" setiap kesalahan, akan ada konsekuensinya. Kata maaf dan memaafkan bukan sebuah jaminan untuk tetap dipertahankan " - Goodbye, ex
《.....》
Tidak ada suara apapun didapur, sunyi dan semua masih tertata rapi seperti tadi malam. Tidak ada bekas memasak, atau piring kotor di westafel.
Kalix melirik kesekitar, namun tidak menemukan Abigail. Sementara Noah masih setia digendongannya sambil sesekali celingukan mencari wanita yang selalu menemaninya setiap hari.
"Mami kemana, pi?" Lirihnya, dengan mata yang sudah mulai berkaca-kaca
Kalix menggeleng, lalu berjalan kearah meja makan, niatnya untuk melihat disana apakah sudah ada makanan, namun yang ia temukan bukan makanan, melainkan sebuah kertas yang terlipat diatas meja berbahan kayu itu.
Kalix meraih benda tipis itu, lalu membukanya, dan membaca barisan demi barisan tulisan yang ada dikertas tersebut.
" Kalix, lelaki yang aku cintai melebihi diriku sendiri. Ini aku, Abigail perempuan yang pernah kamu janjikan akan mendapat kehidupan yang diratukan, yang akan menjadi perempuan satu-satunya yang kamu cintai.
Maaf jika kepergianku mendadak, aku pamit untuk membebaskan diriku dari pengkhianatan. Aku memilih untuk menjalani hidupku tanpa perselingkuhan.
Aku mempercayai ceritamu, tapi tidak ada pengkhianatan yang dibenarkan. Tidak ada perempuan yang mau bertahan dengan lelaki yang harus membagi waktunya dengan perempuan simpanannya.
Berbahagialah, perempuan itu jauh lebih pantas untukmu. Mengapa demikian? Karena kamu mau menerimanya, disaat kamu sudah memiliki perempuan yang diikat dengan janjimu.
Aku titip Noah, setelah aku mendapatkan tempat yang layak, aku akan mengambil Noah untuk tinggal bersamaku.
Selamat jalan, Kalix "
Abigail R.
Tidak bisa dibohongi, Kalix menangis membaca surat dari Abigail. Mungkin Abigail berpikir, hanya dialah yang terluka, padahal kenyataannya Kalix juga terluka.
Kalik meremas kertas itu, nafasnya memburu, seakan ia lupa kalau ada Noah digendongannya.
"Papi, papi kenapa menangis?" Tanya Noah, lalu tangan mungilnya mengusap airmata Kalix yang lolos
"It's ok sayang. Noah ikut papi sekarang ya"
"Kemana? Mami bagaimana pi?"
"Kita cari mami"
"Papi pergi?"
Kalix tidak menjawab pertanyaan polos dari Noah, ia terus berjalan menaiki anak tangga dan masuk kedalam kamarnya untuk berganti pakaian.
Ia menurunkan Noah diatas ranjang, dan segera mengambil pakaiannya yang biasa Abigail letakkan dilemari.
"Papi,,, mami pergi?" Ulang Noah, namun masih tidak dapat jawaban dari Kalix
Noah segera turun dari ranjang, lalu berlari menghampiri Kalix yang sedang mengenakan kemeja pendek berwarna hitam.
Noah memeluk kaki Kalix yang sudah terbungkus celana panjang " papi, mami pergi karena aku sering mengompol ya?"
Kalix langsung mengangkat tubuh Noah, dan menggendongnya seperti tadi, ia mengusap lembut pipi tebal milik anaknya itu "Sayang, bukan begitu. Tapi kita cari mami sekarang ya"
Noah mengangguk lemah, lalu memeluk leher Kalix dan memejamkan matanya karena masih merasa ngantuk.
Sesampainya dimobil, Kalix mendudukkqn tubuh Noah dikursi depan dan memasangkan seatbelt ditubuhnya.
Anak itu hanya menurut, tatapannya kedepan dengan mata yang masih terlihat sayu, sementara mulutnya berkali kali menguap.
Mobil sudah melaju, meninggalkan rumah yang mendadak sepi. Disepanjang jalan, Kalix terus melirik kanan kiri untuk memastikan keberadaan Abigail. Ponselnya terus berdering, menampilkan nama seorang perempuan dilayar ponselnya.
Kalix sadar, ia bisa menghubungi Abigail. Tangan kekar itu meraih benda tipis dari saku celana, lalu mencari nama Abigail disana.
Mencoba menghubungi...
Dan lagi...
Sekali lagi...
"Sialan" umpat Kalix yang tidak mendapatkan respon dari Abigail. Bahkan sepertinya ponsel itu sengaja dimatikan.
"Ya Tuhan, dimana istriku" lirihnya sambil terus melajukan mobilnya
"Papi... kita mau cari mami kemana?"
Kalix menoleh kearah Noah, lalu mengusap rambutnya dengan pelan " kita cari sampai ketemu sayang"
"Tapi kenapa mami pergi?"
Kalix terdiam sejenak, matanya beralih kembali kejalanan yang mulai ramai. Nafasnya berhembus kasar, ia bingung, kata kata seperti apa yang harus ia ucapkan untuk menjawab pertanyaan anak sekecil Noah. Kalaupun jujur, Noah tidak akan mengerti.
"Papi..." kini anak itu menatap Kalix, lalu mengusap pelan tangan Kalix yang sedang mengendalikan setir.
"Iya sayang, mami pergi untuk beberapa waktu saja. Nanti akan kembali lagi"
"Tapi kenapa harus dicari kalau akan kembali, papi?"
Tuhan, pertanyaan apalagi ini? Mengapa anak sekecil Noah bisa dengan mudah menjebak orang dewasa.
"Emm,,, Sayang kita cari saja dulu ya?"
Noah mengangguk, matanya menatap kearah jendela, melihat kendaraan lain yang berlalu lalang menuju tempat tujuannya.
"Tuhan, pertemukan Noah dengan mami" lirihnya, membuat Kalix tersentuh.
Lelaki itu meneteskan airmata, namun segera mengusap agar Noah tidak melihatnya.
"Seharusnya aku tidak menerima perjanjian itu, hidup susah dengan kalian jauh lebih indah daripada harus kehilangan orang yang aku cintai"
Penyesalan Kalix tidak akan berguna lagi saat itu. Abigail sudah pergi, yang ntah kemana wanita itu membawa anak keduanya berlari dari Kalix.
.....
I wonder, how will it go? Will Abigail be found or will she be gone forever?
Follow and keep reading the Goodbye, Ex story so you don't miss any part, guys.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye, Ex (On Going)
Teen FictionThis is an adult story, please be careful: 18+. No description, If you're curious, please get straight into the story!