Weilian

33 1 0
                                        

Quita sibuk memperhatikan Maya yang sedang mengajarkannya untuk membuat roti croissant. Kalau masalah memperhatikan dan praktik, Quita m emang jagonya.

Bahkan dia bisa menghapal gerakan menari dalam waktu 5 menit saja.

"Nah, sekarang Quita coba."

"Okay, Kak." Quita mengambil alih kuas dan mangkuk telurnya. Secara perlahan dia memoles rotinya dengan telur yang sudah dikocok tadi.

"Gak usah takut-takut, dibawa santai aja moles telurnya." Kata Maya yang melihat Quita masih sedikit ragu-ragu.

Quita mengangguk. Dia hanya sedang berhati-hati saja agar rotinya tidak rusak.

Lalu tak lamanya Maya mengeluarkan handphone-nya dan mengambil video Quita yang sedang memanggang.

"Nih, Quitanya udah dijagain ya, Bu." Katanya yang mungkin akan mengirim videonya untuk Tasya.

Malu sekali rasanya. Quita tidak bisa membuka pembicaraan. Setelah selesai dengan tugasnya dan sudah tidak ada lagi roti yang harus di panggang, Quita hanya berdiri dengan Maya dan juga Xavier.

Kata Xavier, kalau outlet seperti ini memang tidak disediakan kursi agar pekerjanya tidak bermalas-malasan.

Yah, walaupun disini ada dua kursi yang Maya bawa untuk duduk sesekali kalau sedang sepi. Mereka juga tidak bisa berdiri terus selama 8 jam bekerja, kan?

"Mau sarapan dulu, gak?" tanya Xavier yang melihat Quita diam saja.

"Disini boleh sarapan?" tanya Quita.

"Sebenernya gak boleh sih sama Pak Weilian. Tapi karena hari ini Pak Weilian gak ada, kita boleh sarapan tapi duduk disini." Kata Xavier sambil menunjuk ke salah satu kursi yang ada di dalam outlet.

Sempit sekali kalau harus makan disitu. Pikir Quita.

"Makannya gantian satu-satu," kata Xavier seolah membaca pikiran Quita. "biasanya kita beli mie atau gak bubur di dalem, mau?"

Quita memasang wajah bingung lagi, "oh, kita boleh jajan di supermarketnya juga?"

"Boleh tapi nanti belanjaan yang di beli paling harus ditandain dulu sama security supaya jadi bukti kalau karyawan gak ambil." Jelas Maya.

Quita mengangguk-angguk.

"Biar Vier yang ke dalem. Kak Quita mau apa?"

"Mau popmie kuah rasa kari ayam deh." Jawab Quita seraya merogoh kantung celananya untuk mencari uang yang harus dia berikan pada Xavier, "nih, uangnya."

Xavier menggeleng, "gak usah, hari ini biar Vier aja yang beli, Kak."

"Eh, kok gitu?"

Maya tersenyum, "Vier emang suka kayak gitu kalo sama cewek cantik."

Xavier hanya nyengir lalu dia melesat pergi. Sedangkan Quita juga jadi tidak tau harus bereaksi seperti apa.

Terkadang kalau ada yang memujinya cantik, Quita malah jadi semakin tidak percaya diri.

Tak lamanya seorang kasir datang, "halo semuanya!"

"Bos besar datang." Ledek Maya.

"Kurang ajar lo, ya!"

Quita hanya tersenyum canggung sambil memperhatikan kasir yang baru saja datang.

Last GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang