C

11 1 0
                                    

Mari berhenti dengan rasa, 
yang rasanya seberat diucapkan.
Mari berhenti dengan berprasangka.
Kita, bukan pemeran utamanya.

Menari seirama alunan lagu.
Tutur berbusa bak seperti putri bangsawan.
Mengatakan dia baik, bahkan jatuh dengan sosok di cinta.

Ohh.. gadis pintar katanya, bahkan yang ada hanya bodohnya.
Terbuai tampang, padahal bertemunya tak sampai sepekan.
Terseret tetap menari, tak luput merona pipinya.

"Sudah berapa kali kamu ditinggalkan?"
"Sudah berapa kali kamu dibodohi?"
"Tidak belajarkah kamu dari hal terdahulu?"

Ohh dibenak selalu terbayang, tapi merasa ini tidak akan.
Dia baik, dia pertama, dia yang manis.
Tidak mungkinkan aku ditinggal?

Tidakkah kau bertanya, mengapa mendadak datang, bahkan memerahkan pipi dan hati.
Tidakkah kau bertanya, apakah ia ada rasa.
Tidakkah kau bertanya, siapa yang dicinta.
Tidakkah kau merasa itu hanya bualan?

Dan, menyesalkah kamu sekarang Tuan Putri?
Yang baru mengetahui kabar tersirat.
Kamu hanya pelampiasan. 


LAUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang