Gadis bersurai panjang itu menatap makanan di hadapannya. Napsu makannya benar-benar tidak ada hari ini. Pikirannya kacau dan tentu saja penuh dengan satu nama "Milk".
Love bahkan tidak mendengar suara Ayahnya yang telah memanggilnya beberapa kali. Sementara Dew hanya menatapnya bingung.
Untuk pertama kalinya dia melihat Love tidak sesemangat biasanya. Senyum gadis itu tiba-tiba saja menghilang entah kemana.
Bahkan matanya terlihat sedikit sembab. Meski tertutup riasan, namun Dew bisa melihat mata Love yang begitu lelah dan sedikit bengkak.
Mungkinkan dia menangis semalaman? Hanya itu pikiran Dew. Dia mengkhawatirkan gadis itu.
"Love?" Panggil Ayah Love sekali lagi.
Love tersadar dari lamunan.
Tuan Limpatiyakorn menatap bingung anak gadisnya yang sedari tadi tidak bersemangat.
"Ada apa? Kamu gak suka dengan makanannya?" Tanya Tuan Limpatiyakorn pada anak semata wayangnya itu.
Love tersenyum kaku.
"Tidak. Aku suka, tapi aku sudah kenyang" jawab Love.
"Kamu ingin ganti menu lain?" Kali ini Dew menawarkan niat baiknya.
Tapi gadis itu hanya tersenyum tipis untuk menolak tawaran pria itu.
Percayalah, Dew adalah pria tampan yang juga banyak digandrungi wanita. Dia bukan pria playboy, melainkan pria baik yang pekerja keras dan menyayangi keluarganya.
Jika dibandingkan Dew, tentu Milk akan kalah telak. Selain Dew lelaki, dia juga memiliki harta yang berlimpah, latar belakang yang mapan, dan berada dalam garis keturunan yang terhitung tidak mungkin jatuh miskin.
Namun, cinta tetaplah cinta. Semantap apapun seseorang yang menyukai kita kalau hati kita sudah terpaut dengan satu orang, maka rasanya akan sulit untuk menumbuhkan perasaan pada orang lain.
Ayah dan Ibu Love memaklumi anak gadisnya itu. Memang, mood seorang Love sama sekali tidak bisa ditebak.
Setelah sesi makan siang bersama, Love dipanggil untuk ke ruangan besar tuan Limpatiyakorn. Dia sungguh khawatir dengan putrinya yang tidak bersemangat sejak memutuskan untuk meninggalkan asrama.
Love tertunduk lesu di hadapan Ayahnya. Dia malas menceritakan apapun pada sang Ayah. Percuma, jika kuping yang disediakan tidak memiliki hati yang luas untuk menerima.
Tidak bisa menerima bahwa anaknya tidak pernah menyukai Dew dan membenci perjodohan aneh ini.
"Ada apa Love? Ayah tidak suka melihatmu seperti ini" kata Tuan Limpatiyakorn.
Love hanya menatap pria yang ada di hadapannya sekilas.
Jujur saja, pertengkarannya dengan Milk ada hubungannya dengan perjodohan sialan ini.
"Lalu untuk apa kamu keluar dari asrama? Siapa yang menyuruhmu untuk mengangkut bajumu dari sana?" Desak Tuan Limpatiyakorn.
Love menyerah. Dia tidak tahan duduk berlama-lama dengan Ayahnya. Dia berdiri dan siap untuk melangkah keluar dari ruangan.
"Ayah masih berbicara padamu. Duduk!" Ujar Tuan Limpatiyakorn dengan penuh penekanan.
"Percuma Ayah. Ayah tidak mungkin paham dengan diriku. Aku lelah sekali harus beradu argumen dengan Ayah" jawab Love jengah.
Sudah pikirannya mumet dengan Milk, ini harus ditambah lagi dengan Ayahnya yang super ribet.
"Ya bagaimana Ayah mau paham jika kamu saja tidak pernah bercerita"