⚠️ HATI-HATI! TYPO BERTABURAN ⚠️
—————
Hari ini dirinya bisa pulang! Yey!!
Sejak pemberitahuan itu senyum manis nya tidak lepas dari bibir. Akhirnya setelah tiga bulan mendekap di ruangan bau obat ini, Avis terbebas.
Cup
"Senang?" Surai pirang nya bergoyang. Tidak ingin merusak hari bahagianya ia menghiraukan si sulung yang mulai menghujani ciuman.
"Baiklah, mari kita pulang!" Danica berseru tak kalah bersemangat. Sedari tadi ia hanya menjadi penonton interaksi manis kakak beradik itu.
Wanita dengan setelan formal nya berjalan lebih dulu diikuti dengan Theor menggendong Avis lalu Damian yang membawa beberapa bag berisi baju dan barang lainnya.
"Bunda akan mengambil obat. Kalian duluan saja." Theor mengangguk. Kemudian mereka berpencar saat di pertigaan.
Theor yang berbelok pada lorong kanan, menuju pintu keluar. Untuk Danica ia berjalan lurus dengan penuh percaya diri. Sesekali mengulas senyum saat beberapa orang menyapa.
"Dimana Wiliam?" Tanya Theo. Wiliam adalah kembaran Damian mereka sama-sama menjabat sebagai bodyguard keluarga Hamilton.
"Sudah menunggu di mobil, tuan."
Saat hampir mencapai pintu keluar seorang anak kecil yang asik berlari menabrak kaki panjang Theor.
Langkah nya terhenti. Pria itu menunduk, menyorot datar seonggok manusia kerdil yang terduduk mengenaskan dibawah sana.
Tahu akan kemarahan sang tuan, Damian dengan cepat menyingkirkan dari pandangan Theor.
"Kau tidak apa?"
"Lan!" Bocah yang diperkirakan Damian sebagai kakak nya berlari menghampiri mereka dengan wajah panik.
"M-maaf tuan." Ia menduduk tanda minta maaf. Membantu sang adik bangun, memeriksa keadaan tubuhnya.
Bocah itu menggerakkan tangan. Itu bahasa isyarat. Theor yang melihatnya menaikan alis.
Dapat lihat wajah ketakutan itu saat menatapnya pun getaran tangan saat bergerak membentuk sebuah bahasa yang tidak dimengerti.
"Adikku mengatakan permintaan maaf, tuan. D-dia sedikit memiliki masalah pendengaran," tuturanya gugup.
Avis yang sibuk dengan dunianya tersadar ketika bocah itu bersuara. Ia ikut menduduk.
Bahu si sulung di tepuk mendapati raut tak senang yang ditunjukan.
"Hm," balasnya acuh setelah melabuhkan kecupan singkat pada pipi Avis. Bayaran.
Damian berjongkok. Tanpa diduga dan disangka pria kekar itu bisa menggunakan bahasa isyarat.
Dapat dilihat wajah binar yang ditunjukan gadis cilik berkepang dua itu.
Poninya bergoyang ketika mendongak bukan kepada Theor melainkan untuk melihat Avis.
Ia tersenyum manis. 'Maaf, kakak cantik.'
Theor yang seratus persen atensinya untuk sang adik melebarkan mata tak percaya.
'Tidak apa, lain kali hati-hati.'
Sejak kapan adiknya bisa bahasa isyarat?
.
.
.
"Selamat datang dirumah." Esmira yang sengaja tidak ikut menjemput si bungsu menyambut di pintu masuk dengan ceria.
Masih dalam gendongan abang sulung nya Avis tersenyum kaku. Apakah bangunan yang hampir menyerupai white house ini masih bisa disebut rumah?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby, Say It Please
Short StoryLancel Baratheon pemuda ceria yang ditakdirkan tidak sempurna. Ia bisu dan lingkungan tidak mendukungnya. Terbiasa diam hingga membuat Lancel melupakan apa itu bicara, bahkan saat ia sudah bisa mengeluarkan suara. Bukan karena mendapatkan kembali su...