Destiny (6)

79 12 3
                                    

Setelah pertanyaan yang Jisoo ajukan semalam, Jisoo merasa Jennie menjadi lebih pendiam. Terlihat dari pagi tadi saat menyiapkan sarapan untuk Jisoo dan Ruka, Jennie hanya diam tidak mengatakan sepatah kata pun.

Jisoo masih mengingat jawaban yang diberikan Jennie atas pertanyaannya semalam.

"Irene? Siapa dia? Apa dia temanmu saat kuliah dulu yang aku tidak ketahui. Hm.... Aku baru pertama kalinya dengar dari kamu"

Jisoo masih memikirkan jawaban yang diberikan Jennie dengan menyadarkan tubuhnya dikursi direktur.

Ya,

Kini Jisoo menjabat posisi direktur utama di perusahaan Kim Corp, perusahaan yang Sandara percayakan kepada anak bungsunya itu.


Tok....tok....tok....

Suara ketukan pintu berhasil menyadarkan Jisoo dari lamunannya.

"Permisi Sajangnim, sudah waktunya rapat perilisan aplikasi bersama dengan tim perusahaan lainnya" sopan sekretaris Jisoo

"Sudah ku bilang berapa kali, panggil saja namaku Wendy Unnie" protes Jisoo yang sambil beranjak mengambil ipad dan handphonenya.

"Kita sedang di perusahaan sajangnim, tolong professional"

"Kalau kau memanggil ku sajangnim lagi, ku pastikan nama sekretaris ku bukan Son Seung-wan lagi" ucap Jisoo saat melewati Wendy yang masih setia berdiri didepan pintu ruangan Jisoo.

Ucapan Jisoo barusan membuat Wendy menelan ludahnya dengan kasar, walaupun Wendy tahu Jisoo tidak serius namun tetap saja tetap mengerikan saat mendengarnya.

'Kalau dia serius dengan ucapannya, bagaimana caraku mengumpulkan uang untuk menikahi Joy'

Son Seung-wan atau biasa disapa Wendy, merupakan sekretaris pribadi Jisoo yang menemani Jisoo sejak menjabat jabatan direktur utama diperusahaan.

Dengan latar belakang pendidikan serta pengalaman luar biasanya yang tidak bisa Jisoo abaikan, Jisoo memutuskan untuk menawarkan Wendy sebagai sekretarisnya.

Toh selain itu Wendy juga kekasih dari Joy teman dari istrinya yaitu Jennie. Hitung-hitung saat bekerja selain bisa dapat diandalkan, Wendy dapat lebih santai terhadap Jisoo.

Namun pemikiran Jisoo salah, dari awal dirinya menjabat sebagai direktur utama Wendy selalu memanggilnya Sajangnim yang membuat Jisoo selalu menghela napas beratnya.

Walaupun Jisoo agak rishi dengan sebutan 'Sajangnim' dari Wendy, Jisoo mecoba untuk tidak perduli dan membiarkan Wendy memanggilnya dengan senyamannya saja.


Setelah beberapa jam berlalu, rapat internal telah berakhir. Dan kini Jisoo sedang mendengarkan jadwal agenda selanjutnya hari ini dari Wendy yang masih setia membacakan agenda Jisoo.

"Setelah menandatangani document dengan client maka project aplikasi ini sudah selesai Sajangnim" selesai Wendy menjelaskan.

"Akhirnya...... aku bisa pulang dan tidur normal bersama dengan Joy lagi" senang Wendy disofa yang tak jauh dari bangku kebesaran Jisoo.

Karena project kali ini sangat besar, Jisoo, Wendy, dan karyawan perusahan bekerja sangat keras untuk keberhasilan perilisan aplikasi ini. Tak jarang mereka semua sering kali lembur untuk mengejar deadline aplikasi.

Jisoo menyandarkan tubuhnya di kursi sambil memenjamkan matanya sejenak, dirinya sangat lelah sekali. Mengejar deadline dan jarang berkumpul dengan keluarga kecilnya.

Ah...... Jisoo merindukan anaknya Ruka dan istrinya Jennie.

Jisoo melihat jam digital yang berada diatas mejanya yang menunjukan pukul 16.28

ONESHOOT / MULTISHOOT JIRENEWhere stories live. Discover now