⚠️ HATI-HATI! TYPO BERTABURAN ⚠️
————
Sakit.
Setiap tarikan napas seperti meniadakan oksigen.
Detak jantung yang seharusnya menjadi tanda kehidupan menjadi lonceng kematian menanti pencabut ruh.
Sakit. Sakit. Sakit.
Rasa sakit yang merenggut kewarasan.
Jeritan tertahan di kerongkongan menambah nyeri direlung hatinya.
Tidak perlu diingatkan. Ia tahu.
Mau sebanyak apapun keluhan yang terucap tidak ada yang terdengar.
Sebanyak apapun rintihan kesakitan yang keluar tidak akan ada yang pernah mengerti.
Ia bisu.
Sang tunawicara.
Cacat.
Tidak sempurna.
Dan--
"Avis, my baby." Suara penuh kekhawatiran itu menarik paksa jiwa nya dari kegelapan. Sangat lembut dan hangat. Penuh ketenangan sekaligus ketakutan.
"My child." Bulu mata lentik nya bergetar. Ingin menggapai suara itu sesegera mungkin. Takut kehilangan.
"Perlahan, baby Av. It's okey."
Silau.
Arah lampu yang menempel di langit-langit langsung masuk ke retina. Mata menyipit. Merasakan nyeri dikepala semakin menjadi.
Menggeliatkan badan tak nyaman yang langsung dihadiahi rasa sakit seluruh tubuh. Air mata psikologis mengalir dengan deras di sudut mata. Oksigen yang dikenakan menampilkan uap seirama dengan napas cepat yang di hembusankan.
"Dokternya dimana sialan!?" Teriakan itu langsung menyapa indra pendengaran.
Namun, ia tidak bisa mengalihkan pandangannya ke arah lain. Sosok pria penampilan tegas penuh wibawa walaupun dengan pakaian casual nya.
Guratan dahi yang menyiratkan rasa takut dan cemas. Mata yang menatap lembut juga senyum menenangkannya.
Membuat Lancel si manusia serakah akan kasih sayang merasa begitu dicintai.
Sentuhan lembut ditangan yang berubah genggaman. Usapan didada juga kaki. Kecupan ringan penuh kasih dikepala. Entah ada berapa banyak manusia yang mengerubungi tubuhnya ia tidak ingin tahu.
Karena, alam bawah sadar menyuruhnya tunduk. Ia dilanda kantuk teramat. Entah karena suntikan yang diberi di selang infus atau perlakuan yang diberi.
Lancel ingin kembali tenggelam dalam kegelapan.
"Tidulah. Kami menjaga mu, our baby." Suara yang terdengar samar itu menjadi melodi pengantar tidur. Tidak seperti sebelumnya kali ini ia tidak sendiri.
Tubuhnya seperti terombang-ambing. Lancel sampai berpikir ia sedang berada diantara garis hidup dan mati. Menunggu ketukan palu sang malaikat maut penentu akhir hidupnya. Neraka atau surga.
Sepertinya tidak keduanya. Langit-langit putih dengan bau khas rumah sakit langsung menusuk hidung hingga kepalanya sakit.
"Good morning."
Lancel sedikit menoleh kesamping. Pria yang menjadi objek pertama dilihat saat bangun pertama kali. Rahangnya tegas dengan sorot lembut dan juga lengkungan senyum hangat membuat ekspresi Lancel membaik.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby, Say It Please
Short StoryLancel Baratheon pemuda ceria yang ditakdirkan tidak sempurna. Ia bisu dan lingkungan tidak mendukungnya. Terbiasa diam hingga membuat Lancel melupakan apa itu bicara, bahkan saat ia sudah bisa mengeluarkan suara. Bukan karena mendapatkan kembali su...