini saja?"

Aku kembali tersenyum, kali ini dengan rasa bahagia yang tidak terbendung.

"Aku sedang mencoba membangun kembali bumiku. Dan langkah awal yang sempurna adalah memusnahkan umat manusia."

●●●

Cermin mana yang lebih menarik? Vote dengan cara komen di salah satu angka di bawah ini:

(1)

(2)

Start: 29 Juli 11.30
Vote ditutup: 30 Juli 11.30

FLC Cermin Tournament Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang