2.7K 274 2
                                    

⚠️ HATI-HATI! TYPO BERTABURAN ⚠️

—————

"Keras kepala ku sama dengan mu."
- Nadin Amizah 

———

Kucing kecil itu bergetar ketakutan saat duduk ditengah para predator. Puncak rantai makanan alam liar, sang raja hutan. Harimau.

Saling menatap tajam satu sama lain.  Merebutkan posisi paling tinggi. Juga demi mendapatkan anak kucing diantara mereka.

Theor, kandidat pertama raja hutan duduk pada sofa singel dengan kucing manis dipangkunnya.

Dihadapannya sana. Kandidat kedua, Zeyphyr dan ketiga, Aemon. Menyorot akan kemarahan.

Si tetua Hamilton juga istrinya hanya pengamat menikmati cake spesial dari Danica.

Tidak ada umpatan atau teriakan yang terlontar, hanya keheningan. Tapi kenapa Avis bisa merasakan dengan jelas kalau mereka sedang bertengkar?

Padahal tatapan itu bukan untuk dirinya melainkan orang yang sedang memangku nya tapi Avis ikut merasakan dampaknya.

Mengerikan, batinnya.

Dan sejak kapan dia berteleportasi padahal seingatnya dia masih tertidur dengan nyaman. 

"Baby, kemarilah." Avis tidak langsung menurut ia mendongak mengkode si sulung agar melepaskan rangkulan pinggangnya.

Theor bergeming senyum mengejek nya semakin jelas membuat amarah Zeyphyr semakin menjadi. Untunglah dia tidak bodoh untuk menunjukan amarah itu dihadapan Avis.

Hembusan napas kasar terdengar. Zeyphyr memijat pelipis yang berdenyut. "Jangan bertingkah, Theor Hamilton." Tidak ada yang baik jika nama panjang terucap di bibir itu.

"Aku tidak." Mengecup pipi si kecil dihadapan semua orang, bermaksud pamer. "Adikku sudah bisa pulang, tidak perlu menunggu esok."

"Kau membuat pria tua ini hampir terkena penyakit jantung, anakku tersayang."

"Oh? Mengaku kalau sudah tua?"

Zeyphyr mendelik apalagi mendengar kekahan diseberang sana.

Lain lagi dengan Avis. Ia termenung. Apa semua ini salahnya yang merengek minta pulang?

Bagaimana ini? Theor dimarah karena menuruti permintaan kekanakan dirinya.

Avis mengintip dibalik poni panjangnya. Melirik arah Zeyphyr yang raut wajah nya belum berubah, menggeser pupil kesamping sekilas dan sekilas juga ia langsung kembali menunduk.

Wajah ayah lebih mengerikan!

Tidak, ini kesalahannya! Gara-gara nya Theor jadi dimarahi. Tapi bagaimana cara memberi tahu mereka?

Melirik ke arah Zeyphyr lagi, lebih tepatnya Damian yang berdiri di belakang sana.

Oh! Bukankah om itu bisa bahasa isyarat juga?!

Pandangan mereka bertemu. Avis mengedip, Damian tersenyum.

Jemari lentiknya bergerak kecil. Mengkode sang bodyguard yang masih menatapnya. Berharap pria bongsor itu mengerti.

'Daddy marah?'

Damian termenung sebentar. Tidak menyangka dengan interaksi yang dilakukan bungsu Hamilton itu.

'Beliau hanya khawatir tuan muda.'

'Daddy marah tuh.' Damian melipat bibir melihat kekeras kepalaan yang ditunjukan.

My Baby, Say It PleaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang