"Jika kesalahan selalu mendapatkan ruang kesempatan, maka ruang penyesalan akan terlupakan" - Abigail
"Sayang..." ucap Kalix pelan, lalu ia mengeratkan pelukan ditubuh Abigail dengan tangan yang fokus mengelus perut besar itu.
"Ada apa kak? Ada yang mau dibicarakan?" Dengan mata yang masih terpejam, Abigail berusaha merespon Kalix
"Boleh tidak, malam ini aku jujur. Maksudku ada sesuatu yang harus kamu tau"
Abigail membuka matanya, lalu mengubah posisi menjadi berhadapan dengan Kalix "boleh, katakan saja"
"Tapi apa tidur kamu tidak terganggu?"
"No, I'll hear you" ucap Abigail, dengan gelengan lemah
Kalix melepas pelukannya, ia mengecup kening Abigail sekilas, lalu menggenggam kedua tangan Abigail dengan erat. Kalix tengah mengumpulkan keberaniannya untuk mengungkap pernyataan, ia tidak mau ada kebohongan dalam hubungannya bersama Abigail.
"First, I want to say that I apologize to you profusely."
"Iya, katakan saja kak" ucap Abigail, lalu mengecup punggung tangan Kalix.
"Saya menikah lagi, nikah siri" lirihnya, setelah beberapa detik terdiam, dan menghembuskan nafasnya dengan kasar
Abigail menatap Kalix, lalu terkekeh. Ia anggap itu adalah lelucon lucu dari Kalix. Mungkin sebuah kalimat prank karena memang malam ini ulang tahunnya, bahkan Kalix belum mengucapkannya, sehingga dengan rasa percaya diri yang tinggi, Abigail menertawakan ucapan Kalix, yang bahkan ia hanya menatap Abigail keheranan, tidak ikut tertawa sama sekali.
"Abigail, aku serius"
"Just prank !!! Stop Kak, aku tidak akan tertipu dengan prank itu, sesuatu apa yang kamu siapkan untukku sampai harus berbohong dulu, huh?"
Tetap pada pendiriannya, Abigail masih percaya diri bahwa itu hanya sebuah prank. Tidak mungkin juga ada orang yang berselingkuh jujur.
"Sesuatu? Apa yang kamu harapkan dari lelaki sepertiku, Abi. Lihat wajahku tatap mataku, apakah aku sedang bercanda?" Ucap Kalix, yang kini sudah bangun dari tidur, lalu memegang pipi Abigail
Abigail terdiam, apa mungkin Kalix benar-benar menikah siri tanpa sepengetahuannya? Apa mungkin ia sedang berkata jujur?
Abigail terbangun, menepis tangan Kalix yang tadi menempel dipipinya, rasa ngantuknya hilang, ia beranjak dari tempat tidur dan mengambil air minum lalu meneguknya setengah.
Kalix hanya memperhatikan Abigail, ia menunggu jawaban apa yang akan keluar dari mulut Abigail.
"Selingkuh kan sembunyi² kak, mana mungkin ada orang selingkuh lalu dia jujur pada pasangannya" ucap Abigail usai meneguk air didalam gelas
"Aku orangnya, tapi ini bukan selingkuh, Abi"
Bibir Abigail tersenyum tipis, lalu duduk kembali ditepi ranjang tepat didekat Kalix.
"Lelaki yang menjalin hubungan dengan perempuan lain, kamu bilang bukan selingkuh? Lalu apa disebutnya?" Ucap Abigail, dengan perlahan ia mulai percaya bahwa benar, Kalix selingkuh.
"Sayang, aku terpaksa demi kita"
"Demi kita? Demi kamu, Kak. Aku dapat apa dari perselingkuhan kamu? Hanya luka"
"No, kamu tidak mengerti. Biarkan aku menjelaskan terlebih dahulu" ucap Kalix sambil meraih tangan Abigail dan menggenggamnya
Mata wanita itu sudah berkaca kaca, bagaimana tidak, dihari ulang tahunnya ia harus mendapatkan kejutan yang luar biasa sakitnya.
"Anak dari pemilik perusahaan yang bekerja sama dengan perusahaan kita menyukai aku, peran mereka penting untuk perusahaan kita, kita bisa sampai dititik semuanya punya itu karena bantuan mereka. Namun demi perpanjangan kontrak kerjasama syaratnya aku harus menikah dengan anaknya, sayang mungkin kamu tidak bisa percaya tapi aku berkata jujur" kalix memotong ucapannya, karena ia melihat, Abigail sudah menangis sekarang
"Lanjutkan, kak" lirih Abigail lalu mengusap airmatanya yang lolos begitu saja
Kalix langsung memeluk tubuh Abigail, mengusap lembut rambutnya, ia ikut menangis merasakan rasa sakit yang Abigail rasakan.
"Tolong jangan menangis sayang, aku tidak sanggup jika seperti ini"
"Aku tidak menangis, Kak. Ayo lanjutkan"
Kalix melepas pelukan yang tidak dibalas itu, lalu menatap Abigail dan mulai melanjutkan ceritanya.
"Aku menolak, namun mereka mengancam perusahaan kita. Mereka bahkan mengancam akan menganggu kamu dan Noah. Aku tidak mau itu terjadi, aku tidak mau kalian menderita. Sehingga dengan terpaksa aku menerima tawaran itu"
Abigail menyunggingkan bibirnya, tatapannya berubah melemah, rasanya penderitaan yang menjadi ancaman itu sudah dimulai.
"Sayang, tapi tenang saja secepatnya aku akan mengakhiri hubungan kami, beri aku waktu untuk menyelesaikannya, aku hanya ingin bersama kalian. Hidup aman seperti dulu" sambung Kalix. Lalu tidak ada jawaban dari Abigail, hening ditengah malam, hanya jarum jam yang terus berbunyi memutari angka angkanya.
"Jadi, kamu pulang malam belakangan ini karena bersama dia?" Tanya Abigail dengan suara gemetar dan lemah
"Hm, tapi malam ini aku benar-benar dikantor"
Abigail mengangguk, lalu tersenyum dan merebahkan kembali tubuhnya diatas kasur.
"Kita lupakan ini, kita tidur anggap ini hanya mimpi burukku saja" ucap Abigail, lalu membelakangi Kalix yang masih setia dengan posisi duduknya
"Sayang, kamu tidak akan meninggalkanku kan? Kamu akan tetap disini dan membantuku lepas dari perempuan itu kan"
Abigail mengangguk, rasanya muak mendengar suara Kalix, ia ingin sekali mencakar mulut pria itu, namun Abigail harus tetap tenang, ia tau apa yang harus ia lakukan sekarang.
Omoo omoooo
What do you think Abigail plans to do?
Are you curious? wait for the continuation okay!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye, Ex (On Going)
Teen FictionThis is an adult story, please be careful: 18+. No description, If you're curious, please get straight into the story!