Beberapa waktu lalu Senja dibuat terkejut dan bingung oleh keadaan di kedai milik keluarganya. Tapi sekarang ia dibuat bingung lagi oleh sang ayah menyuruhnya untuk menyiapkan segala keperluannya dan mengemas pakaian.
Senja belum puas dan ia ingin sekali menangis, sebenarnya ada apa? Hanya pertanyaan itu yang ia ingin utarakan tapi melihat kondisi ia hanya perlu menurut.
" Udah selesai dek?"
" Ayah kit-..."
" Nanti ayah jawab semua pertanyaan Senja,yang penting kita pergi dari sini..."
Senja tak lagi bertanya ia langsung mengeluarkan barang yang sudah ia kemas keluar kamar.
Tak banyak barang yang mereka bawa,tanpa berpamitan pada siapapun mereka langsung meninggalkan rumah sejuta kenangan.
Senja sedih,sangat sedih dan ingin menangis tapi dia harus kuat seperti ayahnya. Di dalam mobil tak ada yang bersuara,Senja yang merasa lelah menutup matanya secara perlahan saat belum lama mobil jalan.
Ibam melihat sang anak yang sudah terlelap,ia menepikan mobilnya dan mengambil selimut yang sebelumnya sudah ia siapkan.
Tangannya terulur mengelus rambut lembut Senja. Matanya berkaca-kaca hingga air mata yang ia berusaha tahan menetes secara perlahan.
" Sebentar lagi ya nak..."
(个_个)
Entah sudah berapa lama mereka meninggalkan tempat tinggalnya. Saat ini Ibam dan Senja sudah sampai di tempat tujuan. Rumah minimalis yang terlihat asri dengan tanaman bunga dan tumbuhan hijau lainnya.
" Yah..."
" Masuk dulu yuk, barangnya nanti aja kita ambil..."
Lagi-lagi Senja harus menyimpan pertanyaannya dan membuang rasa penasaran yang sudah sangat menganggu. Ia menurut dan mengikuti langkah sang ayah.
Ibam memcet bel membuat Senja mengerutkan kening. Ia pikir rumah ini adalah rumah milik ayahnya sendiri.
Beberapa lama menunggu akhirnya pintu terbuka menampilkan seorang laki-laki mungkin seumuran dengan ayahnya atau lebih tua.
" Eh,sudah sampai... Ayo-ayo masuk..."
Mereka masuki rumah,tidak ke ruang tamu atau ruang keluarga tapi mereka langsung menuju ruang makan.
" Pasti kalian lelah,ayo makan dulu setelah itu istirahat..."
" Makasih War,maaf kalo kedatangan aku sama anakku mengganggu..."
" Ya ampun Bam... Kita tuh bukan teman baru kenal,kita udah bareng-bareng dari masih jadi embrio... Udah jangan sungkan..."
" Nja,ini om Wardin teman lama ayah..."
" Halo om..."
" Ehhh iya-iya dek ganteng,Senja ya? Kita pernah ketemu loh,waktu itu kamu masih ngemut jempol... Pas om gendong kamu malah ompolin om,hahaha..."
Senja hanya tersenyum kikuk,ia jelas tak ingat dengan om Wardin ini. Seperti yang dijelaskan mereka bertemu saat Senja masih sangat kecil.
" Kamu gak usah sungkan sama om Wardin, karena beliau udah ayah anggap sebagai kakak..."
" Iyaa Nja,gak usah sungkan sama om... Kalo mau apa-apa bilang aja sama om..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepi dan Kesendirian
Teen FictionTerlalu takut untuk sendiri tapi lupa apa itu keramaian. Terlalu asing untuk saling mengenal walaupun dengan aliran darah yang sama.