-*.✧47 - Sial✧.*-

4.4K 460 17
                                    

47 - Sial

Sylvester sudah sampai di toko alat seni. Ia melepas syal, menggenggamnya untuk dirinya bawa.

Bau cat serta kanvas tercium jelas kala Sylvester membuka pintu, terdengar gemerincing dari bel yang tersambung dengan pintu agar dapat menandakan ada pengunjung yang tiba.

Seperti yang dirinya duga, toko ini sepi pengunjung. Mungkin di karenakan minimnya minat di bidang kesenian di sini. Di tambah lagi hari ini adalah hari yang di gunakan untuk bekerja, apalagi toko ini tidak besar dan tidak terlalu terkenal, bisa di bilang juga sebagai toko tua. Tapi memiliki arsitektur yang indah.

Sylvester merasa sedikit lega. Dirinya sendiri sekarang, berdiri sendiri di antara rak-rak alat kesenian, seraya memilih-milih alat mana yang akan dibelinya. Sopir sudah Sylvester perintahkan guna menetap di luar, tepatnya dekat dengan mobil terparkir Hanya ada dirinya serta pemilik toko yang sudah tua di sini.

Sang pemilik toko terlihat seperti kakek-kakek normal. Badannya terbungkuk, serta memakai kacamata guna membaca kalimat-kalimat yang ada di dalam buku genggaman tangan kanannya. Wajahnya yang keriput terlihat ramah. Ia duduk di balik meja.

"Maaf, saya ingin bertanya. Kuas lukis di bagian mana?" tanya Sylvester sopan. Sang pemilik menutup buku, ia mengambil sebuah catatan di dalam laci meja lalu mulai membacanya pelan.

"Ada di sebelah sudut kiri." Kakek itu menjelaskan setelah meletakkan kertas tadi di atas meja, menatap lembut ke arah remaja laki-laki di hadapannya yang terlihat sopan.

"Begitu ya." Sylvester mengangguk-angguk mengerti, "Kalau begitu saya permisi terlebih dahulu."

Setelah sang pemilik mengiyakan, Sylvester langsung pergi ke tempat tujuannya guna mendapat kuas yang dirinya inginkan. Kakinya melangkah pelan mengamati setiap kuas hadapannya.

Sylvester akan membeli banyak. Itu titah Theodore saat pria yang menjabat sebagai pamannya itu menyerahkan dua buah black card untuk dirinya gunakan. Tangan kanannya hendak meraih kuas lukis berukuran kecil.

Tapi sebuah suara tapakan sepatu berhasil membuat Sylvester membulatkan netranya, ketika ia berbalik serta melihat sosok yang amat dikenal dirinya.

Sosok itu mengenakan pakaian hangat. Topi, masker. Tangannya masuk ke dalam saku. Menunduk diam. Tapi Sylvester masih bisa guna mengenali sosok di hadapannya ini.

"Effie...?"

♡Part telah dihapus♡
.

.

.

♡♡♡

Sylvester [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang