8. Menemukan

106 60 98
                                    

Pagi itu terasa begitu istimewa. Langit tampak cerah dengan semburat warna lembut yang menyelimuti seluruh penjuru. Di sebuah ruangan yang dihiasi dengan bunga-bunga segar dan sentuhan dekorasi sederhana tetapi sangat elegan, suasana penuh haru dan kebahagiaan melingkupi setiap sudut. Ken, dengan balutan baju dan jas putih yang rapi, berdiri tegak dengan ekspresi tegas dan penuh keyakinan. Rambutnya tertata sempurna, menambah kesan anggun pada sosoknya.

Saat itu, dengan suara yang mantap, Ken mengucapkan kata-kata yang penuh makna, "Saya terima nikah dan kawinnya Niskala Araya Putri binti Araya Nugroho dengan maskawinnya tersebut, dibayar tunai!" Sejenak keheningan melingkupi ruangan, lalu terdengar saksi dengan suara lantang mengucapkan, "Sah." Serentak, seluruh tamu yang hadir mengucapkan hamdalah, memanjatkan pujian kepada Tuhan atas momen yang begitu sakral ini.

Dari balik tirai, Niskala muncul dengan anggun, mengenakan gaun sederhana bernuansa putih. Gaun itu menyanjung keindahan alami Niskala dengan potongan yang elegan, menambah aura kebahagiaan yang tak terlukiskan. Riasannya lembut, dengan sentuhan warna yang menyatu dengan kulitnya, memberikan kesan segar dan alami. Senyum lembut di bibirnya menggambarkan perasaan bahagia yang mendalam, sebuah kebahagiaan yang hanya bisa terwujud dalam momen-momen istimewa seperti ini. Setiap langkahnya penuh keyakinan dan keanggunan, memancarkan ketenangan yang menyentuh hati.

Saat ia melangkah menuju Ken, ekspresi wajahnya menggambarkan campuran antara rasa syukur dan kecemasan yang halus. Matanya bersinar dengan penuh harapan, seolah-olah setiap detik yang berlalu adalah bagian dari mimpi indah yang tak ingin ia akhiri. Tangan yang memegang gaun dengan lembut menggambarkan ketenangan dan keseriusan momen tersebut. Setiap gerakan Niskala penuh dengan kelembutan dan kehangatan, mencerminkan perasaan mendalam yang ia rasakan saat menuju Ken. Rasanya seperti seluruh dunia berhenti sejenak, memberi ruang untuk keindahan dan kedamaian yang terpancar dari sosoknya.

Setelah duduk di sebelah Ken, Niskala dengan penuh kasih mencium tangan suaminya, sebuah simbol penghormatan dan cinta yang tulus. Ken, dengan senyum lembut yang tak pernah hilang dari wajahnya, mengecup kening Niskala dengan penuh kelembutan. Momen itu terasa begitu intim dan sakral, diiringi dengan senyum bahagia dari para tamu yang menyaksikan.

Namun, saat bibir Ken menempel di kening Niskala, semuanya tiba-tiba pudar seperti kabut yang diterpa angin. Niskala terbangun dengan nafas terengah-engah, mata terbelalak, dan jantung berdebar kencang. Teriakan adik-adiknya di meja makan menyeruak masuk ke dalam mimpinya, menariknya kembali ke dunia nyata. Ia duduk tegak di tempat tidurnya, merasakan denyut nadinya yang masih berdegup cepat.

Perasaannya campur aduk, terselubung dalam kebingungan antara ingin terperosok kembali ke dalam mimpi indah itu atau harus menerima kenyataan bahwa ia telah terbangun. Bayangan pernikahan yang begitu nyata tadi menghilang, meninggalkan jejak rasa rindu yang mendalam di hatinya. Ia memejamkan mata, berharap bisa mengulang mimpi itu, meskipun ia tahu bahwa kenyataan harus dihadapi.

Niskala menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. Ia duduk di tepi tempat tidurnya, meraba sisa-sisa mimpi yang masih terasa begitu dekat meskipun kini terasa begitu jauh. Pikirannya melayang ke Ken, percakapan mereka kemarin yang penuh makna dan cerita masa lalu yang membuat hatinya tersentuh. Ia tidak menyangka bahwa Ken memiliki cerita hidup yang begitu rumit, begitu mendalam, dan penuh dengan perjuangan.

Tiba-tiba, perasaan tak layak menghantamnya, apakah ia pantas menjadi teman Ken dengan masa lalunya sendiri yang juga penuh luka dan kerumitan? Namun, bayangan senyum Ken dan kehangatan dalam tatapan matanya membuat Niskala merasa bahwa mungkin, hanya mungkin, mereka bisa saling melengkapi dan menyembuhkan.

Niskala duduk di tepi tempat tidurnya, pikirannya berputar-putar di antara kenyataan dan sisa-sisa mimpi yang masih terasa begitu nyata. Dengan tangan gemetar, ia meraih ponselnya dan menatap layar sejenak sebelum mengetik pesan kepada Ken.

Colors Of Healing [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang