Wilona Anatasya

50 4 0
                                    

Keenan menghentikan mobilnya di sebuah fotokopi dekat kampusnya. Dia mengikuti Kayleen dan berdiri disebelah nya. "Kamu print tugas makalah atau proposal perizinan tempat puncak acara entar?." Tanya Keenan.

"Tugas makalah kok kak, kan proposal perizinan nya udah ada bagian nya. Gak mungkin aku yang print." Jawab Kayleen.

"Awas aja ya kamu yang ngelakuin. Aku marahin mereka." Sahut Keenan kesal.

Kayleen terkekeh "lagian gapapa lah aku bantu, kasian loh mereka."

"Ya emang gapapa kamu bantuin. Tapi kadang-kadang gak tanggung-tanggung juga kamu bantuin. Aku gak mau kamu kecapean, Kay."

"Iya-iya engga, kali ini aku gak bantuin banyak. Cuman beberapa hal aja." Icap Kayleen.

Keenan mengangguk dan tidak berbicara lagi, sedangkan Kayleen mengirim file makalahnya pada karyawan fotokopi itu.

"Biasa ya mas, A4 cover warna merah." Ucap Kayleen.

Karyawan laki-laki itu mengangguk setelahnya Kayleen duduk di kursi yang masih kosong.

"Kakak masuk jam berapa?." Tanya Kayleen.

Keenan menaruh ponsel nya di saku lalu menggeleng pelan. "Kakak gada kelas, ternyata di mundurin, sa. Dosen." Ucap Keenan.

"Makanya kakak, Axel sama Xavier mau ke kafe buat nongkrong. Gapapa kan? Gada rapat juga kan hari ini." Sahut Keenan.

Kayleen mengangguk "iya gapapa. Nanti kalo masih sempet aku sama yang lain nyusul." Keenan mengangguk.

Setelah makalah Kayleen siap, perempuan itu membayarnya. Setelahnya Keenan mengantar Kayleen ke kampus. Sampai di parkiran, Keenan keluar terlebih dahulu dan berlari ke pintu sebelah untuk membuka nya.

"Makasih, kak."

Sebenarnya ini bukan kali pertama Kayleen memanggil namanya dengan embel-embel 'kak'. Karena semenjak mereka menerima perjodohan itu, Kayleen telah memanggil namanya dengan panggilan itu. Tapi tetep saja, Keenan akan deg-degan ketika mendengarnya.

"Sama-sama, sayang." Kayleen diam-diam tersenyum mendengar jawaban Keenan.

Sama halnya Keenan, Kayleen juga merasa deg-degan ketika mendengar laki-laki yang berstatus calon tunangan itu memanggil nya dengan panggilan sayang.

"Kakak mau langsung ke kafe?." Tanya Kayleen ketika dirinya berada di luar mobil.

Keenan menggeleng "Mau ke fakultas Marven dulu." Jawab Keenan.

"Oh yaudah aku langsung ke kelas ya. Takut dosennya datang duluan." Ucap Kayleen.

Keenan mengangguk "hati-hati, kalo ada yang ganggu chat aja atau engga telfon." Ucap Keenan.

"Iya siap. Kakak juga hati-hati, jangan terlalu banyak minum kalo udah nongkrong sama mereka." Peringat Kayleen.

Ucapan Kayleen bukanlah ucapan biasa, sebab Axel dan Xavier adalah peminum. Bukannya ia melarang Keenan mabuk tapi yang ia tau toleransi laki-laki itu pada alkohol sangat amat sedikit. Takut-takut dia mabuk, dan tidak ada orang yang berada di sampingnya. Itu bisa berakibat buruk pada Keenan.

"Iya siap sayang. Kakak gak akan banyak minum."

Setelahnya perempuan itu pergi menuju lorong ketiga dimana fakultas nya berada. Sedangkan Keenan pergi ke fakultas arsi dimana Marven temannya berada.

Kedua orang itu tadi, tidak luput dari penglihatan mahasiswa yang berlalu lalang disana. Mereka menatap heran pada Keenan yang membawa mobil.

"Bukankah dia orang miskin? Bagaimana bisa mempunyai mobil?."

Closer Than This Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang