Skylar Senja:2

184 15 0
                                    

Jovan keluar kamar hendak pergi ke kedai milik ayahnya. Sedangkan Senja ia biarkan beristirahat di kamar karena bagaimanapun kondisi tubuh mereka jauh berbeda.

Jika Jovan saat sakit cukup istirahat sebentar maka lain halnya dengan Senja yang terlanjur sakit maka butuh waktu yang lama untuk kembali sehat.

" Mana Senja, Jovan?"

" Masih istirahat yah..."

" Kasian sekali anak bungsu ayah..."

" Yaudah yah,sini Jovan bantu..."

Ayah atau Ibam Baskara memiliki kedai yang menjual aneka makanan ringan dan kue-kue tradisional bahkan modern. Ia memiliki dua karyawan satu pria dan satu wanita.
Mahesa atau biasa di sapa Hesa dan Silvenya tapi ayah sering memanggilnya dengan mbak Yaya karena namanya sulit untuk di sebut.

Saat ini kedai belum buka karena masih dalam proses pembuatan kue tradisional. Kebetulan kedai milik ayah sudah banyak peminatnya jadi pesanan lebih banyak daripada pembeli mandiri atau pembeli baru.

Masalah pekerjaan sebenarnya kedai hanyalah kerjaan sampingan milik Ibam. Karena sebelumnya yang memegang kendali kedai adalah sang istri. Namun saat ini ia harus bisa menghandle pekerjaan antara kedai dan kantor agar tetap berjalan dengan semestinya.
.
.
.
Ini adalah keluarga Skylar Senja, si bungsu yang paling di sayang. Kakaknya bernama Kabiru Jovan yang dianggap sebagai pelindung dan pahlawan keluarga.

Hidup dikelilingi banyak kasih sayang membuat Senja menjadi pribadi yang manja. Tapi itulah yang memang ayah dan Jovan lakukan untuk selalu membahagiakan Senja. Bagi mereka Senja adalah pelengkap,obat bahkan sumber kebahagiaan.

Tidak ada yang tidak mengenal Senja,hampir pembeli tetap ayah bahkan warga kompleks tahu siapa itu Senja. Jika ada yang bertanya tentang Senja maka jawaban mereka pasti merujuk pada si Senja yang senyumnya tidak bisa tenggelam direnggut waktu. Karena memang seperti itu anak kesayangan ayah.

~>')~~~

Pagi yang sejuk tergantikan dengan siang yang teramat panas. Senja membuka matanya,bola mata ia bergerak gelisah melihat sekeliling kamar kakaknya.
Secara perlahan ia bangunkan tubuhnya yang terasa lemas karena hampir seharian ia tertidur.
Pintu kamar terbuka dan datang Jovan dengan membawa nampan makanan.

" Akhirnya Bagun juga Lo... Nih, makan dulu..."

" Senja ngerepotin ya kak,kan tadi pagi kakak yang sakit sekarang malah Senja..."

" Lo tuh ngomong apa sih? Udah sewajarnya kan gue kayak gini... Kan tadi pagi Lo udah ngurusin gue sakit..."

" Tapi tetep aja kak..."

" Udah gak usah dipikirin,nih makan... Buruan buka mulutnya..."

" Mana ayah?"

" Di kedai..."

" Senja mau ke kedai ayah..."

" Panas Senja... Nanti sore aja..."

Seketika wajah Senja berubah murung lalu mengunyah makanan secara malas. Jovan melihat itu hanya mendesah lelah.

Sesuai janji Jovan sebelumnya bahwa jika sore hari ia akan membawa Senja ke kedai ayahnya. Jarak antara kedai dan rumah mereka tidak terlalu jauh mungkin hanya berjarak 200 meter.

Wajah Senja sangat cerah bahkan sesekali ia menyapa orang-orang yang lewat walaupun itu orang asing sekalipun.

" Seneng banget sih Lo kalo gue ajak keluar..."

" Seneng dong kak,kan selama ini Senja gak pernah keluar rumah..."

Kalimat bahagia Senja di tanggapi sendu oleh Jovan. Tidak ada yang salah dengan kalimat itu tapi entah mengapa Jovan merasa sangat tak enak hati karena kebahagiaan sekecil ini pun Senja sulit mendapatkannya.

Sepi dan Kesendirian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang