Skylar Senja:6

101 13 1
                                    

Langit menggelap dengan rintikan air hujan yang deras membasahi apapun di bawahnya. Suara yang bising suasana kelas bahkan hampir terkalahkan dengan suara gemuruh air hujan tersebut,seakan ia tidak ingin disaingi.

Sudah satu bulan lamanya sejak kejadian dimana Jovan pergi dari rumah. Saat ini Senja menjadi pribadi yang lebih pendiam. Ia bahkan beberapa kali didapati teman sebangkunya melamun.

" Nja,jangan ngelamun terus dong... Ayo sini cerita sama kita..."

Entah sudah keberapa kalinya Sean mengucapkan kalimat yang sama di setiap harinya tanpa kenal bosan. Bahkan jujur saja Jordan tanpa menghapal kalimat itupun dia sudah hapal diluar kepala.

Senja menatap kedua sahabatnya bergantian. Sungguh sebenarnya ia juga ingin berbagi cerita tapi setiap satu kata yang akan ia keluarkan suasana hatinya tiba-tiba mendung dan ingin membawanya menangis.

" Ayo cerita aja..."

Tangan Senja menggenggam lengan Sean,ia menunduk menahan getaran tubuhnya yang hampir tak bisa ia tahan.

" Hiks,Ka-kak Jovan... Di-dia pergi dari ru-rumah,hiks... Dia,dia bilang kalo dia udah ca-capek ngurus Senja... Hiks,hiks..."

Dengan alami kedua sahabat Senja ikut meneteskan air mata. Sean membalas genggaman tangan Senja sedangkan Jordan mengelus punggung rapuh Senja berusaha memberikan ketenangan.

Mereka sangat tahu bagaimana keluarga masing-masing apalagi keluarga Senja. Selama ini mereka sudah lebih dari sahabat satu sama lain selalu menganggap saudara.

Sean dan Jordan selalu paling perhatian kepada Senja. Entah mengapa tapi mereka selalu ingin melindungi Senja.

Akhirnya saat itu Senja menumpahkan segala kesedihannya,memeluk erat kedua sahabatnya seakan ingin menyalurkan kesedihan.

ʕ⁠´⁠•⁠ ⁠ᴥ⁠•̥⁠'⁠ʔ

Di gerbang Senja berpisah dengan kedua sahabatnya karena mereka berbeda arah. Sean yang menaiki bus umum sedangkan Jordan dijemput oleh supir pribadinya.

Senja sudah hampir terbiasa dengan keadaan. Dia merasa bahwa ini saatnya untuk tidak bergantung pada semua orang. Ia harus bisa membuktikan kepada kakaknya bahwa ia bisa mandiri.

Baru beberapa langkah Senja melihat seseorang yang membuatnya hampir menyerah. Orang yang selalu menyemangatinya bahkan saat ia ingin menyerah. Jovan, kakaknya bersama orang lain dan orang itu adalah Mega yang sempat melabraknya karena tak terima papinya didekati oleh bunda Senja.

Saat ini dipandangan Senja mereka tampak bahagia seperti adik kakak kandung. Wajah Jovan terlihat lebih cerah juga berseri. Di tambah Mega yang selalu membuatnya tersenyum.

Miris,tapi tak apa. Senja harus kuat lagipula ia ikut senang jika Jovan sudah bahagia dengan jalannya,dengan keinginan yang mungkin belum pernah dirasakan saat dengannya dulu.

" Eeeh,Senja... Baru keluar?"

Tiba-tiba Sinar datang menghampiri dan merangkul akrab Senja.

" Eh,kak Sinar... Iya,ini Senja udah mau pulang..."

" Bareng yok..."

" Ayo aja... Gimana tadi kak sekolahnya?"

" Haaah,jangan tanya Nja... Rasanya pengen banget kakak botakin pak botak, ngeselin tau..."

Sepi dan Kesendirian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang