Ospek hari terakhir pun datang juga. Love sudah merapikan bajunya pagi-pagi sekali, dia juga bangun lebih awal untuk meminta tanda tangan Milk di hari terakhir.
Gadis itu sudah mengumpulkan tanda tangan semua anggota BEM termasuk View. Kini giliran Love meminta tanda tangan Raja Terakhir di Universitas itu.
Sejak pelukan hangat malam itu, Milk mulai bersikap lunak. Tidak ada lagi hukuman yang diberikan pada Love, tidak ada kalimat dingin lagi yang dia terima.
Milk berusaha untuk biasa saja pada teman sekamarnya itu. Meski dalam beberapa momen, gadis jangkung itu tidak bisa menunjukan bahwa dia dekat dengan Love. Tapi apapun permintaan manusia bernama Love, Milk mencoba untuk menuruti.
Seperti tidur dengan lampu menyala, meminjamkan hairdrayer, meminjamkan selimut, menceritakan bagaimana kehidupan kampus, dan bagaimana Love harus bertahan di dunia perkuliahan.
Terkadang, mereka mengobrol hingga larut malam. Senang sekali dapat melihat Milk sedikit tertawa setiap berbicara dengan Love. Wajah dinginnya tidak pernah dia tunjukan lagi pada gadis berwajah imut itu.
Sedikit demi sedikit, Milk sudah mulai berubah. Meski dalam beberapa kejadian masih terasa canggung. Milk berusaha, namun memang butuh kesabaran lebih.
"Phi Milk" kata Love.
Milk yang sedang mengikat tali sepatu, melihat ke arah gadis bergigi kelinci itu.
"Ada apa? Apa kamu seantusias ini di hari terakhir? Tumben sekali sudah bangun"
Lihat, Milk sudah memiliki kosa kata yang banyak saat dengan Love.
Love menyerahkan buku berwana pink beserta dengan pena yang senada dengan warna buku.
"Apa ini?" tanya Milk meski dia tahu tujuan Love menyerahkan buku itu.
Love tersenyum dan menunjukan deretan giginya. Lucu sekali, batin Milk.
"Ini hari terakhir. Aku ingin meminta tanda tanganmu Phi"
Milk sedikit tersenyum, dia menyelesaikan ikatan sepatunya, kemudian meraih buku pink tersebut.
Wanita bersurai panjang itu berdiri tepat di hadapan Love.
"Apa yang bisa kamu lakukan untukku?" Milk bertanya.
"Apapun. Apapun yang kamu minta, aku akan melakukannya untukmu" jawab Love.
Dia sama sekali tidak takut dengan tantangan apapun yang diberikan Milk padanya. Dia yakin bahwa Milk tidak akan setega itu untuk menyuruhnya melakukan hal-hal aneh.
"Yakin? Apapun itu?" Milk kembali memastikan.
"Iya, apapun"
Milk berpikir sejenak. Namun karena masih terlalu pagi, dia tidak tahu apa yang dia inginkan.
"Aku akan tanda tangani ini dan permintaanku akan menyusul. Kamu berjanji untuk mewujudkannya kan?"
Jawaban Love tetap sama. Dia yakin bisa melakukan apapun demi mendapatkan tanda tangan Milk.
"Iya aku janji"
Milk sedikit menyunggingkan senyumnya, kemudian menandatangani buku pink tersebut.
"Aku bisa menjadi apapun, termasuk menjadi pacarmu" kata Love tiba-tiba.
Milk menghentikan aktivitasnya. Dia melihat ke arah gadis yang tidak jauh lebih tinggi darinya itu. Ungkapan ini bukan yang pertama kalinya Love lontarkan, namun Milk tidak pernah menganggapnya serius.
Dia tahu Love suka sekali bercanda. Padahal, Love tidak sebercanda itu dengan kalimat pengakuan seperti ini.
"Ini. Rajinlah kuliah sebelum menjadi pacarku"