" apapun yang sudah dilewati, jangan pernah mencoba masuk kedalam waktu itu lagi " - Goodbye,ex
Pagi itu, Marsha sedang sibuk dengan masakannya. Menyiapkan sarapan untuk suami dan anaknya sebelum mereka memulai melakukan aktivitasnya.
Wanita itu memang terlihat lebih muda dari Abigail, namun tanggung jawabnya sebagai seorang istri dan ibu sambung tidak kalah besar dari Abigail.
Marsha menoleh kearah tangga saat melihat suara kaki menuruni anak tangga. Ia tersenyum melihat Kalix dan Noah berjalan bersama menuju meja makan.
"Selamat pagi para jagoan" ucap Marsha dengan senyum melebar, dan menarik kursi untuk keduanya.
"Pagi" ucap Kalix pelan, namun Noah enggan mengucapkan sepatah katapun. Ia duduk dikursi tanpa menghiraukan Marsha.
Marsha mengusap rambut Noah, lalu menuangkan susu kedalam gelas yang masih kosong disamping Noah.
"Dimakan sayang, nanti keburu dingin" ucap Marsha saat melihat Noah hanya mengaduk makanan diatas piringnya
Noah tidak bereaksi apapun, ia tetap pada aktivitasnya. Selera makannya hilang saat mengetahui Marsha telah menipu dirinya selama ini tentang kematian Abigail.
"Noah kenapa-"
"Biarkan, dia masih dalam keadaan tidak stabil" Kalix memotong ucapannya Marsha, hingga wanita itu hanya mengangguk dengan perasaan kebingungan.
"Papi, ayo berangkat" lirih Noah, lalu ia berjalan menuju luar, tanpa berpamitan kepada Marsha seperti yang biasa ia lakukan.
"Oke sayang" Kalix menyudahi sarapannya, lalu ia mengusap rambut Marsha, dan mengambil tas kerjanya diatas kursi. Ia segera menyusul Noah tanpa memperdulikan Marsha yang hanya diam menatap kepergian mereka berdua.
.....
Masih ingat dengan Emily? Wanita itu terdiam sambil menikmati segarnya udara pagi ditaman rumah sakit. Menatap pada jalanan yang mulai ramai dengan kendaraan menuju tujuannya masing masing.
Wanita berumur 27 tahun itu membuka sebuah novel. Membacanya dengan acak hingga tidak sadar dengan kehadiran seseorang dibelakangnya.
"Belum ada pasien?"
Emily menoleh setengah terkejut, nampak Andreas dengan senyum tipis dibibirnya tepat dibelakang Emily.
"Ndre, dari kapan disini"
"Baru saja. Tumben sekali disini" kini Andreas duduk disamping Emily, melirik novel yang masih terbuka ditangan Emily sekilas, lalu mengedarkan pandangannya kearah jalanan.
"Aku hanya ingin disini. Sudah lama tidak menikmati udara pagi. Sesak rasanya setiap hari berada didalam ruangan"
Andreas hanya tersenyum, sementara Emily, matanya jatuh pada senyuman manis itu. Entahlah, Emily sangat merindukan senyum tipis Andreas, senyum yang dulu hanya Emily yang bisa menikmatinya.
"Seandainya aku yang menjadi takdirmu, mungkin duniaku tidak sepi seperti ini" Monolog Emily dalam hati.
Memang, sudah lama Emily menyukai Andreas, bahkan saat Abigail belum masuk kedalam kehidupan Andreas. Namun Emily tidak berani mengatakan perasaannya. Karena ia tau Andreas tidak menyukainya.
>>>
Siang itu, Abigail sedang mengemudikan mobilnya menuju kediaman Kalix, ia tidak akan berhenti sebelum mendapatkan Noah. Ia ingin janjinya tercapai, ia ingin hidup bersama kedua anaknya, meskipun tidak lagi dengan ayah biologis mereka.
Namun, saat Mobilnya memasuki kawasan perumahan yang ditempati Kalix, tiba-tiba mobilnya Abigail dihadang oleh mobil dari depan. Abigail terkejut, hingga menginjak rem mendadak.
Dengan perasaan kesal, Abigail keluar dari dalam mobil, menghampiri pemilik mobil itu yang masih diam didalamnya.
"Hey! Keluar!"
"Keluar, atau aku panggil warga untuk memukulmu!"
Kaca mobil terbuka setengah, pemilik mobil itu hanya diam sambil menatap kedepan dengan kacamata hitam menutup matanya.
"Keluar!"
Ia membuka kacamata, membuka kaca mobil sepenuhnya, lalu menatap kearah Abigail. Wanita itu terdiam dengan bola mata membulat sempurna, jantungnya seketika berdenyut hebat. Sosok yang sangat ia kenali dulu, kini berada dihadapannya kembali.
Entah darimana ia tau tentang Abigail yang akan kerumahnya, bahkan bagaimana bisa lelaki itu tau mobilnya.
"Kalix" lirih Abigail. Lalu lelaki itu mengangguk.
Kalix membuka pintu mobil dan keluar dari dalam mobil itu dengan tersenyum tipis pada Abigail.
"Lama tidak bertemu, Abigail" lirih Kalix, namun ada kesedihan dari balik matanya saat menatap Abigail.
Abigail masih terdiam, ia merasa dirinya sangat lemah saat harus berhadapan dengan Kalix. Cinta yang ia tenggelamkan, entah kenapa seperti kembali hadir, memaksa keluar dan ingin jatuh pada tempatnya kembali.
"Tuhan, jangan biarkan aku kembali terluka" Abigail berdoa dalam hatinya. Badannya masih bergetar, sulit untuk ia normalkan.
"Ayo bicara ditempat lain" ucap Kalix lagi saat belum mendapat respon dari wanita itu.
Abigail menggeleng "a-aku akan pulang" saat Abigail berjalan beberapa langkah, tangan Kalix menahan tangan Abigail, ia tidak akan melepaskan wanita itu lagi, tidak akan membiarkannya pergi untuk kedua kalinya.
"Mami..." seorang anak laki laki, baru saja turun dari mobil, berlari kecil menghampiri Abigail.
Kalix melepaskan pegangannya, lalu menatap pada anak laki laki itu saat Abigail menggendongnya.
Ia ingat wajahnya, begitu tidak asing dimatanya.
Kalix semakin memfokuskan pandangannya pada anak itu, ya benar. Anak itu yang hampir ia tabrak ditaman.
"Ini anak kita?"
"Anakku" ucap Abigail sambil mengusap rambut Rigeon
"Anakmu dengan siapa? Tidak mungkin sudah sebesar ini"
"Mau bicara ditempat lain kan? Ayo. Mau dimana?" Ucap Abigail mengalihkan pembicaraan
"Masuk mobilku"
"Aku bawa mobil sendiri, kau jalan terlebih dahulu, aku akan mengikutimu"
Kalix menghela nafas, lalu masuk kedalam mobil lalu menghidupkan mesinnya.
Begitupun dengan Abigail, ia masuk kedalam mobil miliknya beserta Rigeon, dan menunggu Kalix menjalankan mobilnya menuju tempat tujuan untuk mereka bicara.
Continued.
Where do you think they went? Don't worry, old love will blossom again. Ouch, the author is curious!
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye, Ex (On Going)
Ficção AdolescenteThis is an adult story, please be careful: 18+. No description, If you're curious, please get straight into the story!