Hujan dan Genangan

29 1 1
                                    

___

HAPPY READING ! ! !

• • •

          Hujan yang turun pagi ini membuat banyak genangan di sepanjang jalan menuju gedung kampus fakultas Teknik. Jejak cokelat bekas tapak kaki mengotori keramik putih di koridor lantai satu. Beberapa orang terlihat berdiri memenuhi lorong, menunggu hujan reda. Beberapa lainnya nekat menerobos rintik air menuju parkiran mobil di pelataran kampus yang cukup jauh dari gedung tempat mereka berteduh.

"Praha!"

Panggilan itu mengundang atensi orang-orang yang tadinya sibuk dengan urusan masing-masing. Laki-laki yang merasa namanya disebut, mengalihkan fokusnya dari layar ponsel, ke arah sumber suara. Dari balik kerumunan para mahasiswa, seorang perempuan berjalan dengan cepat kearahnya.

"Udah mau pulang, Pra?" Tanya perempuan itu saat sudah tiba tepat dihadapan Praha.

"Iya, Va. Kenapa?"

"Gue sama Bastian mau hangout. Ada pameran motor sport di Blok M. Ikut yuk!"

"Nggak dulu deh, Va. Gue ada janji sama Nala."

Perempuan bernama Eva itu langsung mengubah senyum lebarnya. Antusiasnya seketika menghilang saat Praha menyebut nama perempuan lain, yang ia tahu adalah teman Praha sejak SMA.

"Oh, ya udah deh. Gue pergi dulu ya!"

Eva menepuk pundak Pra dua kali, lalu berjalan meninggalkan Praha. Setelah kepergian Eva, Pra kembali mengecek pesan yang beberapa waktu lalu ia kirim untuk Nala. Tapi tak kunjung ada balasan dari perempuan itu. Arlojinya menunjukan pukul setengah tiga sore. Pra tahu Nala belum pulang dari kantor, tapi ia tetap akan menyusul ke tempat Nala bekerja.

Sesaat kemudian, hujan yang tadinya cukup lebat, mulai berubah menjadi rintik gerimis. Praha melangkah meninggalkan gedung fakultasnya menuju motor vixion hitam yang ia parkir dekat pos satpam, karena di sana ternaungi pohon besar yang melindungi motornya dari terik matahari saat musim panas.

Dengan keinginan yang begitu besar, Pra menjalankan motornya menuju jalan raya. Karena ingin segera menemui Nala.

Dari sudut gedung fakultas Teknik, Eva berdiri memandang kepergian Pra. Segenap perasaannya terluka saat penolakan Pra seringkali ia dengar. Bukan sekali duakali ajakannya tidak pernah diterima oleh Praha. Disamping Eva, Bastian merangkul pundak perempuan itu sembari menyemangati. Selaku teman yang juga dekat dengan Pra, Bastian tentu tahu perihal apa yang dirasakan Eva kepada Pra juga tentang Pra dan perempuan bernama Nala.

"Kan, gue udah bilang, Va. Lo nggak akan menang dari masalalu Pra. Dia sama Nala udah terlalu lama bareng-bareng. Sedangkan Pra baru kenal lo dua tahun belakangan."

"Tapi gue nggak bisa berhenti buat peduli sama dia, Bas."

"Udah ayo, mending kita berangkat sekarang!" Bastian menggandeng tangan Eva menuju mobilnya dan segera pergi ketempat tujuan mereka.

* * *

            Praha duduk di atas motornya yang terparkir di seberang jalan. Matanya memandang gedung perkantoran berlantai tujuh, tempat di mana Nala bekerja sebagai accounting. Ia sudah mengirim pesan setengah jam yang lalu kepada Nala. Mengatakan bahwa ia akan menunggu Nala keluar dari kantor dan mereka akan pergi ketempat yang sudah disepakati.

SERANA Where stories live. Discover now