14

515 99 36
                                    

Milk sampai di asrama setelah menghadiri acara reuni. Saat itu, waktu telah menunjukan pukul 02.00 pagi.

Dia membuka pintu kamar asrama, dan melihat Love yang masih termenung di atas tempat tidur. Dia masih mengenakan gaun berwarna putih yang ia pakai saat makan malam keluarga.

Milk menghela napas sejenak dan menghampiri gadis itu.

"Kenapa tidak berganti pakaian?" Tanya Milk.

Love tidak menjawab.

Gadis itu kesal bukan kepalang. Dia tahu bahwa Milk menghindarinya, dia tahu bahwa Milk tidak menyinggung apapun mengenai pengakuan perasaannya saat itu.

Bahkan sudah lebih dari sebulan, Milk jarang sekali mengajaknya berbicara. Tidak pernah ada waktu untuk berbicara satu sama lain.

Tiap Love kembali ke asrama, Milk tertidur atau pergi hingga larut malam. Di kampus pun, Milk tidak akan pernah bisa didekati.

Saat ingin berbicara empat mata, wanita bernama Tontawan selalu hadir dan mengganggu pembicaraan keduanya.

Milk menghela napas lagi. Dia sudah paham kalau begini.

Berhenti berbicara pada Love, Milk membalikan tubuhnya untuk ke kamar mandi. Dia tidak ingin bertengkar saat ini.

Namun, baru beberapa langkah, suara Love menginterupsinya.

"Kamu menghindariku"

Milk masih membelakangi Love.

Gadis itu turun dari ranjang dan menghampiri Milk yang masih berdiri membelakanginya.

"Katakan padaku apa yang salah? Kenapa selalu menghindariku? Apa aku membuatmu muak lagi?" Love bertanya lagi.

Milk masih bergeming.

Dia tidak tahu harus mengatakan apa dari semua deretan pertanyaan yang diajukan Love.

Jengah dengan keheningan ini. Love berjalan lagi dan berdiri di depan Milk. Dia menatap mata Milk yang terlihat dingin.

"Aku tidak memaksamu untuk menyukaiku. Aku hanya mengutarakan perasaanku, apa itu salah?"

"Salah" kata Milk singkat.

Love menatap tak percaya gadis yang ada di hadapannya ini.

Bukankah semua orang mempunyai hak untuk mengutarakan perasaan? Kenapa kejujurannya justru menjadi salah di mata orang yang dia sukai.

"Apa yang kamu harapkan dari orang sepertiku? Kamu ingin aku bagaimana? Menghancurkan masa depanmu? Keluargamu? Mimpimu?" Kata Milk.

Percayalah, gadis itu berdiri dengan tegap, berharap bahwa air matanya tidak runtuh saat mengatakan hal itu pada seseorang yang dia sukai.

Dari sekian banyak hal yang dia inginkan, dia hanya ingin bersama Love. Sebenarnya dan sejujurnya, tapi hal-hal romantis semacam itu tidak akan pantas untuk keluar dari mulutnya.

Siapakah Milk untuk bisa disandingkan dengan anak Tuan Limpatiyakorn?

"Tidak ada, tidak ada yang perlu kamu hancurkan. Cukup terima saja perasaanku. Apa itu terlalu banyak? Apa ayahku penyebab keberanianmu runtuh?" Ucap Love yang menatap dalam-dalam gadis yang disukainya itu.

Sungguh, tidak bisakah sedikit saja Milk lebih berani untuk menyambut perasaan Love yang kian menumpuk? Bukankah cinta tidak pernah salah?

"Tidak ada sangkut pautnya dengan Ayahmu. Aku hanya tidak ingin terlibat hubungan romantis denganmu. Dan aku tidak pernah menyukai gadis sepertimu" Milk berbohong.

Hati Love tergores. Air matanya terjatuh mendengar hal itu. Kalimat yang begitu melukainya tiba-tiba saja keluar dari mulut Milk.

Bukan tidak menerima penolakan, tapi cara Milk menjauhinya, dan cara Milk mendorong Love untuk menjauh, itulah yang membuat hatinya hancur.

Complicated RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang