Chapter 1 = Where it all begins

80 5 1
                                    

Lagu 'Pelajar Pancasila' sedang dinyanyikan dengan riang gembira oleh kelas 8 A yg sedang berada didalam bus untuk menuju ke Bioskop. Seorang gadis berambut hitam lurus sebahu sibuk mengambil foto teman-temannya secara diam-diam atau yg biasa di sebut dengan 'aib'.

" Elsa apaansih, hapus gak ! Gausah main aib apa !" Tegur Dea seorang gadis cantik yg sedang bermain truth or dare bersama temannya,ia yg kesal dengan perilaku Elsa yg tidak sopan.

" Iya, iya maaf de, gw hapus nihh" Balas Elsa sambil menunjukan layar handphonenya sebagai bukti.

" Berisik lo pada, Dinda mau tidur itu ! " Ujar Syaidan, seorang pria berambut cepak yg membuat tawa bagi semuanya. Sementara Dinda yg disebut namanya hanya menoleh dan menggerutu yg terlihat lucu hingga membuat teman-temannya semakin ketawa.

" Elsa lo ngapain sih lagian foto-foto mulu, kalo suka sama aku bilang sini sayang" kata Daeng, seorang lelaki berambut duri yg dikenal sebagai raja gombal.

"Ih Geli gw, Dilla liat nih Dil !" Adu Elsa pada Nadilla, seorang gadis kecil imut yg memakai kacamata yg sedang mengobrol dengan Zakiyyah, sang tukang khayal pacarnya Itoshi Rin.

"Apasih Sa" Kata Nadilla yg pusing melihat kelakuan teman-temannya.

"Dil sumpah dia gombal banget gila" Adu Elsa pada Nadilla yaitu cewek yg ( katanya ) dicintai sama Daeng.

"Iya terus hubungannya apa sama gw coba" kata Nadilla merasa bete dengan Daeng dan Elsa.

"Ucucu udah Abi Ummi kita gausah berantem" Kata Andri, teman akrabnya Syaidan, saking akrabnya sampe bisa kena razia rambut sama cikgu besar bareng. Ya itulah awal mula rambut cepak mereka terlahir.

" Ihh apasih Andri sumpah geli bangettt" Kata Nadilla sembari menutup kupingnya supaya tidak dapat mendengar omongan lain. Daeng merangkulkan kedua tangannya pada Andri dan Syaidan. Lalu ia menghela napas dan berusaha berakting menjadi aktor seperti disinetron-sinetron.

" Gw mah udah ngeluarin segala effort buat dia dri, cuma gak taulah dianya" Kata Daeng sambil memasang muka sedih mencoba memancing Nadilla. ( Bau - bau mancing keributan nih bang )

" Eh maksud lo apa ya ! Daeng lo mending diem aja dah dasar gatau diri ! " Marah Nadilla. Lalu tiba- tiba Chelse, seorang gadis periang dengan rambut ikal dikuncir berdiri dan berjalan kearah tempat duduk Nadilla. Chelse merangkul bahu Nadilla.

" Daripada dengerin Ubi sama Ummi kita ribut, mending kita dj gak sih, Pak Angsor pinjem speaker Pak !" Kata Chelse sembari berjalan menuju Pak Angsor yaitu wali kelas dari kelas 8 A.

" Ci jangan jalan-jalan bahaya, ini berdua lagi abi ummi apalah masih kecil juga !" Tegur Pak Angsor dengan kedua tangan dipinggang.

" Yaelah Pak, atmosfernya lagi asik banget ini ! Kurang kalo gak dj, ya gak mam ?" Kata Mutiara, seorang cewek kecil yg memakai topi kesamping.

" Mam, mam, lupa lo Imam gak masuk !" Balas Chelse sambil merangkul bahu Mutiara.

" Lah iya Imam gak masuk ya, kenapa dia Pak ?" Tanya Fardan, cowok dengan rambut yg disisir rapih ke samping. Disebelahnya ada Said, cowok dengan tinggi seperti Fardan yg hanya cengengesan bersama Bayu, anak basket yg khas dengan rambut cepak dan kacamatanya serta Rasyid, sang ketua kelas kebanggaan lapan A yg duduk dibelakang mereka.

" Sakit dia katanya " Jawab Pak Angsor sambil melihat foto-foto di handphonenya setelah dibajak oleh Elsa tadi.

" Sakit apaan Pak, bohong itu dia ! Orang semalem abis nongkrong sama saya baik-baik aja" Kata Fazri, anak yg duduk sendiri berhubung teman sebangkunya tidak masuk.

" Bolos itu dia Pak ! Males masuk sekolah" Timpal Andri.

" Heran loh orang giliran belajar dia masuk tapi giliran nonton kaya gini malah gak masuk, anak pinter emang" Kata Syaidhan.

Class Of 8-ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang